Seminar Nasional : Sosok & Kepahlawanan Herman Yoseph Fernandez, di Era Revolusi Cahaya dari Timur Untuk Indonesia
JAKARTA : WARTA-NUSANTARA.COM–Pada hari Sabtu 14 Desember 2024, bertempat di Aula Soerjadi, Gedung PPAD (Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat) Jl. Matraman Raya No.114-116, Jakarta Timur, berlangsung Seminar Nasional mengusung tema: SOSOK & KEPAHLAWAN HERMAN YOSEPH FERNANDEZ, PEJUANG ERA REVOLUSI, CAHAYA DARI TIMUR UNTUK INDONESIA.
Seminar ini bertujuan memberikan gambaran tentang sosok dan kepahlawanan Herman Yoseph Fernandez dalam era revolusi, dengan data dan fakta yang dapat dipertanggung-jawabkan secara akademis. Seminar ini juga untuk memberikan gambaran secara keseluruhan tentang pengabdian, pengorbanan, kontribusi dan perjuangan sepanjang hidup Herman Yoseph Fernandez, serta nilai-nilai luhur yang dimiliki, yang memungkinkan Herman Fernandez dinilai memenuhi syarat layak menjadi Pahlawan Nasional.
Seminar nasional ini diselenggarakan dalamrangka proses Pengusulan Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional bagi Pejuang Bangsa Herman Yoseph Fernandez. Dan merupakan seminar nasional terakhir dari proses yang diamanatkan pemerintah. Sebelumnya dalam bulan April 2024, telah berlangsung sarasehan dan sosialisasi di tingkat Kabupaten Flores Timur, sekaligus dimulainya proses pengusulan gelar Pahlawan Nasional bagi Herman Yoseph Fernandez dari pihak keluarga kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur. Dan pada tanggal 13 November 2024 telah berlangsung Seminar Nasional Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur di Kupang.
Seminar Nasional Tingkat Pusat kali ini dihadiri oleh para Tokoh Militer, Pejabat Kementerian Sosial, Akademisi, Pemerhati Sejarah, Pimpinan Hirarki Gereja Katolik, Ormas Katolik, Perwakilan Partai Politik, Media Massa, Masyarakat Diaspora NTT di Jakarta serta masyarakat umum. Juga menurut rencana akan dihadiri juga perwakilan dari Kabupaten Kebumen dan Desa Sidobunder (Camat Puring dan Kades Sidobunder), tempat terjadinya Palagan Sidobunder,dimana Herman Fernandez dan Tentara Pelajar kawan-kawannya bertempur tahun 1947. Juga dihadiri juga oleh Pimpinan SMA Pangudi Luhur, Van Lith Muntilan, tempat dulu Herman Fernandez pernah sekolah untuk menjadi guru. Kegiatan seminar nasional ini bersifat non-komersial (tidak berbayar) dengan target peserta 150 orang.
Pelaksana Tugas Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD), Mayjen TNI (Purn) Dr. Komaruddin Simanjuntak, S.I.P., M.Si direncanakan membuka dengan resmi acara seminar nasional tingkat Pusat ini. Turut memberikan sambutan dalam seminar ini Ketua Panitia Nasional Pengusul Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional Herman Yoseph Fernandez, Ibu Fransisca Christine Siahaan Njo SE,MM.
Seminar Nasional ini menghadirkan sejumlah nara sumber. Antara lain Dekan Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum, selaku penulis dan koordinator Tim Penulis Naskah Akademik yang membawakan topik “Sosok dan Kepahlawanan Herman Fernandez ,Pejuang di Era Revolusi, Cahaya Dari Timur Untuk Indonesia; Sejarawan Nasional, Prof. Dr. Asvi Warman Adam membawakan makalah berjudul “Kesejarahan dan UU Kepahlawanan Herman Yoseph Fernandez”. Dan Tokoh TNI AD, Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat RI, Letnan Jendral TNI (Purn.) Kiki Syahnakri, dengan topik “Arti Palagan Sidobunder dalam Politik dan Pertahanan Nasional”. Sebagai moderator adalah tokoh media Hermien Y. Kleden. Sebagai penanggap Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum, Sejarawan dan Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonnesia ; Sejarawan Pusjarah TNI Letkol.Adm.Dr. Saparuddin Barus, mewakili Kapusjarah TNI Brigjen TNI M. Syech Ismed, S.E., M.Han.; Sekretaris Dinas Sejarah TNI Angkatan Laut, Kolonel Laut ( KH) Drs.Heri Sutrisno,MSi mewakili Kepala Dinas Sejarah TNI AL,Laksamana Pertama TNI Dr. Hariyo Poernomo, S.E., M.M., M.Tr.Opsla, M.Han ; dan Mayor Jenderal TNI (Purn.) Herman Musakabe (Tokoh NTT).
Seminar Nasional Tingkat Pusat ini tetap berbasis data dari buku biografi “ Herman Yoseph Fernandez, Kusuma Bangsa Pembela Tanah Air, Layak Jadi Pahlawan Nasional “, yang ditulis oleh Thomas B.Ataladjar dan Naskah Akademik berjudul “Sosok Dan Kepahlawanan Herman Yoseph Fernandez, Pejuang Era Revolusi, Cahaya Dari Timur Untuk Indonesia”. Naskah Akademik ini ditulis oleh Tim Penulis yang terdiri dari Dr.Yoseph Yapi Taum,M.Hum, Letnan Jendral TNI (Purn.) Kiki Syahnakri , Drs. Marianus Kleden, MSi dan Dr. Gories Lewoleba, MSi.
Herman Fernandez, Bintang Diantara Bintang-Bintang
Sosok, ketokohan, perjuangan dan kepahlawanan Herman Yoseph Fernandez, telah tersaji dalam biografi, booklet, naskah akademik maupun publikasi media yang telah tersebar luas selama ini. Juga telah disosialisasikan dan dikaji lewat kegiatan bedah buku, sarasehan, seminar maupun Focus Group Discussion (FGD) baik di Jakarta, Banten, Larantuka, Kupang dan lain-lain.
Sejak kecil dan sekolah Schakelschool di Ende dan melanjut ke Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK) Van Lith di Muntilan; lalu sebagai romusha di Tambang Bayah, Banten, kemudian masuk berbagai organisasi Perjuangan Rakyat di Yogya; lalu bertempur di Palagan Sidobunder, akhirnya gugur sebagai kusuma bangsa dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta, sosok Herman Yoseph Fernandez ibarat “bintang di antara bintang bintang”. Betapa tidak!
Anak Guru, Anak Lamaholot dan Anak Misi
Herman Yoseph Fernandez, lahir pada 3 Juni 1925 di Ende, Flores, dari keluarga guru, beretnis dan berbudaya Lamaholot, agamis dan cinta pendidikan. Ayahnya Markus Suban Fernandez dan ibunya Fransisca Theresia Pransa Carvalho Kolin sama-sama guru, sebuah profesi bergengsi di Flores saat itu. Keluarga guru ini juga merupakan “orang misi katolik” yang selalu berada di lingkungan misi dan selalu berhubungan dengan misionaris katolik dan pendekar pendidikan di Flores kala itu. Mereka antara lain Mgr.Petrus Carolus Noyen, SVD, Mgr. Arnold Verstraelen, SVD, Mgr. Heinrich Leven, SVD, Mgr Antonius Hubertus Thijssen, SVD dan Pastor Frans Cornelissen SVD, Johanes Bouma,SVD, Gerardus Huijtink,SVD dan Pastor Van Velsen ,SVDkepala sekolah dasar (Schakelschool) di Ndona, sebuah sekolah yang sangat bermutu dan telah menghasilkan banyak tokoh Katolik Flores , termasuk Frans Seda dan Herman Fernandez. Schakel School ini memberikan pendidikan dasar , tidak hanya pengetahuan umum tetapi juga pembentukan moral dan spiritual.
Bahkan dua murid guru Markus Suban Fernandez, (ayah Herman Fernandez) kemudian menjadi uskup yakni Mgr.Darius Nggawa,SVD uskup Larantuka dan Mgr.Isak Doera,Pr,uskup Sintang. Di Larantuka Markus Suban Fernandez adalah punggawa Raja Larantuka dan di Ende beliau adalah sahabat dekat Raja Aroeboesman.
Di Ende, Herman Yoseph Fernandez pertama kali kenal dengan Bung Karno. Karena Bung Karno adalah teman main bola sodok ayahnya Guru Markus Suban Fernandez. Sementara ibu Inggit Ganarsih Soekarno, bersahabat dengan ibunya Herman Fernandez, Fransisca Theresia Pransa Carvalho Kolin dan sering megajak nya untuk melelang sisa kain-kain jualan yang tidak laku dijual Bung Karno di Ende. Dan Bung Karno sendiri pernah mengunjungi Schakel School pada tahun 1936 saat Herman Fernandez dan Frans Seda duduk di kelas dua. Frans Seda ditugaskan pastor kepala sekolah untuk menyambut Bung Karno atas nama sekolah. Namun karena status Bung Karno “tahanan politik” Belanda di Ende 1934-1938, ia dilarang memasuki ruangan kelas. Maka Frans Seda keluar dan menyampaikan deklamasinya di luar di depan jendela. Judulnya “Een heantje en een hennetje, die /open in de wei” (anak ayam jantan dan betina jalan-jalan di padang rumput) demikian nama syair yang dipilih Frans Seda. Bung Karno menyambut dengan kata-kata, “bagus … ,bagus …. , dengan bahasa Belanda sambil menanyakan nama dan kampung asal Fran Seda (Frans Seda, 1981: 72-73). Pertemuan Herman Fernandez dengan Bung Karno berikutnya terjadi pada tahun 1944 saat Bung Karno mengunjungi romusha di pertambangan batubara di Bayah,Banten selatan.
Sebagai putra Lamaholot, yang berlatar belakang sosial dan budaya Lamaholot, Herman Fernandez mewarisi nilai-nilai Lamaholot, seperti keberanian, teguh membela kebenaran, keterbukaan, gotong royong (gemohing), taat pada atasan dan aturan, kerja keras, jujur dan cinta akan pendidikan. Nilai-nilai ini membentuk kepribadiannya dan menjadi fondasi bagi pembentukan karakternya, yang kelak sangat mewarnai perjuangannya sebagai seorang tokoh pejuang bangsa.
Semangat Keindonesiaan, Tertanam Kuat di Sekolah Van Lith Muntilan.
Di sekolah Guru HIK Van Lith, Muntilan, Herman Fernandez belajar bersama teman-teman yang berasal dari berbagai etnis di Indonesia seperti Belanda, Cina, Jawa, Batak, Flores, Bali, Kalimantan, Manado, Ambon dan lain-lain. Herman sekelas dengan Yosaphat Soedarso, Frans Seda, Antonius Josef Witono dan lain-lain. Di sekolah Van Lith mereka digembleng jadi insan yang nasionalis, patriotik, heroik, militan, humanis dan toleran. Selain mata pelajaran umum juga ada ekstrakurikuler seperti musik. Herman Fernandez yang fasih berbahasa Belanda, piawai memainkan alat musik trompet dan terpilih menjadi anggota Orkes Simfoni Muntilan.
Semua siswa digembleng mental dan karakternya tentang kedisiplinan, kejujuran, kesederhanaan, pengabdian tanpa pamrih, spiritualitas, kristianitas, toleransi, nasionalisme dan militansi. Semuanya ditujukan untuk menghasilkan insan beriman katolik yang terdidik otaknya, terdidik mentalnya dan terdidik wataknya. Tidak heran sentuhan Van Lith akhirnya juga melahirkan pahlawan nasional seperti Yos Sudarso, Mgr. Albertus Soegijapranata, S.J, Ignatius Kasimo dan Cornel Simanjuntak. Sekolah Van Lith Muntilan juga telah menghasilkan sejumlah musisi dan komponis nasional seperti Cornel Simanjuntak, Liberty Manik, Binsar Sitompul, dan Soedjasmin.
Romo Fransiscus Georgius Josephus Van Lith pendiri Van Lith College, menanamkan prinsip bahwa pendidikan adalah alat pembebasan manusia dari kebodohan dan penindasan. Ia menekankan pentingnya menghargai identitas lokal sekaligus membuka diri terhadap wawasan global.Romo Van Lith mewariskan lima nilai utama yang menjadi inti pendidikan di HIK Muntilan, yakni: 1) Nasionalisme: Menanamkan semangat kebangsaan. 2) Patriotisme: Mengajarkan semangat cinta tanah air dengan pengabdian tulus kepada bangsa. 3) Humanisme: Membentuk pribadi yang menghormati martabat manusia. 4) Militansi Perjuangan: Menumbuhkan semangat juang yang tidak kenal lelah, dan Iman Katolik: Mengintegrasikan iman sebagai dasar moral dan perjuangan. Herman Yoseph Fernandez adalah salah satu alumni Muntilan yang mewujudkan nilai-nilai ini dalam perjuangannya demi bangsa. Proses “meng-Indonesia” selama dididik Sekolah Van Lith Muntilan ini menjadi nyata saat Herman Fernandez terlibat dalam pertempuran hidup mati di Palagan Sidobunder tahun 1947, mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.
Herman Fernandez, Tan Malaka, Romusha dan «Sekolah Kehidupan» di Tambang Bayah
Pendudukan Jepang atas Indonesia tahun 1942, berdampak dengan ditutupnya sekolah guru HIK Muntilan. Herman Fernandez dan kawan-kawan batal jadi guru. Ia dan temannya Alex Rumambi, memutuskan menjadi romusha di tambang batubara di Bayah, Banten. Di Bayah mereka bertemu dengan tohoh Pergerakan Nasional Tan Malaka yang menyamar dengan nama samaran Ilyas Husein.
Herman Fernandez dan Tan Malaka ternyata memiliki sejumlah kesamaan. Sama-sama senasib sebagai romusha. Sama-sama anti kolonial termasuk Jepang. Sama-sama fasih bahasa Belanda karena dididik di sekolah Belanda. Dan sama-sama menginginkan Indonesia merdeka, bebas dari penjajahan.
Pengalaman sebagai romusha dan hidup bersama Tan Malaka ini menjadi “sekolah kehidupan” bagi Herman, yang turut membentuk karakter Herman sebagai insan dan pemimpin yang tangguh dan berintegritas. Herman belajar dari pengalaman hidup yang keras, solidaritas dengan sesama romusha, dan nilai-nilai perjuangan untuk kemerdekaan. Bayah menjadi simbol kekejaman sistem kolonial Jepang, tetapi juga panggung bagi aksi kemanusiaan dan solidaritas yang dilakukan oleh Herman dan rekan-rekannya.
Bersama Alex Rumambi, ia bekerja sebagai staf pegawai pertambangan, dengan gaji dan penghasilan lebih tinggi dibandingkan romusha biasa yang kerja di lubang-lubang tambang. Mereka menyisihkan sebahagian dari gaji dan pendapatan mereka untuk mendukung kebutuhan hidup dan kelanjutan sekolah teman-temannya di Yogyakarta, seperti Frans Seda, untuk menyelesaikan pendidikan.
Herman Fernandez tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan di Hollandsche Indische Kweekschool (HIK) Van Lith, tetapi juga oleh interaksinya dengan Tan Malaka di Bayah. Tan Malaka, yang menggunakan nama samaran Ilyas Husein saat itu, adalah sosok yang dihormati, karena kepeduliannya terhadap para romusha. Ia mendirikan dapur umum, memperjuangkan hak-hak buruh, dan memastikan kesejahteraan mereka, termasuk pengelolaan pangan dan perawatan medis. Nilai-nilai kemanusiaan dan keberanian Tan Malaka menginspirasi Herman Fernandez untuk mengutamakan kepentingan bersama di atas keuntungan pribadi.
Spirit pluralisme diperlihatkan secara nyata oleh Herman Fernandez dengan kesediaan untuk menerima keberagaman (pluralitas), untuk hidup secara toleran pada tatanan masyarakat di Banten yang berbeda suku, gologan, agama, adat, hingga pandangan hidup. Ini menunjukkan kematangan dari kepribadian seseorang Herman Yoseph Fernandez. Sementara semangat nasionalisme dan patriotismenya terus menggebu.
Maka begitu Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Tan Malaka langsung kembali ke Batavia ikut menggerakan massa dalam Rapat Raksasa Ikada 19 September 1945 bersama Bung Karno. Sementara Herman Fernandez dan Alex Rumambi kembali ke Yogya dan langsung bergabung dalam sejumlah organisasi perjuangan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.Antara lain Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), Pemuda Nusantara. Persatuan Pelajar Indonesia Sulawesi ( PERPIS), Gerakan Rakyat Indonesia Soenda Ketjil (GRISK) dan Lasykar Paradja atau Batalyon Timor.
Di GRISK (Gerakan Rakyat Indonesia Sunda Kecil), Herman Fernandez bergabung dengan teman-teman seasal dari NTT, ikut berjuang membela bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan RI dengan ketua Prof. Dr. Ir Herman Yohanes (mantan menteri PU Orde Lama). GRISK memiliki sayap militan yang terkenal dengan nama Laskar Paradja atau Batalion Timor. Komandannya antara lain Ishak Rohi Lobo. Para perwira dan anggota pasukannya antara lain Ir. Herman Johannes, Frans Seda, Amos Pah, El Tari, Is Tibuludji, Herman Yoseph Fernandez, Yos Kodiowa, Daud Kellah, Benyamin Pandie, El Tari, Willem Wowor, Silvester Fernandez, Dion Lamury, Paulus Wangge , Laurens Say, Kapten Hendrik Rade, Kapten J.Moi Hia, Benyamin Lihoe, Letnan Jeremias Henuhili dan Prajurit Hawoe Dima dan lain-lain.
Herman Yoseph Fernandez terakhir bergabung dengan PERPIS dan terlibat dalam pertempuran hidup mati di Palagan Sidobunder, Kebumen. Teman seperjuangannya di medan perang di Front Barat Yogya ini, banyak yang kemudian menjadi tokoh nasional seperti Rusmin Nuryadin (KSAU), Anton Sudjarwo (Kapolri), Ali Said (Jaksa Agung), Nani Soedarsono, (Menteri Sosial), Maulwi Saelan, Alex Rumambi, Martono (Menakertrans), Prof.Dr.Drh Djokowoerjo Sastradipraja (Guru Besar IPB Bogor), Marsekal Madya (Purn) Imam Soekotjo (Mantan Wakasau) dan lain-lain.
Kisah heroik yang ditunjukkan Herman Fernandez antara lain saat terjadi pertempuran hidup mati Sidobunder dan saat dihadapkan ke Pengadilan Militer Belanda di penjara Benteng Van Der Wijck.
Yang Kami Kenal dan Kami Pertahankan Cuma Satu, Negara Republik Indonesia!
Pada 2 September 1947 subuh, Pasukan Belanda melancarkan serangan besar-besaran mengepung Sidobunder. Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini, Herman dipercaya mengoperasikan senjata mesin Juki. Bersama rekan-rekan Tentara Pelajar memberikan perlawanan heroik. Pertempuran tersebut menewaskan 19 pejuang, termasuk 16 anggota Tentara Pelajar.
Herman Fernandez dan La Sinrang suatu saat dihadang oleh pasukan Belanda. Komandan pasukan Belanda Kapten Nex mengokang senjatanya siap menarik pelatuk untuk menembak Fernandez. Dalam situasi sangat genting, La Sinrang langsung memuntahkan peluru satu-satunya yang dimiliki dan menembak mati Kapten Nex. La Sinrang ketangkap sementara Fernandez berhasil meloloskan diri ke markar Perpis.Ternyata Alex Rumambi belum ada di Markas. Sang komandan Maulwi Saelan lalu memerintahkan Herman Fernandez untuk mencari Alex Rumambi. Di tengah situasi pertempuran, Fernandez akhirnya menemukan Alex Rumambi dalam kondisi sekarat. Saat sedang membopong Alex Rumambi, pasukan Belanda mengepung dan melumpuhkan Fernandez dengan menembak kakinya, tertangkap dan ditahan di penjara Gombong. Sementara Alex Rumambi diselamatkan seorang petani Kramasentana, dan dirawat.
Di penjara Gombong, La Sinrang akhirnya bertemu dengan Herman Fernandez.Keduanya dihadapkan ke pengadilan militer Belanda. Heroisme Herman Yoseph Fernandez terungkap pula dalam pengadilan militer Belanda.Herman Yoseph Fernandez tetap teguh pada semangat kebangsaan dan kejuangan untuk kemerdekaan Indonesia. Kata-kata terakhirnya menjelang eksekusi menunjukkan semangat juang yang tak tergoyahkan. Saat ditanya :’ Kamu pilih mana,Negara Indonesia Timur atau Yogyakarta!’Herman Fernandez tegas menjawab: “Yang kami kenal dan kami pertahankan cuma satu, Negara Republik Indonesia!” Dengan demikian, jelas bahwa perjuangan Fernandez memberikan dampak yang luas bagi bangsa Indonesia, sejalan dengan kriteria yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009
Dan saat ditanya ‘Siapa yang menembak Kapten Nex? Herman Fernandez langsung menjawab ‘saya yang tembak’.Ini dilakukan Herman Fernandez untuk menyelamatkan temannya La Sinrang dari hukuman mati, hanya karena La Sinrang telah menyelamatkan jiwanya saat hendak ditembak oleh Kapten Nex dalam pertempuran Sidobundar. Atas pengakuannya ini, akhirnya Herman Fernandez divonis hukuman mati di depan regu tembak Belanda.
Herman Yoseph Fernandez akhirnya gugur sebagai Kusuma bangsa dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Yogyakarta. Di Taman Makam Pahlawan ini, juga dimakamkah Jenderal Besar Sudirman, Letjen Urip Sumohardjo, dua pahlawan Revolusi Brigjen TNI(Anumerta) Katamso Darmokusumo dan Kolonel (Anumerta) Sugiyono Mangunwiyoto, serta ratusan pejuang dan pahlawan bangsa lainnya.
Nama Herman Yoseph Fernandez telah terabadikan di sejumlah monumen di Jawa seperti Monumen Sidobunder, Monumen Tentara Pelajar di Kebumen, Makam dan Monumen di TMP Kusumanegara Yogya dan di Monumen Yogya Kembali. Patung dan monumennya sejak 1988 tegak di Taman Herman Yoseph Fernandez di pusat kota Larantuka, juga nama Jalan Herman Yoseph Fernandez. Di Kota Pancasila Ende tepatnya di Selasar Para Pahlawan Taman Bung Karno, Ende, Flores NTT, telah berdiri patung kepala dari Pahlawan Bangsa Herman Yoseph Fernandez.
Nama Herman Fernandez juga telah terukir abadi sebagai nama Lembaga Pendidikan di Pulau Adonara sejak tahun 1991. Yakni TKK Herman Fernandez di desa Balaweling Noten, Witihama dan TKK Herman Fernandez di desa Watowaeng, Kiwangona, Adonara timur. Nama Herman Fernandez dan kisah heroik pertempurannya di Palagan Sidobunder, juga sudah terabadikan di buku yang diterbitkan pihak militer yakni Gelegar di Bagelen dan Peran Pelajar dalam Perang Kemerdekaan.
Semua ini merupakan bentuk pengakuan Pemerintah, Militer dan masyarakat atas perjuangan dan kepahlawanan Herman Fernandez dalam Perang Kemerdekaan di Front Barat Yogya 1947-1948.
Persatukan Bangsa, Perhatikan Keterwakilan
Seminar nasional di tingkat Pusat di Jakarta ini ,merupakan sebuah perjuangan. Perjuangan ini tidak saja memperjuangkan Herman Yoseph Fernandez sebagai pahlawan nasional. Tapi juga dalam rangka membangun nasionalisme bangsa dan Jiwa bangsa ini ke depan. Juga membangun jiwa bangsa, seperti teramat sering kita lagukan dalam lagu Indonesia Raya bangunlah jiwanya bangunlah badannya.
Indonesia sangat multi dimensi baik ras, etnis, budaya, agama ,kepercayaan dan lain sebagainya. Saat ini dua pekerjaan besar yang harus dikerjakan adalah mempersatukan bangsa dan memperhatikan keterwakilan di Indonesia. Keterwakilan bukan keterpilihan. Demikian dalam hal kepahlawanan. NTT tidak sekedar jadi penonton dan penikmat dari kemerdekaan Indonesia. Putra putrinya ikut terjun ke medan pertempuran membela bangsa ini. Jika dari Flores atau NTT bisa ada lagi pahlawan nasionalnya, ini sungguh sebuah berkat bagi bangsa. Karena ada keterwakilan pahlawan nasional di semua daerah dari Aceh hingga ke Papua. (Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri).
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 itu ada 6 poin tentang syarat umum dan syarat khusus untuk menjadi pahlawan nasional, jika dicermati, Herman Fernandez memenuhi persyaratan itu. Jadi beralasan Herman Fernandez diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Sikap Herman Yoseph Fernandez sebagai sosok yang anti kolonial terhadap Jepang dan Belanda menunjukkan bahwa ia seorang patriot yang tegas dan berprinsip.Fernandez tampil sebagai pejuang bangsa yang telah melakukan tindakan bela negara.Herman Yoseph Fernandez aktif mempertahankan kedaulatan negerinya dan berjuang mempertahankan NKRI, dan tidak pernah menyerah pada musuh kolonialnya. Dan tidak pernah mengkhianati bangsanya, bahkan hingga gugur di ujung senjata kolonial merupakan bagian dari bentuk perlawanannya terhadap penjajah kolonial. Herman Fernandez gugur sebagai Kusuma Bangsa, tanpa pernah ikut menikmati buah-buah kemerdekaan negara yang dibelanya.
Dengan ikut mempertahankan kemerdekaan Fernandez ikut mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Ia mewariskan spirit perjuangan sebagai patriot sejati serta keteladanan positif, serta memiliki integritas moral dan keteladanan positif yang mengagumkan. Herman memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi. Melakukan perjuangan yang mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional.
Herman Yoseph Fernandez Layak Jadi Pahlawan Nasional
- Herman Yoseph Fernandez gugur sebagai Tentara Pelajar dalam Perang Kemerdekaan untuk mempertahankan NKRI, setelah pertempuran hidup mati melawan Belanda dalam Palagan Sidobundar 2 September 1947 dan gugur dieksekusi pada 31 Desember 1948.
- Herman Yoseph Fernandez tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan, sampai gugur sebagai Kusuma Bangsa, tanpa pernah ikut menikmati buah kemerdekaan yang diperjuangkannya.
- Herman Fernandez Patriot dan Pejuang Sejati Bangsa dengan seabreg keteladanan positip. Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi, humanis dan toleran serta taat pada komandan dan rela berkorban dengan rela mengorbankan diri demi bangsa dan sahabat perjuangannya La Sinrang dan Alex Rumambi. Perjuangannya berdampak secara nasional.
- Selama pengabdiannya, beliau selalu memegang teguh prinsip-prinsip perjuangan yang diorientasikan semata-mata untuk mempertahankan kemerdekaan dan eksistensi NKRI. Kesemuanya itu mencerminkan betapa kuatnya nilai-nilai kepatriotan dan perjuangannya yang heroik sebagai Tentara Pelajar dan Pejuang Bangsa.
- Herman Fernandez dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Yogyakarta bersama Jenderal Besar Sudirman dan Letjen Urip Sumoharjo serta ratusan Pejuang dan Pahlawan Bangsa lainnya. Hal ini menunjukkan pengakuan negara dan perhatian pemerintah, militer dan masyarakat terhadap perjuangan, pengorbanan dan kontribusi Herman Fernandez bagi bangsa Indonesia.
- Nama Herman Fernandez terukir abadi di sejumlah monumen, patung dan tugu peringatan, nama jalan , serta nama Taman Kanak Kanak dan dalam buku sejarah yang diterbitkan militer, seperti telah diuraikan di atas.
- Hidup Herman Fernandez sejak masa kecil,remaja,masa sekolah dan masa perjuangan revolusi, hingga gugur berada diantara dan bersama sejumlah tokoh yang kemudian menjadi tokoh bangsa bahkan Pahlawan Nasional, seperti telah diuraikan di atas.
- Herman Fernandez memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi, humanis dan toleran serta taat pada komandan dan rela berkorban dengan rela mengorbankan diri demi bangsa dan negara serta sahabat seperjuangannya La Sinrang dan Alex Rumambi.
- Perjuangan Herman Fernandez berdampak secara nasional. Beliau selalu memegang teguh prinsip-prinsip perjuangan yang diorientasikan semata-mata untuk mempertahankan kemerdekaan dan eksistensi NKRI. Kesemuanya itu mencerminkan betapa kuatnya nilai-nilai heroisme, kepatriotan dan perjuangannya yang heroik sebagai Tentara Pelajar dan Pejuang Bangsa sampai gugur sebagai Kusuma bangsa, tanpa ikut menikmati buah-buah kemerdekaan yang turut diperjuangkannya.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, setelah mencermati rekam jejak perjuangan, kepahlawanan, keteladanan positip Herman Yoseph Fernandez sampai gugurnya sebagai kusuma bangsa demi mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan demikian, pengusulan Herman Yoseph Fernandez sebagai Pahlawan Nasional bukan hanya bentuk penghormatan terhadap pengorbanannya, tetapi juga merupakan langkah konkret dalam memperkuat identitas kebangsaan Indonesia, yang menjunjung tinggi prinsip persatuan dalam keberagaman. Dengan demikian, Herman Yoseph Fernandez layak untuk menjadi Pahlawan Nasional.***
Jakarta, 14 Desember 2024
( Thomas B.Ataladjar)