Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Dan. 7:13-14; Why.1:5-8; Yoh.8:33b-37


WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara,saudari yang terkasih, hari ini adalah hari minggu terakhir dalam tahun liturgi Gereja; Sebagai warga umat beriman kita menutup Tahun Liturgi ini dengan merayakan Pesta Kristus Raja Semesta Alam, sejak diterbitkannya Ensiklik Quas Primas, 11 Desember 1925 yang intinyamenyatakan bahwa, ajaran tentang kebenaran iman, yang membawa umat beriman ke dalam kegembiraan hati jauh lebih efektif bila dirayakan dengan perayaan tahunan misteri suci ini daripada dengan pernyataan resmi ajaran Gereja.Pernyataan ajaran itu hanya sekali dan biasanya hanya dimengerti oleh sedikit umat beriman; sedangkan pesta/perayaan (tahunan) dapat menjangkau mereka semua umat; dirayakan setiap tahun dan untuk selamanya. Sadarilah bahwa sebagai ajaran gereja terutama akan mempengaruhi pikiran; sedangkan pesta/perayaannya akan mempengaruhi pikiran dan hati, dan memiliki efek yang bermanfaat pada seluruh kodrat manusia.” Maka lahirlah Pesta Kristus Raja Semesta Alam.

Lalu, saudara-saudaraku, sebagai warga masyarakat Indonesia, tersisa tiga hari lagi, tepatnya tanggal 27 November 2024 kita merayakan pesta demokrasi dengan memilih kepala daerah kita. Sebagai warga Negara yang baik, yang memiliki hak pilih, kita dihimbau untuk menggunakan hak pilih untuk dating ke TPS. Hari itu juga, kita akan mengetahui, siapakah pemimpin yang terpilih berdasarkan keputusan bebas hati nurani. Para calon pasangan yang berhasil menjadi pemenang, mereka menjadi pemimpin, namun terbatas oleh ruang dan waktu. Karena kepemimpinannya itu dibatasi oleh ruang dan waktu, maka barangkali baik, bila sang pemimpin yang akan terpilih itu, belajar dari Yesus Sang Raja Semesta Alam, agar dalam tempo yang cukup singkat itu, mereka mampu memberi dirinya secara total dalam pengabdian mereka kepada masyarakat.

Saudara-saudaraku yang terkasih, Yesus sebagai Raja Kekal, – Pemimpin Agung – yang kita rayakan hari ini, Nabi Daniel menulis kesaksian dalam penglihatannya:” Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaandan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya.Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah. “
Penglihatan Daniel selaras dengan Wahyu Yohanes dalam bacaan II:” Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia.
bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin. Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang,Yang Mahakuasa.”
Anak Manusia ini dihadapkan kepada Allah untuk menerima kerajaan kekal yang tidak pernah akan diberikan kepada orang . Dia datang dengan awan-awan dari langit itu menunjukkan pertama-tama bahwa Anak Manusia sungguh berkenan di Hati Allah untuk menjadi Raja dan awan-awan itu sekaligus menunjukkan kepada Putra Ilahi itu bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah sungguh sebagai Raja Ilahi.
Karena Dia adalah Raja Ilahi maka Yesus dengan tegas mengatakan kepada Pilatus: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi,akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.”
Yesus menerangkan kepada Pilatus bahwa Dia bukan raja duniawi yang kerajaannya dari dunia ini. Andai saja Yesus memiliki kerajaan dari dunia ini, maka para pengikutNya, para pendukung fanatik Yesus pasti berjuang sampai titik darah penghabisan supaya Yesus Raja mereka tidak diserahkan kepada orang Yahudi untuk dibunuh dan disalibkan. Tetapi, sekali lagi, Yesus menegaskan kepada Pilatus bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Penjelasan Yesus bahwa Kerjaan-Nya bukan dari dunia ini menunjukkan bahwa Yesus tidak berusaha sedikitpun untuk mengambil alih sistem dunia ini. Karena itu Yesus tidak bersekutu, Dia tidak berkoalisi dengan partai politik atau golongan sosial atau organisasi secular manapun untuk mendirikan Kerajaan Allah , karena Dia juga tidak tertarik sedikitpun untuk menjadi penguasa dunia. Kata-kata Yesus bahwa KerajaanKu bukan dari dunia ini juga menunjukkan bahwa Yesus juga tidak datang untuk mendirikan suatu pemerintahan teokratis yang politis-religius dan Dia sebagai Rajanya.
Yang merupakan Kerajaan Kristusn yaitu Kerajaan Allah, meliputi kepemimpinan, ke-Tuhan-an, kuasa, dan kegiatan rohani Kristus di dalam kehidupan semua orang yang menerima Dia dan menaati Firman kebenaran-Nya. Kerajaan Allah adalah “kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” Karena itu maka Yesus menegaskan kembali misi-Nya di hadapan Pilatus:” Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran;setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.”
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, Yesus Raja Semesta Alam, -Pemimpin Agung itu, tidak datang dalam kemegahan sebagai Raja, dengan tongkat kerajaan di tangan-Nya. Dia tidak punya takhta mewah. Dia juga tidak memiliki pelayan. Tetapi Dia Sang Raja Ilahi itu, datang dalam kesederhanaan yang papa, dengan mengambil rupa manusia seperti kita, anda dan saya lalu kemudian bepegang teguh pada motto pelayananNya:” Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.” Dan Sang Pemimpin Agung itu melaksanakan missi-Nya itu hingga titik darah penghabisan.
Kerajaan Allah itu musti dibumikan oleh kita semua, terlebih-lebih oleh para pemimpin yang akan terpilih pada pilkada serentak ini. Mereka musti memiliki kewajiban moral agar dapat berjuang dengan segenap kekuatan untuk mendaratkan kerajaan Allah di bumi ini, sebagaimana yang selalu didoakan oleh kita orang Kristen. Bila telah menjadi pemimpin yang terpilih pada puncak pesta demokrasi , kita berharap agar mereka belajar dari pada Yesus Pemimpin Agung. Bahwa pemimpin itu tidak boleh duduk saja di kursi empuk, jangan terus tinggal dalam rumah jabatan yang mewah, tetapi dia harus turut terlibat dalam perjuangan rakyatnya, teristimewa mereka yang sama sekali tidak beruntung nasibnya. Dia wajib manunggal dengan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan masyarakatnya. Dengan itu, diharapkan selama masa kepemimpinannya dia mampu mewujudkan kebenaran, keadilan, solidaritas dan kesejahteraan umum.
Mengakhiri kotbah ini, saya mengutip kata-kata Paus Fransiskus:” Saya mohon kepada Tuhan agar memberi kita lebih banyak politisi yang mampu berdialog dengan tulus dan efektif yang bertujuan untuk menyembuhkan akar-akar terdalam – dan bukan sekadar penampakan – kejahatan di dunia kita! Politik, meskipun sering direndahkan, tetap merupakan panggilan luhur dan salah satu bentuk kasih yang tertinggi, sejauh ia mengupayakan kebaikan bersama. Saya mohon kepada Tuhan agar memberi kita lebih banyak politisi yang sungguh-sungguh terganggu oleh keadaan masyarakat, rakyat, kehidupan orang-orang miskin! Sangat penting bagi para pemimpin pemerintah dan pemimpin keuangan untuk memperhatikan dan memperluas wawasan mereka, bekerja untuk memastikan bahwa semua warga negara memiliki pekerjaan, pendidikan dan perawatan kesehatan yang bermartaba dan kebaikan umum masyarakat” (Evangelii Gaudium, nomor 205).. ***