Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yes. 60:1-6; Ef.3:2-3a.5-6; Mat. 2:1-12
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, hari ini Gereja Katolik Universal merayakan Pesta Penampakan Tuhan. Dulu dikenal dengan Pesta Tiga Raja, yang kisahnya kita dengar dalam injil tadi. Hanya Matius satu-satunya pengInjil yang memuat kisah ini. Tidak disebutkan jumlah orang Majus yang menyembah bayi Yesus. Selain itu juga tidak disebutkan jenis kelamin maupun nama-nama mereka. Alkitab juga tidak menyebut lebih lanjut tentang orang Majus ini. Dalam tradisi yang kemudian diilustrasikan dalam berbagai cerita dan film, jumlah orang Majus yang menyembah Yesus digambarkan tiga orang, hal ini berdasarkan jumlah hadiah (emas, mur, dan kemenyan).
Mereka adalah Gaspar, Baltazar dan Melkior. Nama-nama ini pertama kali digunakan oleh Origines pada abad ke-6. Sejak itu cerita tentang tiga raja ini menjadi begitu popular. Mereka digambarkan sebagai orang Asia, Afrika dan Eropa. Diceritakan bahwa Melkior adalah seorang yang sudah lanjut usianya, berambut putih, berjenggot panjang dan dialah yang mempersembahkan emas. Gaspar adalah orang yang masih muda, tanpa jenggot dan memiliki wajah yang menarik dan dialah yang memberikan persembahan kemenyan. Sedangkan Baltasar adalah seorang yang berkulit hitam, janggutnya baru tumbuh dan dialah yang mempersembahkan mur.
Boleh dikatakan bahwa Tema Natal Nasional: Marilah Sekarang Kita Ke Betlehem, masih relevan dengan aksi ke Betleham oleh tiga orang majus itu, setelah melihat bintang-Nya di Timur. Pejalanan mereka ke Betlehem untuk menyembah Raja yang baru lahir justru bermula dari petunjuk bintang yang mereka lihat. ” Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.”
Tentu ada banyak bintang lain di langit malam, tetapi hanya satu bintang yang bercahaya. Bintang itu adalah Bintang Kejora, symbol Tuhan sendiri yang datang “mengundang“mereka seketika itu juga mereka menjawab undang itu dengan bergegas pergi ke Betlehem.
Perjalanan orang Majus ini, tentu bukanlah perjalanan yang mudah. Itu adalah perjalanan melintasi pasir gurun yang tandus. Setibanya mereka di Betlehem, tanah Yudea, daerah Yerusalem, mereka bertanya tentang di manakah Raja orang Yahudi yang baru lahir itu? Kami telah melihat bintang-Nya. Herodes, Raja di wilayah itu, takut bukan kepalang.
Dia merasa seketika itu kedudukannya terancam. Karena tanpa diketahuinya, justru telah lahir di daerahnya seorang raja baru. Dan yang paling menggentarkannya adalah bahwa orang-orang di luar Yerusalem justru datang untuk menyembah-Nya. Artinya, Raja itu jauh lebih terkenal dan jauh lebih “berkuasa” daripada dia. Karena itu dia segera memikirkan cara licik dengan mengundang orang majus datang ke istananya. Di sana, dia menceritakan maksudnya untuk “ikut menyembah” Raja itu setelah orang majus memberitahukan kepadanya di mana Raja itu lahir.
Menariknya adalah bintang itu tidak kelihatan saat tiga orang majus itu ada di istana Herodes. Ketika keluar dari istana betapa bersukacitanya hati orang majus itu, karena mereka melihat bintang itu lagi. “Bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada.
Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
Hadirnya para majus untuk menyembah Yesus di Betlehem sebagai pemenuhan nubuat nabi Yesaya. ”Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu,dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu. Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua datang berhimpun kepadamu (Yes.60:3-4). Pesan soteriologis adalah bahwa Yesus layak memperoleh penghormatan sebagai raja dari seluruh umat manusia, karena Dia membawa selamat baik bagi orang Yahudi maupun bukan Yahudi.
Saudara-saudara, tentang bintang yang bercahaya itu mengingatkan kita pada injil Yohanes yang mengatakan bahwa:” Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya (Yoh.1:5).” Artinya bahwa terang bintang itu adalah symbol kehadiran Yesus sendiri. Yesus “datang sendiri” sebagai Terang untuk mengundang orang majus, yang nota bene bukan orang-orang Yahudi.
Tergeraknya hati tiga orang majus untuk mengikuti arah bintang itu menunjukkan bahwa mereka memenuhi undangan keselamatan yang datang dari Tuhan sendiri. Bahwa Yesus datang, tidak saja untuk keselamatan orang-orang Yahudi melainkan juga untuk orang-orang non Yahudi yang direpresentasi dalam diri tiga orang majus itu. Sementara itu, terang bintang itu tidak kelihatan kepada raja Herodes sebagai representasi orang-orang Yahudi dan non Yahudi yang masih dikuasai oleh “kegelapan malam.” Namun injil Yohanes menulis:” Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Saudara-saudaraku, para majus itu datang tidak dengan tangan kosong. Mereka membawa buah tangan sebagai “upeti” kepada Raja Baru itu. Mereka membawa emas, kemenyan dan mur. Emas melambangkan pengakuan mereka bahwa Yesus Kristus merupakan Raja Agung yang datang untuk menyelamatkan manusia.
Kemenyan melambangkan Yesus Kristus sebagai Imam Agung yang datang ke dunia untuk mempersembahkan seluruh hidup-Nya bagi kemuliaan Allah Bapa dan keselamatan umat manusia. Sedangkan mur menyimbolkan kematian Yesus sebagai Martir Agung untuk menebus dosa umat manusia.
Hari ini kita memperingati Hari Raya Penampakan Tuhan. Kita pun telah melihat bintang-Nya. Karena itu marilah sekarang ini juga kita ke Betlehem. Pertanyaannya adalah apa yang harus kita bawa sebagai “hadiah” untuk Yesus Sang Raja? Kita membawa hati kita masing-masing. Mengapa harus hati? Karena hati adalah eksistensi hidup kita. Karena hati adalah pusat segalanya. Karena itu maka Amsal menasehati:“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23).
Paus Fransiskus juga mengingatkan bahwa hati itulah “yang menyatukan retakan-retakan” dan memungkinkan “ikatan otentik apa pun menjadi mungkin, karena hubungan yang tidak dibangun dengan hati tidak mampu mengatasi fragmentasi individualisme” (DN 17). Dan dunia bisa berubah “dimulai dari hati” (DN 28). Itulah sebabnya, tema Hari Anak Misioner kita pada tahun ini adalah “Anak Misioner: Peziarah Harapan Dari Hati Ke Hati”.
Marilah bersama Anak-Anak Misioner, kita berziarah dalam pengharapan yang tidak mengecewakan di Tahun Yubileum ini untuk menjumpai Yesus di Betleham kehidupan kita setiap hari. ***