Foto : Latihan Produksi Garam di Waijarang
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM–Mahasiswa mahasiswi Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang yang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Waijarang Kecamatan Nubatukan Kabupaten Lembata, 17 Juli hingga 17 Agustus 2024, menjalankan satu program KKN yang mereka rancang yakni melatih para murid SD Negeri Waijarang untuk melakukan produksi garam skala kecil. Kegiatan tersebut dilakukan pada Rabu, 07 Agustus 2024, pkl. 09.30 WITA, di tepi pantai Desa Waijarang, dan berlangsung selama sekitar 15 menit, saat jam istirahat sekolah.
Sebanyak delapan orang mahasiswa mahasiswi program studi Kimia FST UNWIRA yang menjalani KKN di Desa waijarang dalam dampingan Dosen Pembimbing Lapanga, Gerardus Diri Tukan,S.Pd.M.Si, atau yang umum dikenal dengan nama Gerady Tukan, mewujudkan salah satu program kegiatan KKN yakni melatih para siswa siswi SDN Waijarang untuk mengolah potensi alam yang ada di sekitar lingkungan sekolah, sekaligus di sekitar lingkungan hidup sisiwa. Untuk diketahui, lokasi SDN Waijarang berada di tepi pantai Waijarang, dan anak-anak selalu berinteraksi dengan alam tepi pantai Waijarang tersebut.
Menurut Dosen pembimbing Lapangan, Gerady Tukan, potensi alam yang sangat bagus di pantai desa Waijarang adalah: air laut yang jernih, kawasan tepi pantai yang rata namun kosong, pantai yang terbuka dan panas terik di siang hari yang sangat bagus untuk mendukung dilakukannya produksi garam. Namun potensi yang luar biasa itu masih berupa potensi raksasa yang sedang tidur. Untuk membuka pikiran dan perhatian bagi warga dan pemerintah setempat terhadap potensi yang sedang nganggur itu maka dilakukan melalui pelatihan bersama anak sekolah dasar dalam skala kecil. Kegiatan pelatihan ini juga menjadi satu masukan atau inspirasi bagi sekolah terkait P5 (Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila), sebagaimana salah satu tuntutan dalam Kurikulum Merdeka Belajar. Di kegiatn ini, para murid diajak untuk belajar melihat potensi alam di sekitar kehidupannya dan belajar hal-hal dasar dalam mengolah potensi alam tersebut.
Para mahasiswa peserta KKN yang melatih para murid SDN Waijarang tersebut yakni; Ananda Oky Mekel M. Boikh, Monika Woli Wokal, Sefriani Vidiani Luruk Seran, Arkhangela Giriani Snoe, Oktaviana Matilda, Kristina Bria, Silvestra Intan Nahak Costa dan Maria Wilhelmina Lasar. Materi pelatihan yang dilakukan yaitu: menggali tanah dengan ukuran 30×30 cm dan kedalama 5 cm, di area tepi pantai, dibuat 10 buah lubang dengan ukuran yang relatif sama. Pada saat para murid merapat ke lokasi pelatihan dalam dampingan guru pendamping, Laurensius Lian Luron,S.Pd, para mahasiswa dan Dosen Pembimbing Lapangan pun menjelaskan sarana-sarana yang telah dibuat tersebut serta fungsinya.
Dosen Pembimbing Lapangan, Gerady Tukan, yang juga adalah putra asal Lembata, menjelaskan kepada para murid tentang air laut dan garam yang ada di dalam air laut yang menyebabkan air laut rasanya asin. Kemudian, para murid pun dijelaskan tentang prinsip-pronsip dasar atau cara-cara untuk memperoleh garam di dalam air laut. Salah satu cara yang dilakukan adalah menjemur air laut pada media atau sarana-sarana sederhana yang telah para mahasiswa siapkan. Usai memberikan penjelasan maka kepada para mahasiswa diajak untuk melakukan simulasi guna disaksikan oleh para murid. Simulasi yang dilakukan yakni membentang plastic hitan di dalam sebuah lubang, kemudian memasukkan air laut dan membuat selubung berbentuk payung pada permukaan lubang guna menangkap uap air sehingga diproduksi pula air tawar dari hasil penguapan air laut.
Usai melakukan simulasi, para murid pun diajak untuk melakukan hal yang sama pada sembilan lubang yang lain. Para murid tampak sangat antusias untuk menangani lubang-lubang media penjemuran air laut dengan memasang plastic hitam yang telah disiapkan. Guru pendamping, Laurensius Lian Luron,S.Pd, mengarahkan para murid yang terdiri dari kelas empat, lima dan kelas enam untuk membentuk kelompok dan secara berkelompok menangani satu lubang media penjemuran air laut. Hingga bel tanda masuk kelas, tampak sembilan media penjemuran air laut telah berisi air laut yang dilapisi plastic hitam sebagai dasarnya. Para murid dan guru pendamping pun kembali ke kelas*** (GDT)