Oleh : RD Antonius Prakum Keraf
Oase Kehidupan, Minggu Biasa XXXII : 10 november 2024|1Raj 17: 10-16|Mzm 146:7.8-9a.9bc.10;R:1|Ibr 9:24-28|Mrk 12:38-44 atau Mrk 12:41-44
WARTA-NUSANTARA.COM–|Menjadi Gereja Mandiri & Misioner|BENCANA Erupsi gunung Lewo tobi menguji kedewasaan kita menjadi gereja mandiri dan misioner. Salah satu aspek dari kemandirian yaitu ‘spiritualitas memberi’. Spiritualitas terkait erat dengan iman seseorang dalam memberi.
Nabi Elia mengusung spiritualitas memberi dengan ikhlas, bahkan memberi sampai stok terakhir atau persediaan terakhir yang ada pada kita. Elia menguji aspek spiritualiatas kemandirian janda di Sarfat! ‘
Cobalah ambilkan aku sedikit air dalam kendi untuk kuminum’. Cobalah ambil juga sepotong roti’. Janda itu menjawab, ‘Demi Tuhan Allahmu, tidak ada roti padaku kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli’. Ini saja persediaan terakhir. Aku akan buatkan dua roti, satu untukku dan satu untuk anakku sesudah itu kami akan mati!
Tetapi apa kata Elia, ‘buatkan terlebih dahulu satu untuk aku dan kemudian untukmu dan anakmu. Dan ketahuilah, sesuai firman Tuhan, tepung dalam tempayan dan minyak dalam buli-buli tidak akan pernah habis sampai saat Tuhan menurunkan hujan ke bumi!
Kata-kata nabi Elia itu menunjukkan spiritualitas dari memberi. Orang memberi dengan jujur, memberi diri dengan Ikhlas pasti Tuhan akan menjaga persediaan dari sebuah kemandirian. Stok atau persediaan kita tidak akan pernah habis. Sebab apa saja yang kita usahakan pasti Tuhan berkat.
Tuhan akan terus mencurahkan anugerah-Nya supaya kita terus memberi diri menuju gereja mandiri dan misioner sesuai rencana Allah menciptakan kita! Kita hanya bisa memberi diri sehabis-habisnya, memberi sampai kita ambil dari persediaan kita terakhir, baru kita dapat menjadi gereja yang benar-benar mandiri dan misioner! (1Raj 17: 10-16)
Yesus Imam Agung memberi diri sehabis-habisnya satu kali untuk selama-lama-Nya di mana Dia menyelamatkan kita! Dia bahkan menjadi jaminan atas setiap usaha memberi dengan Ikhlas hati. Jaminan itu adalah Roh-Nya sendiri dengan segala anugerah-Nya sehingga setiap orang yang memberi dengan iman tidak akan pernah merasa kekurangan!
Setiap usaha menuju hidup yang semakin mandiri dan misioner terberkati! (Ibr 9:24-28) Yesus menunjukkan contoh paling jelas dalam diri si janda miskin. Ia mengajak para murid-Nya belajar dari si janda miskin dalam hal memberi. Janda itu memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, seluruh nafkanya.
Ia memberi dengan Ikhlas hati! Dalam iman si janda miskin mengelola kehidupannya dengan baik sehingga ia tidak kehilangan kesempatan berbagi hidup dari kekurangannya untuk membantu memenuhi kebutuhan orang lain! (Mrk 12:38-44 atau Mrk 12:41-44). Kita belajar memberi diri tanpa takut, tanpa menghitung berapa banyak yang kita beri.
Kita memberi diri sebagai guru, sebagai imam, sebagai petani, sebagai orangtua, sebagai pelajar, sebagai umat. Kita memberi tanpa bersungut. Tanpa mengeluh! Kita tetap siap memberi walaupun itu kita ambil dari persediaan kita yang terakhir! Kita percaya akan janji Yesus,
Elia baru, Roh-Nya akan menyertai kita dengan segala anugerah-Nya sehingga kita tidak akan pernah kekurangan! Dengan cara itu kita memahami spiritualitas memberi, spiritualitas berbagai menuju gereja yang semakin dewasa, mandiri dan misioner! Sejauhmana kita menjadi gereja mandiri dan misioner? ***
Romo Antonius Prakum Keraf, Pastor Paroki Santa Maria Hati Tak Bernoda Baniona, Dekenat Adonara