Oleh : Robert Bala
WARTA-NUSANTARA.COM–Siapa yang akan menjadi Bupati dan wakil Bupati Lembata periode 2025 – 2030? Para pendukung tiap paslon pasti mengatakan ‘kecap dagangannya’ paling bagus dan menari. Biasalah dalam bertanding.
Tetapi agar tidak sekadar menebak apalagi disertai olok-olokan yang menjadi salah satu ciri (negatif) orang Lembata, penulis coba membuat pooling sederhana. Pooling ini memiliki kelemahan karena seseorang bisa mengisi lebih dari satu. Tetapi kalau pun orang memilih lebih dari satu, hasilnya tidak akan mempengaruhi kandidat terbaik. Lebih lagi memperhatikan hasil pooling maka yang memilih lebih dari 1 kandidat hanya sedikit saja. Yang lain masih memberikan 1 suara untuk 1 kandidat.
Pooling yang bisa disebut ‘abal-abalan’ ini, setelah 24 jam diposting, berhasil mengumpulkan 455 suara (30/8 pkl 08.57). Hasilnya TOL – GAS memimpin dengan 141 suara atau 32%, diikuti TUNAS 114 suara atau 24%), lalu Jimmy-Witak 69 suara (16%). Di belakangnya MJ-Witak 53 suara atau 11%, Vian-Polce 32 suara atau 8%, dan paling ekor Odel – Sada dengan 31 suara atau 6%. Dari pooling ini masih ada 15 orang setara 3 % yang belum menentukan pilihannya.
Hasil ini tentu bukan final. Validitas dan kredibilitasnya pooling ini pun diragukan sendiri oleh pembuat pooling ini. Ia tidak bisa menjadi patokan dan jaminan akan hasil akhir. Yang pasti, pooling ini ‘mengalir’ saja tanpa ada ‘tedeng aling-aling’. Namun ia bisa menjadi gambaran kasar yang bisa disyukuri (kalau poolingnya tinggi) tetapi sekaligus menjadi pembelajaran (kalau pooling itu rendah). Dengan demikian aneka persiapan bisa dilaksanakan dalam 3 bulan mendatang.
Bila TOL-GAS menempati posisi teratas tentu bukan sebuah kebetulan. Ia sudah jadi Wakil Bupati 4 tahun dan 9 bulan terakhir dapat berkat jadi Bupati. Dengan demikian tingkat popularitasnya seperti itu bisa diterima. Meski demikian para pesaing akan berkata lain (biasalah…). Angka itu bisa dianggap rendah untuk seseorang yang sudah dikenal dan menjadi indikasi bahwa angka itu bisa dikejar dengan mudah kalau paslon lain fokus dalam 3 bulan mendatang.
Tetapi perolehan TOL-GAS itu bisa saja merupakan buah dari strategi. Sejak awal, TOL sudah memikirkan untuk harus mengambil orang dari Selatan sebagai wakilnya. Ia sudah coba dengan Vian Burin dan akhirnya berlabuh dengan Gans. Sebuah pilihan yang lumayan cerdas. TOL tahu bahwa orang Selatan biasanya sangat realistis. Bila satu sudah maju, yang lain akan beri ruang dan tidak memaksakan diri. Kini calon dari ‘Selatan’ hanya Gans dan VB dengan animo lebih positif ke Gans.
Perolehan TUNAS (Tuaq – Nasir) bisa saja disebut mengejutkan. Banyak kalangan mungkin menjagokan Jimmy-Witak sebagai pesaing terdekat TOL-GAS. Tetapi peroleh pooling ini bisa mengindikasikan bahwa pendekatan Tuaq sebagai mantan Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan telah mencuri perhatian. Selain itu dengan dukungan Nasir sebagai pengusaha dianggap sebagai sebuah kombinasi yang cerdas. Nasir JUGA bisa dianggap juga mewakili kelompok pemilih muslim yang bisa juga melihat Nasir sebagai representan kelompok muslim Lembata yang berjumlah 27,45% atau 32.356 orang meski PPP dan PKS lari ke Vian-Polce dan PKB bersama PDIP. Pada akhirnya pemilih muslim yang ‘tak berpartai’ lebih melihat figur muslim.
Tetapi isu agama ini juga bisa menjadi ‘black campaign’. Maksud menangkap suara muslim bisa juga menjadi alasan bagi pemilih Katolik untuk menjauh. Tentu isu ini perlu dikelola dengan hati-hati agar tidak sampai menjadi boomerang bagi TUNAS.
Perolehan Jimmy Sunur – Witak yang hanya 15 % membuat orang bertanya-tanya. Apakah dukungan yang cukup menggebu-gebu dari Timses memiliki dampak berarti ke masyarakat ataukah seragan dengan isu oligarki begitu kuat sehingga hanya memperoleh angka tersebut? Ada yang melihat apakah faktor Lukas Witak yang sudah merupakan politik senior yang dari sepak terjang dalam pilkada sebelumnya tidak terlalu cerah.
Tetapi perolehan seperti ini tentu bukan final. Kalau merujuk pada matematika politik di mana kalau 85 rb jumlah suara pemilih Lembata dibagi kepada 6 paslon maka masing-masing bisa mendapatkan 14 ribu suara. Itu berarti memperoleh angka 20 rb bisa dipastikan menjadi peluang. Dalam arti ini kalau Jimmy dianggap lebih berpeluang dalam modal bisa menggerakan hal itu dan mudah melenggang jadi pemenang.
Tiga paslon lainnya Jawa-Witak (12%), Vian-Polce (8%) dan Odel-Sada (7%) tentu tidak perlu mengkuatirkan perolehan itu. Namun tidak berlebihan (kalau diizinkan), bisa dibuatkan análisis (yang boleh didengar, tidak pun boleh). Marsianus Jawa (Witak), tidak terlalu lama menjadi Penjabat Bupati Lembata. Lebih lagi saat mau pamit dari Lembata, orang Lembata begitu menyanjungnya hal mana tentu menjadi salah satu pertimbangan mengapa putera Nagekeo ini mau ‘beradu nasib’. Sayangnya perolehannya hanya 12%. Ini menunjukkan bahwa memang orang Lembata itu ‘ingatannya pendek’. Mereka mudah terharu tetapi mudah pula melupakannya. Karena itu perolehan yang sangat minim sebenarnya menjadi ‘evaluasi’, apakah 3 bulan ke depan perlu ‘jor-joran’ atau bisa menafsir pooling ini sebagai peringatan awal?
Untuk VB-Polce juga mengejutkan. Selama berbulan-bulan VB bak teh botol SOSRO, makanan apapun yang penting minumannya Teh Botol Sosro. Siapapun Bupatinya yang penting wakilnya adalah Vian. Hal itu memberi kesan bahwa dasar pertimbangan adalah kemampuan Gerindra sendiri yang hanya punya 2 kursi di DPRD dan mungkin saja pemikiran realistis tentang akseptabilitas terhadap Vian. Semuanya berubah di last minute. Banyak berharap bahwa paslon ini akan ‘meledak’ kalau Polce bisa menjadi nomor satu, tetapi itu hanya pengandaian belaka. Tetapi banyak juga berharap, dengan melihat peran keduanya dalam proses otonomi daerah 1999, bisa menjadi kampanye positif yang bisa dicapai dalam 3 bulan ke depan. Kalau kreatif, kemenangan juga menjadi mungkin.
Sementara itu untuk Odel-Sada, menjadi tanda tanya yang paling besar. Dari segi perolehan kursi, PKB dan PDIP merupakan jaminan kemenangan. Sayangnya dalam pooling (yang validitasnya memang masih diragukan), justru perolehan Odel dan Sada sangat ekor. Alasannya tentu saja hanya PDIP dan PKB yang tahu (Tuhan juga mungkin tidak tahu). PDIP misalnya di level nacional sangat terkenal dengan parpol kader. Tetapi di Lembata, Sada tiba-tiba direkrut di ‘last minute’. Sementara Odel bisa saja disebut sebagai perancang kemenangan 4 kursi PKB tetapi mengapa tidak terwujudkan dalam pooling? Ini perlu dievaluasi secara serius agar hasil akhir nanti tidak seperti pooling ini.
Lalu bagaimana menebak peluang pemenang bupati dan wakil bupati kali ini?
Pertama, pemberian apresiasi pada TOL dan TUAQ bisa menggambarkan tentang pemilih Lembata yang cukup realistis. Mereka melihat TOL telah memiliki andil dalam 9 bulan sebagai bupati dengan kuncuran dana PEN yang menghasilkan jalan-jalan saat ini. Meski Marsianus Jawa menjadi eksekutor, tetapi dari sedikit data yang diperoleh mereka tahu siapa yang menjadi inisiatornya.
Demikian juga dengan Tuaq sebagai Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan. Keberanian meninggalkan posisi yang masih cukup aman sebagai ASN untuk berlaga di pilkada dan terobosan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ia punya program menarik yang bisa dikucurkan. Sampai di sini harus diakui bahwa poolling yang ‘abal-abalan’ ini ternyata berhasil menangkap sinyal menarik tentang apresiasi pemilih pada rekam jejak.
Kedua, belum menonjolnya Jimmy Sunur seperti yang diuar-uar selama ini menjadi ‘kuda hitam’ dalam pilkada Lembata juga dapat terbaca dalam pooling ini. Kalau berpatok pada pemilih yang realistis, maka efek sangat kecil dari politik identitas. Orang Lembata sudah meninggalkan asumsi ini dan tidak akan mudah terkecoh.
Kalau Jimmy belum mendapatkan perhatian (seperti ditunjukkan dalam pooling), maka bisa saja alasan rekam jejak jadi pertimbangan. Masyarakat berminat dengan Jimmy yang meski pendatang baru sudah mencapai 15%. Tetapi Jimmy belum menjadi pilihan sekrang melainkan (bisa saja) di masa yang akan datang setelah Jimmy yang memperoleh beasiswa dari Pemda Lembata itu lebih menunjukkan kinerja sebagai dokter spesialis yang nota bene sangat dibutuhkan di Lembata. Kalau karya ini ditunjukkan dalam 5 tahun ke depan maka bisa dipastikan periode berikutnya Jimmy akan terpilih (bukan sekarang).
Untuk paslon lain yang tidak disebutkan dalam kesimpulan tentu bisa melakukan ‘kejutan’ yang mengalahkan análisis ini. Dengan kecerdasan, kelihaian, dan kebijaksanaan, mereka bisa susun strategi ini agar bisa membuat orang terperangah. Minimal diharapkan dapat menarik simpati dari 4% dari pooling yang belum menentukan pilihannya. Meskipun sedikit tetapi kalau ditambah dengan satu dua gebrakan siapa tahu bisa menjadi kejutan.
Tetapi kalau análisis ini sedikit benar, maka tulisan ini tentu juga bisa menginspirasi untuk menentukan langkah realistis ke depan. Sekali lagi análisis ini jangan dipercaya, kalau perlu jangan dianggap pernah ada dan pernah dibaca. Lupakan saja bila pembaca punya análisis lain.
Robert Bala. Diploma Resolusi Konflik Asia Pasifik Universidad Complutense de Madrid Spanyol.