Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yes.50 : 4 – 9a; Yak.3 : 1 – 12; Mar. 8 : 27 – 38
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, saya teringat Mata Kuliah Psikologi saat belajar di STFK dulu.Teori ini membahas terkait konsep diri. Tidak hanya berfokus pada perspektif diri sendiri, tetapi juga membahas perspektif orang lain.Teori ini menyinggung tentang interaksi antar individu. Oleh karena itu, semua interaksi memerlukan tingkat pengetahuan tentang diri sendiri dan orang lain untuk mengungkapkan informasi tentang individu sejauh yang kita kenal.
Pertanyaan Yesus tentang siapakah Aku kepada murid-murid-Nya untuk mengetahui sejauhmana para murid-Nya dan orang banyak mengenal-Nya. Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Kata orang, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Ia bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Petrus: “Engkau adalah Mesias!” Para murid menjawab:” “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.”
Ada dari sekian orang banyak itu mengenal Yesus bahwa Dia adalah Yohanes Pembaptis. Bagi mereka, Yohanes Pembaptis adalah tokoh yang paling signifikan secara teologis dalam Injil. Seperti halnya dengan Yesus, kelahirannya dicatat dengan cermat. Kedatangannya ke dunia ditandai oleh proklamasi malaikat dan campur tangan ilahi. Kelahiran Yohanes tidak hanya sejajar dengan kelahiran Yesus. Yohanes jelas merupakan tokoh penting dalam sejarah keselamatan Allah.
Yohanes adalah suara yang berseru-seru di padang gurun mempersiapkan jalan bagi kedatangan Mesias. Pesan dan pelayanannya mengabarkan masuknya kerajaan Allah. Jadi Yohanes benar-benar seorang tokoh transisi, yang membentuk hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dia menjangkau zaman dengan satu kaki tertanam kuat di Perjanjian Lama dan yang lainnya ditempatkan tepat di Perjanjian Baru. Yohanes adalah seorang nabi akhir zaman. Ia menjalankan pelayanannya dengan otoritas eskatologis yang menuntut tindakan segera. Ia mengajarkan bahwa penghakiman sudah dekat. Karena itu tema utama pewartaannya adalah, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat.”
Semua karakteristik ini menggambarkan Yohanes sebagai seorang nabi yang berapi-api yang memberitakan pesan apokaliptik Allah. Bahkan, Lukas mengatakan bahwa Yohanes datang “dalam roh dan kuasa Elia”
Selain banyak orang kira Yesus adalah Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan bahwa Yesus adalah Elia. Pertanyaannya, siapakah nabi Elia itu? Elia adalah seorang nabi pemberani. Ia berani menghadap raja Ahab dan menantang untuk membuktikan siapa Allah yang sebenarnya. Nabi Elia menantang raja Ahab untuk mengumpulkan para nabi Dewa Baal di gunung Karmel. Elia mampu menunjukan kebesaran Allah dengan memohon agar Allah menurunkan api untuk membakar korban persembahannya. Karena hal itu maka Nabi Elia dikejar-kejar oleh Ahab untuk dibunuh. Atas perintah Allah, Elia diminta tinggal di tepi sungai Kerit dan Allah memerintahkan burung-burung gagak untuk memberi makan padanya. Ketika sungai mengering Elia diminta tinggal di Safrat di rumah seorang janda. Di akhir hidupnya, ia berjalan ditemani Elisa menyeberang ke timur sungai Yordan kemudian terangkat ke sorga dengan mengendarai kereta kuda berapi dalam angin badai.
Setelah Yesus mendengar kesaksian orang banyak tentang diri-Nya yang disamakan dengan Yohanes Pembaptis dan Nabi Elia, Yesus juga mau mengetahui secara pasti, sejauhmana murid-murid Yesus mengenal Dia. Maka Yesus pun bertanya kepada murid-murid-Nya:” Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Petrus: “Engkau adalah Mesias!”
Sebutan Mesias berakar dari pengertian Yahudi mengenai seorang tokoh pada masa depan yang akan datang sebagai “wakil Tuhan” untuk membawa keselamatan bagi umat Yahudi. Beberapa orang Yahudi menerima Yesus sebagai Mesias, percaya bahwa Dia akan membebaskan bangsa Yahudi dari penindasan Romawi. . Petrus pun seperti kebanyakan orang Yahudi, mengenal Yesus sebagai Mesias yang kini hadir untuk menyelamatkan orang Yahudi dari penindasan Romawi. Jadi, Petrus memandang Yesus sebagai Mesias secara politis.
Karena itu Petrus segera menarik Yesus ke sampingnya dan menegor Dia, ketika Yesus mengajar tentang ke-Mesias-an-Nya. “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat,lalu dibunuhdan bangkit sesudah tiga hari.”
Yesus tahu, Petrus gagal paham . Dia gagal memahami kehadiran Yesus sebagai Mesias Rohani. Dia sangka Yesus itu, Mesias dalam arti politis. Maka Ia memarahi Petrus, kata-Nya: “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnyadan mengikut Aku.Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya”.
Dengan ajaran-Nya itu, Yesus mau membersihkan pikiran mereka bahwa Dia bukan Mesias secara politis yang berperang untuk melawan musuh-musuh bangsa Yahudi. Tetapi Dia adalah Mesias secara Spiritual yang membebaskan manusia dari belenggu dosa yang berperang untuk mengalahkan iblis. Untuk menebus dosa umat manusia, satu-satunya jalan yang sudah dinubuatkan oleh nabi Yesaya adalah tindakan penebusan melalui jalan penderitaan,– sebagai Hamba Yahwe – ; hal mana dilukiskan oleh nabi Yesaya dalam bacaan I tadi:” Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukulak, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku.Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.Tetapi Tuhan ALLAHmenolong aku.”
Saudara-saudaraku, Via Dolorosa, inilah jalan yang harus dilewati oleh Yesus sebagai Mesias, yang datang untuk menyelamatkan manusia. Di penghujung ajaranNya, Dia berkata kepada murid-murid-Nya:” Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnyadan mengikut Aku.”
Yesus hendak mengingatkan kita bahwa bila kita sudah mengenal Kristus sebagai Mesias yang melewati Via Dolorosa untuk menyelamatkan manusia, maka sebagai pengikut Kristus, kita pun harus mengurbankan diri dengan menyangkal diri, memikul penderitaan demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain. ***