Orang Kedang Lembata, telah menjadi petani contoh di Kabupaten Kupang.
KUPANG : WARTA-NUSANTARA.COM–Terkenal nama, YOHANES LALANG, putera asal Desa Mahal 2, Kecamatan Omesuri Kabupaten Lembata adalah petani lahan kering di desa Mata Air kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.
Seorang Ayah, yang biasa disapa John itu, ketika penulis menemuinya di lahan pertaniannya, Selasa 7 Januari 2025 ini, mengisahkan kalau sehari-hari fokus mengelolah lahan pertanian pribadinya seluas 37 are.
Lahannya terletak di lemba desa Mata Air. Areal rata cocok untuk pertanian berkelanjutan, apalagi dikelolahnya dengan teknologi yang sedikit terkedepan. Dia bajak setiap tahunnya dan dikelola dalam bentuk bedengan-bedengan panjang. Air penyiraman tanaman, beliau bangun sumur bor secata swadaya.Seorang
Lahan ini, ditanaminnya dengan bawang sekali setahun, bahkan dikombinasikan dengan tanaman sayura-sayuran lain sepert tomat, terung, ketimun dan sayuran lainnya. Masa panen bisa 2 kali bahkan mencapai 3 kali setahun dengan bergani-ganti tanaman produksi. Disekelilingnya, beliau tanam dengan tanaman buah-buahan, seperti kelengkeng, mangga, sawo, dan tanaman buah lainnya.
Uang yang pak John kumpulkan dari hasil pemasaran produksi pertanian ini berkisar Ratusan Juta Rupiah.
Keberhasilan dari penerapan teknologi pertaniannya cukup terkedepan, di atas lahan sekecil ini, diberinya nama :
P4S ABDI LABORATUS (Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya) yang dibangunnya sejak tahun 2013.
Keberhasilan bapa John dan istrinya ini, telah menjadi contoh dan motivasi bagi petani-petani sekitar, bahkan menjadi tempat studi banding, tempat pelatihan bagi kelompok-kelompok tani di wilayah kabupaten Kupang, Kota Kupang, bahkan dari luar kabupaten Kupang. P4S Abdi Laboratus ini juga dijadikan sebagai tempat magang dan pelatihan bagi mahasiswa, SMK dan masyarakat umum.
Beliau juga sangat terampil melakukan pencakokan, okulasi beragam tanaman buah, termasuk bunga-bunga yang melahirkan beraneka warna.
Bapa John dan istri yang selalu setia mendampingi sungguh terlihat sebagai petani ulung, tekun dan profesional. P4S ABDI LABORATUS mulai terkenal dan mengundang perhatian dan simpati para pihak.
Tahun 2013 mendapat dukungan pemerintah Jepang melalui Kementrian Pertanian Republik Indobesia, P4S Abdi Laboratus mendapat suntikan dana bantuan Rp.300.000.000,- (Tiga Ratus Juta Rupiah), diperuntukan membangun Aula Serbaguna dengan ukuran 12 M x 7 M untuk tempat pelatihan, bisa untuk penginapan, dll bagi peserta. Dana lainnya untuk membangu tambah sumur bor dan jaringannya, pengadaan peralatan pertanian seperti pacul, skop, penggaruk dan lain-lain.
Tahun 2022, P4S Abdi Laboratus kembali mendapatkan bantuan dana reses dari bapak Yohanes Fransiskus Lema (Ansi Lema) anggota DPR RI Fraksi PDI-Perjuangan, sejumlah Rp.200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) langsung masuk rekening pribadi bapak Yohanes Lalang karena telah sukses mengelolah lahan pertaniannya yang terbatas menjadi tempat belajar bagi masyarakat banyak.
Dana segar Dua Ratus Juta Rupiah ini, digunakan untuk membangun 1 unit kandang komunal, pengadaan 8 ekor sapi, pengadaan 1 unit kendaraan roda 3 dan membangun rumah kompos.
Ketika berkunjung, penulis mendapatkan suami-istri dan anak saudaranya sedang melakukan persiapan lahan untuk penanaman tomat dan juga sedang meracik kayu penyangga tomat.
Keuletan, kerja keras, kerja cerdas bapak Yohanes Lalang dan istri telah melahirkan banyak hasil, bahkan telah menginspirasi dan mengedukasi banyak orang. Harapan semua orang, kiranya akan muncul bapa John dan istri yang lain yang menjadi petani contoh bagi banyak orang.
Di akhir pertemuan, bapa John Lalang dan ibu mengharapkan agar pihak pemerintah, LSM dan para pihak lainnya kembali mensponsori, mendukung dan membangun kerja sama kemitraan untuk pengembangan lahan pertaniannya dan lahan pertanian masyarakat lainnya yang lebih maju, lebih produktif, lebih maju sesuai perkembangan teknologi pertanian terkini (lebih up todate).
Terimakasih bapa John dan ibu, telah menjadi inspirasi bagi saya juga. Salam sukses selalu. Pondok Terang Oetalu – Kupang, 7 Januari 2025
(Lukas Onek Narek)