Mahasiswa MBKP Nubamado Provokasi Siswa Siswi SMANDU Nubatukan
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM–Para mahasiswa mahasiswi yang mengikuti program Magang Bersertifikat dalam tema kegiatan Muda Berdaya untuk Kedaulatan Pangan (MBKP) yan ditempatkan di Desa Nubamado, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, bertandang ke SMA Negeri 2 Nubatukan (SMANDU NUBATUKAN), Sabtu; 14 Desember 2024.
Para mahasiswa peserta magang di Desa Nubamado yang menjalani program yang digagas oleh Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA) bagi para mahasiswa mahasiswi se-Indonesia itu, berkunjung ke SMA Negeri 2 Nubatukan dan diterima oleh Kepala SMAN 2 Nubatukan, Cletus Laba,S.Pd yamg diwakili oleh Kaur Kesiswaan; Ambros A. Arantangen,S.Pd.Gr.
Para mahasiswa peserta magang di Desa Nubamado yang berkunjung ke SMANDU Nubatukan yakni Nurholisah, I Gusti Ayu Asti Devi Nirmala, Anindita Nareswari Althaf, Amalia Regita Cahyani, Riki Crisdianto, Rosyid Hidayat, Damasus Frederiko Lena.
Para mahasiswa yang berkunjung ke SMANDU Nubatukan tersebut didampingi oleh Gerardus Diri Tukan,S.Pd.M.Si (Gerady Tukan, asal Lembata), Dosen Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang yang diangkat sebagai mentor pendamping mahasiswa magang di desa Nubamado. Ketujuh mahasiswa tersebut serta mentor pendamping, diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan para siswa siswi di dalam Ruangan Aula SMANU Nubatukan
Di hadapan puluhan siswa siswi, para mahasiswa secara bergiliran menyapa para siswa, memperkenalkan diri dan berceritera tentang proses serta upaya yang ditempuh hingga bisa lolos seleksi dan diakomodir oleh negara menjadi peserta magang di Lembata. Frederiko Lena, mahasiswa asal Nagekeo, mahasiswa Program Studi Filsafat, Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero yang mengawali cerita, mengusahkan bahwa dirinya mengikuti seleksi untuk bisa menjadi mahasiswa magang, melewati tahapan-tahapan yang cukup menantang. Proses seleksi dan terutama tahap wawancara, dilakukan secara daring. Ia harus berusaha mencari tempat yang signal HP kuat agar bisa mengikuti eleksi secara baik. Ketika tim seleksi bertanya tentang apa yang ia kenal tentang Lembata, dirinya menjawab bahwa yang ia kenal tentang Lembata adalah ikan paus. Frederiko yang juga sebagai ketua kelompok magang di desa Nubamado, selanjutnya memotivasi para siswa untuk siap diri sejak SMA agar bisa pergi kuliah lalu bisa ikut berkompetisi mengikuti program-program tersebut.
Riki Crisdianto, mahasiswa semester 7,Program Studi Statistika Fakultas MIPA Universitas Bengkulu menggugah para siswa dengan mengatakan bahwa dia berasal dari keluarga yang orang tuanya termasuk tidak kuat secara ekonomi. Namun dirinya berusaha di semester awal dan memperoleh beasiswa, kemudian berjuang mengikuti seleksi dan bisa sampai di Lembata. Ia ingin membaktikan bidang ilmu statistic yang sedang dipelajarinya untuk terlibat melakukan pendataan dan analisisi secara statistic terkait kekuatan dan kedaulatan pangan masyarakat. Mengakhiri pembicaraannya, ia mengajak siswa siswi agar tidak boleh surut dalam belajar.
Amalia Regita Cahyani, mahasiswisemester 7,Program Studi Survei Pemetaan dan Informasi Geografis, gadis asal Lembang Bandung mengawali sapaannya pada para siswa siswi dalam bahasa Sunda dan mengajak para siswa siswi menyahut dalam bahasa Sunda pula. Ia mengajari cara menyapa dalam bahasa Sunda. Kepada siswa siswi, Amel mengaku jujur bahwa dirinya merupakan anak yang sejak SD hingga SMA, termasuk ‘anak rumah’. Namun di saat kuliah, ia ingin melihat dan bisa sampai di pulau lain di Indonesia ini. Olehnya dia berusaha mengikuti seleksi untuk bisa datang ke Lembata. Ia pun mengajak siswa siswi agar kelak bisa berjuang mengikuti program-program yang disiapkan pemerintah untuk mahasiswa. Amel juga mengajak siswa siswi untuk bisa kuliah di program studi yang kini ia belajar, karena merupakan program studi satu-satunya di Indonesia dan merupakan pengembangan dari bidang ilmu Geografi.
I Gusti Ayu Asti Devi Nirmala, mahasiswa semester 5; Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana Bali mengawali ceritanya dengan mengungkapkan kegembiraannya bisa sampai di Lembata. Gadis ayu asal Bali ini menjelaskan bahwa ketika mengetahui adanya program magang nasional bagi mahasiswa, dan temanya tentang kedaulatan pangan maka dirinya berjuang untuk ikut, karena sesuai dengan bidang ilmu yang sedang ditekuninya. Ayu, demikian dirinya disapa, mengajak siswa siswi untuk giat berinovasi mengolah pangan local menjadi bahan makanan bergizi. Nurholisah, mahasiswi semester 7;Departemen Teknologi pangan dan hasil pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas juga tampil memprovokasi siswa siswi untuk harus siap diri pergi kuliah dan giat belajar sehingga bisa berkompetisi merebut peluang program-program pemerintah. Nur, demikian sapaannya, dengan bangga mengungkapkan jika dirinya jauh dari Padang, Sumatera Barat, bisa sampai di Lembata atas dukungan pemerintah. Pemerintahlan yang membiayai perjalanan dan kehidupannya selama berada di Lembata, seperti sahabat-sahabat lainnya, dalam menjalankan program MBKM tersebut. Ia juga dengan mantap memperkenalkan karya yang dilakukan oleh kelompoknya di desa Nubamado yakni membuat kukis dari tepung pisang. Ketika dirinya bertanya, apakah para siswa siswi telah mendengar kukis dari tepung pisang, para siswa siswi mengaku baru mendengar tentang hal itu. Anindita Nareswari Althaf, mahasiswa semester 5;Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan juga menyambung ‘provokasi’ dari Ayu dan Nur. Dirinya membakar semangat siswa siswi dengan provokasinya bahwa Lembata, khsusnya Desa Nubamado punya banyak potensi pangan local yang harus diolah dengan pendekatan ilmiah agar produknya memiliki nilai gizi dan ekonomi yang tinggi. Olehnya, ia mengajak siswa siswi untuk bisa melanjutkan kuliah, termasuk memilih bidang Teknologi Pengolahan Bahan Pangan.
Rosyid Hidayat, mahasiswa semester 7,Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta menggugah siswa siswi bahwa dia di Yogyakarta ia tidak belajar tentang bertani di ladang, sebab di sana daerah persawahan. Dirinya justru belajar atau kuliah tentang bertani ladang di Lembata, dan itu sesuatu yang menantang namun menarik. Menurutnya, kebun-kebun warga hampir semuanya pada lahan yang miring atau terjal. Hal itu sangat mempercepat humus tanah terbawa pergi oleh air hujan sehingga mempercepat tanah jadi kurus alias kesuburan cepat hilang. Ia mengajak siswa siswi agar giat belajar dan tertarik untuk kuliah di pertanian seperti dirinya guna kembali dan mengembangkan pertanian lahan kering di Lembata.
Menanggapi penjelasan dari para mahasiswa, dua siswa SMANDU yakni Rio Uran (siswa kelas XI) dan Arni Maran (siswi Kelas XII IPA-2) meju menyampaikan kesan atas penjelasan yang mereka terima. Kedua siswa tersebut menyampaikan bangga karena dapat memperoleh informasi yang luar biasa dari kakak-kakak mahasiswa peserta magang, dan hal itu sangat memotivasi mereka,
Gerady Tukan, dalam mengakhiri acara provokasi kepada siswa siswi itu menyampaikan bahwa siswa siswi SMANDU Nubatukan patut berbagngga karena mendapat kunjungan dari para mahasiswa magang yang merupakan pilihan negara untuk datang tinggal di Lembata selama empat bulan. Mereka merupakan mahasiswa mahasiswi pilihan dari 400-an yang lolos seleksi dan langgar sekian banyak provinsi untuk datang ke Lembata.
Kiranya siswa siswi SMANDU yang telah mendengar penjelasan dan ajakan dari kakak-kakak mahasiswa dapat menyebarkan kabar baik ini kepada teman-teman yang lain agar sama-sama siap pergi kuliah sebagai mahasiswa mahasiswi asal Lembata yang siap bersaing, siap berprestasi dan memanfaatkan masa kuliah empat tahun (8 semester) sebagai kesempatan berprestasi nasional maupun internasional demi keberhasilan diri, kebanggaan orang tua dan berkualitas membangun Lembata *** (WN-01)
.