Gerady Tukan bagi bibit Jagung pulut; Ajak ‘Jagung pulut-kan’ Lembata.
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM–Gerady Tukan, dengan nama lengkap Gerardus Diri Tukan, putra asal Lamatuka Lembata yang kini menjadi salah satu staf dosen di program studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang, mengajak masyarakat kabupaten Lembata untuk menjadikan Lembata sebagai kabupaten jagung pulut. Ajakan itu ia lakukan melalui cara mengadakan bibit jagung pulut dan kemudian dibagi-bagikan secara gratis kepada sejumlah desa dan sejumlah orang pada Jumad 29 November 2024 di kediamannya, Waikomo Kelurahan Lewoleba Barat.
Gerardy Tukan, Dosen Unwira Kupang, kepada Warta-Nusantara.Com, Sabtu, 30/11/2024 menuturkan, Para kepala desa dan sejumlah utusan dari desa maupun person-person yang datang mengambil bibit jagung pulut, merupakan mereka-mereka yang telah menghubunginya pasca dirinya mengumumkan secara pribadi di berbagai media sosial tentang adanya bibit jagung pulut yang ia adakan.
Ia berharap agar di musim tanam tahaun 2024/2025 ini, Lembata muncul sebagai kabupaten penghasil jagung pulut. Dari produk jagung pulut yang banyak itu maka bisa hidupkan kembali sejumlah industry jagung titi yang sedang mati akibat ketiadaan bahan baku, jagung pulut.
Gerady mengisahkan bahwa sejak awal bulan Oktober 2023silam, ia menemukan adanya krisis jagung pulut di Lembata. Kondisi itu ia temukan dari salah satu siswi Madrasa Aliyah Swasta (MAS) Wangatoa Lembata, ketika dirinya mengunjungi sekolah itu untuk memperkenalkan Fakultas Sains dan Teknologi UNWIRA Kupang serta Program Studi yang ada di dalam fakultas itu.
Usai memberikan motivasi agar siswa siswi menyiapkan diri yang baik untuk siap kuliah, salah satu siswi asal desa Kolipadan Ile Ape menghampirinya dan mengemukakan kegelisahannya karena terancam tidak bisa melanjutkan pendidikan lantaran usaha yang dijalankan oleh mamanya sebagai produsen jagung titi, telah kolaps.
Matinya usaha yang dijalankan oleh mamanya itu akibat ketiadaan bahan baku (jagung pulut). Memang jagung yang sedang berlimpah di Lembata ketika itu adalah jagung hibrida dari program Tanam jagung Panen Sapi (TJPS), namun jagung hibrida tidak bisa sebagai bahan baku produksi jagung titi.
Sebab, jagung titi yang dibuat dari jagung hibrida, bertekstur keras, hambar dan tidak enak. Orang tua dari siswi ini telah berudaha mencari jagung pulut (bahan baku) ke berbagai tempat di Lembata hingga menyeberang ke pulau Adonara dan di kabupaten Alor, namun sulit memperoleh dan harganya pun mahal, berkisar Rp. 25.000 hingga Rp. 40.000 per Kg.
Mendengar penjelasan dari sisiwi MAS Wangatoa tersebut, Gerady mencoba menghubungi sejumlah desa melalui orang-orang yang dikenalnya, termasuk sejumlah Kepala Desa untuk menanyakan stock jagung pulut di desanya untuk dapat disuport ke produsen jagung titi di desa Kolipadan, namun diperoleh gambaran kondisi bahwa Lembata sedang terjadi kelangkaan jagung pulut.
Hal itu membuat dirinya membeli bibit jagung pulut di Kupang dan dibawa ke Lembata (Desember 2023), lalu dibaginya di beberapa tempat, termasuk 1 Kg dibawa ke orang tua dari siswi MAS Wangatoa yang berdomisili di desa Kolipadan, untuk dapat ditanam.
Upayanya Gerady untuk mendatangkan bibit jagung pulut pun tetap berlanjut di musim tanam 2024/2025. Pada bulan Oktober 2024, ia menghubungi sejumlah tempat di Lembata, terutama petani yang ia berikan bibit jagung pulut pada Desember 2023 silam.
Terkumpullah bibit sebanyak 80 Kg, yang dibelinya atau dibayar dengan harga Rp. 20.000/Kg. Ia pun menginformasikan hal tersebut ke berbagai pihak melalui media social, terutama WAG Ruang Baca Lembata yang beranggotakan 565 orang Lembata. Ia menawarkan bibit jagung pulut yang telah dikumpulkannya itu untuk diambil secara gratis guna ditanam di kebun masing-masing sehingga pada saat panen nanti (Maret atau April 2025), produksi jagung pulut di Lembata semakin banyak.
“Saya punya obsesi, kabupaten Lembata ini muncul dan terkenal sebagai kabupaten penghasil jagung pulut serta produk-produk hilirisasi berbahan baku jagung pulut. Lembata patut jadi terkenal karena produksi jagung muda berbasis jagung pulut, atau keripik jagung dari jagung pulut, dan terutama “mengembalikan” Lembata sebagai produsen jagung titi dari jagung pulut.
Usaha-usaha jagung titi berbasis jagung pulut yang dijalankan oleh mama-mama harus hidup kembali. Jika bahan baku (jagung pulut) melimpah maka tentu harga jagung titi juga tidak boleh mahal sejak dari dapur, karena kalau harga jagung titi mahal maka tentu dengan sendirinya produk ini tidak semarak di pasar. Jika kabupaten lain muncul dengan keunggulan daerahnya sebagai produk dari rakyatnya maka baiklah kalau kabupaten Lembata muncul sebagai kabupaten jagung pulut. Hal yang mudah dilakukan dan dicapai oleh semua masyarakat Lembata.
Pemerintah baru, Bupati Lembata terpilih yang bertara belakang orang pertanian, pernah jadi Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lembata, tentu akan lebih memperkuat ini melalui kebijakan-kebijakan sesuai dengan visi dan misinya”. Demikian harapan Gerady, pencipta lagu Tanah Lembata Helero”. *** (WN-01)