Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero

(Bac: 1 Raj.19:4-8; Ef.4:30-5:2; Yoh.6:24-35)

WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih dalam Kristus, kita masih mengikuti kisah pengembaraan orang-orang Israel dari Mesir menuju Tanah Terjanji selama 40 tahun lamanya. Dalam pengembaraan panjang itu, beraneka situasi dan kondisi menerpah orang-orang Israel. Sebagaimana Minggu Biasa ke-18, hari ini, pada minggu biasa yang ke-19 ini, kita masih mendengar jeritan Elia, tentang penderitaannya sebagaimana hal yang sama dialami oleh bangsa Israel ketika keluar dari Mesir, yaitu tentang kelaparan.

Ketika ia didera kelaparan yang perih, ia seolah putus asa dan karena itu dia juga mengeluh kepada Tuhan:” Cukupkanlah sudah sekarang ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku tidak lebih baik daripada nenek moyangku.”

Seperti juga pada minggu yang lalu, hari ini juga kita sekali lagi mendengar Yesus mendeklarasikan dirinya sebagai Roti Hidup. “Aku adalah Roti hidup yang telah turun dari surga.”

Pernyataan Aku adalah Roti Hidup adalah Pernyataan pertama dari tujuh pernyataan Yesus dalam injil Yohanes. Akulah Roti Hidup kemudian dilanjutkan pernyataan Aku adalah Pintu, Aku adalah Terang Dunia, Akulah Gembala Yang Baik, Aku adalah Kebangkitan dan Hidup, Aku adalah Jalan, Kebenaran, Hidup, dan Aku adalah Pokok Anggur Yang Benar.

Setiap pernyataan Yesus di atas, mengandung aspek pelayanan Yesus tertentu. Pernyataan Yesus Aku adalah Roti Hidup memberitahukan kepada kita bahwa Kristus adalah makanan yang memelihara kehidupan rohani
Saudara-saudaraku yang terkasih, pernyataan Yesus ini malah menimbulkan protes di kalangan orang Israel:”Bukankah Dia ini Yesus, anak Yusuf dan saudara-saudaranya kita kenal?” Bagajmana Ia dapat berkata-kata Aku telah turun dari surga?” Protes orang-orang Galiea ini menunjukan mereka telah gagal kenal Yesus sebagai Anak Allah. Mereka gagal kenal bahwa Yesus tidak saja sebagai Manusia tetapi juga sebagai Putra Allah. Sebagai Putra Allah Dia harus melaksanakan misi penyelamatan umat manusia secara keseluruhan. Dia tidak saja datang menyelamatkan manusia dari aspek jasmani saja, tetapi juga menyelamatkan secara rohani.
Dia tidak saja datang menyelamatkan orang-orang Israel saja, tetapi juga seluruh manusia yang menghuni kolong langit ini.
Karena itu dengan tegas Yesus berkata:” Inilah Roti yang turun dari Surga. Siapa saja yang memakannya, ia tidak akan mati. Akulah roti kehidupan yang telah turun dari surga, jika seorang makan roti ini. Ia akan hidup selama-lamanya.”
Saudara-saudaraku, Aku adalah Roti Hidup yang turun dari surga dan siapa saja yang memakannya tidak akan mati, sebenarnya adalah ajakan Yesus kepada orang-orang Galilea bangsa Yahudi dan juga kepada kita untuk percaya kepadaNya sebagai Putra Allah yang datang untuk menyelamatkan seluruh umat manusia.
Untuk menyelamatkan umat manusia, Dia rela memberikan diriNya menjadi kurban bagi keselamatan manusia. Ia menjadi seperti Domba yang diseret ke tempat pembantaian. Maka dari itu Yesus berkata:” Roti yang Kuberikan adalah dagingKu sendiri, yang Kuberikan untuk hidup dunia.”
Saudara-saudaraku, ajakan Yesus agar kita percaya kepadaNya sebagai Roti Hidup yang turun dari surga ditujukan kepada kita tatkala kita mendengar injil hari ini.
Maka, mengakhiri kotbah ini, saya mengajak kita semua untuk bertanya kepada diri sendiri:” Apakah aku sudah sungguh-sungguh percaya pada Yesus Roti Hidup yang turun dari surga yang datang untuk menyelamatkan saya?
Atau malah sebaliknya, saya justru percaya pada kekuatan-kekuatan “supra natural” yang dimiliki oleh orang-orang tertentu atau malah lebih percaya bahkan takut pada orang-orang yang punya kekuatan magic yang bersifat destruktif dan menghancurkan?
Bila di antara kita sedang terkerangkeng dalam situasi sebagaimana saya sebutkan terakhir itu, maka mari segera bertobat. Kita segera berbalik kepada Yesus Roti Kehidupan yang turun dari surga. Jika kita percaya teguh padaNya maka kita akan selamat di dunia ini, tetapi juga selamat di akhirat nanti. ***