Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Mik.5:1-4a; Ibr. 10:5-10; Luk.1:39-45
WARTA -NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, adalah nabi Mikha yang kita dengar dalam bacaan I. Ia merupakan salah seorang nabi yang berkarya pada abad 8 SM. Ia diperkirakan hidup pada masa yang sama dengan nabi Amos, Hosea dan Yesaya. Teristimewa dengan nabi Yesaya, ia memiliki hubungan rohani yang sangat dekat. Karena itu para ahli kitab suci menduga, kemungkinan Yesaya adalah gurunya.
Pemberitaan mengenai keadilan sosial yang disuarakan oleh nabi Amos, juga mempengaruhi pewartaannya. Sebab,ia melihat bahwa korupsi merajalela dalam kehidupan Israel Utara dan Israel Selatan, terutama dilakukan oleh para pemimpin keagamaan. Kemudian, ada banyak tuan tanah yang menindas orang-orang miskin, penyelewengan hukum, dan ritual peribadatan yang tidak sungguh-sungguh. Karena itu maka pewartaan Nabi Mikha sangat menekankan keadilan, kebenaran dan moralitas yang benar. Sebagai umat TUHAN sudah sepatutnyalah bangsa Israel juga melakukan keadilan, kebenaran dan memiliki moralitas yang baik. Sebagai umat TUHAN, Israel seharusnya beribadat hanya kepada TUHAN dan tidak dipengaruhi oleh penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang Kanaan.
Pada abad kedelapan Sebelum Masehi, dia telah bernubuat tentang seorang perempuan yang akan melahirkan seorang yang akan memerintah Israel. Inilah nubuatnya:”Hai BetlehemEfrata,hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala,sejak dahulu kala.Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan.”
Mikha bernubuat bahwa seorang pemimpin akan muncul dari Betlehem, Efrata, suku kecil kaum Yehuda yang akan menggenapi janji-janji Allah kepada umat-Nya. Ayat ini mengacu kepada Yesus sang Mesias, yang asal usulnya “sudah sejak purbakala” namun Ia akan lahir sebagai manusia.
Dalam tradisi Kristen, pada nabi dipandang sebagai ”pelihat” atau “peramal” tentang masa depan, yang nubuat-nubuat mereka menunjuk kepada kedatangan Yesus. Nubuat nabi Mikha bahwa ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan terlaksana dalam diri Bunda Maria yang hari ini kita dengar kisahnya melalui injil Lukas.
Setelah menerima Kabar Gembira dari Malaekat Tuhan untuk menjadi ibu Yesus, yang diikuti oleh pernyataan rela sedianya, Maria tak perlu tunggu lama untuk menyampaikan berita sukaita itu kepada Elisabeth saudaranya. Maka penginjil mencatat:” Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”
Kehidupan Maria dan Elisabeth terjalin erat satu sama lain. Tidak saja kerena keduanya berkerabat oleh ikatan darah, tetapi terutama keduanya mendapatkan anak seturut rancangan ilahi. Keduanya juga menanggapi rahmat Allah yang dicurahkan kepada mereka dengan suara kenabian yang memaklumkan makna dan peran Yesus dalam rencana keselamatan Allah.
Karena itu maka, begitu mendapatkan kabar sukacita bahwa sepupunya pada usia tua juga sedang mengandung, Maria pun bergegas mengunjunginya. Ia harus menyusuri perjalanan selama kurang lebih empat hari lamanya. Maria menyusuri daerah pegunungan yang tentu penuh dengan alal rintangan.Namun dia tak patah semangat. Dia menyusuri daerah pegunungan hingga sampailah ia dengan selamat. Ia masuk ke rumah Zakharia lalu memberi salam kepada Elisabeth. Mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya lalu Elisabeth pun penuh dengan Roh Kudus.
Saudara-saudaraku, ketika Elisabeth dipenuhi dengan Roh Kudus, maka terpenuhilah ramalan nabi Yoel:” Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat (Yl.2:28). “
Maka begitu Elisabeth penuh dengan Roh Kudus, ia lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”
Elisabeth tidak pernah digelari nabi/nabiah. Namun dari bibirnya keluarlah nubuat yang paling awal tentang Yesus, yang digelari “Buah Terpuji” dari rahim Maria. Walaupun Elisabeth tidak diakui sebagai nabi/nabiah, namun ia melakukan peran kenabian dengan spontanitas dan kebebasan yang besar sesuai dengan ilham Roh di dalam kehidupannya. Kata-katanya:” Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” merupakan pengakuan kristologis pertama dan satu-satunya dari mulut seorang perempuan. Kata Tuhan bagi penginjil adalah gelar yang dipakai oleh orang-orang Kristen untuk Yesus, sebagai tanda pengakuan mereka atas kekuasaan-Nya yang transenden. Maka pengakuan Elisabeth ini sejatinya mau menegaskan bahwa Yesus yang akan dilahirkan dari rahim Maria adalah Manusia sekaligus Tuhan.
Saudara-saudari yang terkasih, menarik dalam seluruh kisah injil ini adalah perjumpaan dua perempuan bersahaja. Mereka adalah wanita-wanita desa di dusun yang kecil. Dari rahim perempuan desa ini ramalam nabi Mikha terpenuhi:” Hai BetlehemEfrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. Sebab itu ia akan membiarkan merekasampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel. Maka ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi.”
Bagaimana dengan kita? Saya percaya Natal kian dekat. Hati kita tentu diliputi sukacita. Karena ini moment spesial kita dapat berbagi kasih. Ini moment istimewa kita mewartakan sukacita natal. Semoga sukacita yang dialami oleh dua perempuan itu, dialami juga oleh kita semua, Karena itu apapun kondisi kita sekarang ini, kini dan di sini, kita tetap bersukacita menantikan kedatangan Yesus sambil bermadah:”
Kunyanyi Tuhan datanglah,
Kunyanyi Tuhan datanglah,
Kunyanyi Tuhan datanglah,
Oh Tuhan, datanglah.” ***