Foto : Pater Karel Wadan, SVD
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM–Pater Karel Wadan, Wadan, SVD memimpin Misa syukur Kaul Kekal Sr. Maria Beto Lamak, FSAHC di Gereja St. Petrus Stasi Puor, Paroki Boto, Dekenat Lembata, Selasa, 6/8/2024. Misa syukur bagi Sr. Maria Beto Lamak adalah ungkapan terima kasih dan wujud kerendahan hati.
Pater Karel Wadan, SVD, misionaris asal Desa Puor yang berkarya misi di Togo, Afrika Barat mengatakan hal itu dalam homili-kotbah ketika memimpin Misa syukur Sr. Maria Beto Lamak di Gereja St. Petrus Stasi Puor. Ia didampingi Romo Ansel Langowujo, PR, Pastor rekan dari Paroki Boto dan sejumlah frater. Hadir pula Sr. Elisabeth Leban, FSAHC, putri asal Desa Puor, misionaris yang berkarya misi di Roma, Italia.
“Mengungkapkan rasa syukur atau rasa berterima kasih adalah sikap orang-orang rendah hati. Dengan penuh kerendahan hati dia menytakan diri bahwa dia bukan apa-apa, bahwa ada orang lain yang yang berperan dalam hidupnya. Bahwa ada orang lain menjadi aktor keberhasilannya. Dan lebih dari itu, ada Tuhan dibalik hidup dan usahanya”, ungkap Pater Karel Wadan, SVD.
Menurut Pater Karel Wadan, kita berkumpul bersama sebagai satu keluarga. Bersama anak, adik kita Sr. Maria Beto Lamak mengucap syukur kepada Tuhan atasatas rahmat panggilan yang Tuhan berikan kepadanya, yakni Panggilan Hidup Membiara. Bersama dia kita menyadari bahwa panggilan itu adalah semata-,mata rahmat pemberian cuma-cuma dari Tuhan. Tuhan telah memilih dia yang lemah ini, dia dengan penuh kerendahan untuk menguduskanya dan menjadikannya alat penyalur cintanya bagi semua orang.
Sr. Mery pasti menyadari dirinya dengan kelemahan dan keterbatasannya dan mungkin itu membuatnya rasa kurang percaya diri , merasa cemas dan takut. Tapi, imannya, keyakinannya akan panggilan Tuhan itu membuat dia kuat dan berani maju, berani memutuskan untuk mengungkapkan janji setianya kepada Tuhan selama-lamanya melalui kaul kekal. Tri Janji Setia kepada Tuhan untuk selamanya.
Kita bersyukur kepada Tuhan, urai Pater Karel, bukan karena kaul kekalnya. Tetapi kita bersyukur kepada Tuhan untuk kesetiaannya selama ini bagi anak, adik kita Sr. Mery dan keputusannya yang tulus dan berani dari suster sendiri untuk membaktikan seluruh hidupnya kepada Tuhan dan misinya. Tuhan tidak melupakan dia yang berserah kepadaNya.
Perayaan syukur hari ini menjadi momen atau kesempatan bagi kita, secara khusus bagi Sr. Mery untuk membuat sejarah perjalanan panggilannya dalam nada syukur , rasa berterima kasih. Paus Fransiskus dalam suratnya untuk para biarawan dan biarawati , diaa mengundang mereka secara pribadi atau komunitas melihat kembali masa lalunya , sejarah panggilannya didahului semangat syukur. Untuk Paus menceritakan masa lalunya , sejarah panggilannya adalah cara untuk memuji Tuhan dan mengucap syukur untuk segala rahmatnya.
Menurut Pater Karel, perayaan syukur ini juga harus membangkitkan atau menumbuhkan pengharapan kitaPengharapan kita tidak dibangun diatas angka-angka prestasi dan prestise, tetapi dia dibangun diatas Yesus yang kita imani. Karena itu kita tidak punya alasan untuk takutatau ragu-ragu dalam berkarya, dalam menjalankan hidup kita sebagai anak-anak Allah , secara khusus sebagai biarawan-biarawati.
“Percayalah Suster, jangan takut , pandanglah jauh ke depan , dengan bekal imanmu akan Yesus yang mencintai engkau lebih dari semua. Percayalah maju tak gentar , tataplah masa depanmu dengan penuh keyakinan bahwa kami mendukungmu dengan doa-doa kami, dengan kesaksian hidup kami setiap hari. Berjalanlah, engkau tidak sendirian.”, ungkap Pater Karel Wadan sembari membacakan sebuah Puisi untuk Sr. Mery dengan Judul :
RINDU TAK PERNAH USAI
Bila rindu tak pernah usai, waktu terus berjejak ditapal batas perjalanan. Tak akan tersurat jatuh karena rindumu menopang harapanmu.
Bila rindu tak pernah usai, tak perlu kau ragu kemana jejak kakimu berlanuh meski cuma sejarah, sebab hatimu tertuju pada penghujung ziarahmu.
Diakhir homili Pater Karel Wadan menyentil soal minimnya panggilan anak muda menjadi biarawan dan biarawati dijaman kemajuan era digital saat ini. Menjadi fakta tak dapat dipungkiri, setellah 20 tahun baru kita mendapat seorang lagi menjadi pastor.
“Dulu, banyak anak muda terpanggil untuk hidup membiara. Tapi sekarang, kita temukan anak muda di meja judi, meja tuak, dan di pesta. Anak muda saat ini kalau sekolah memilih sekolah yang diisplinnya rendah agar mereka bisa bolos pulang kampung minum tuak atau berperta. Padahal sekolah hrus membetuk kita menjadi orang baik. Karena itu, keluarga harus menjadi teladan dan contoh hidup memotivasi anak-anak kita memilih panggilan hidup membiara yang saat ini kian berkurang. Tak banyak lagi yang tersentuh hatinya masuk biara melayani Tuhan dan sesama dan berbakti di ladang Tuhan.”, ungkap Pater Karel Wadan ***(Karolus Kia Burin)