Pertemuan tokoh-tokoh Sumba dengan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bima, Tajuddin di lokasi pengungsian, Jumat (17/1/2025). (Foto: Rafiin/detikBali)
SUMBA : WARTA-NUSANTARA.COM– Ketua Lembaga Hukum dan Ham PADMA INDONESIA (Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian Indonesia), Gabriel Goa menyatakan mendukung langkah pemerintah memfasilitasi memulangkan warga Sumba Barat ke tanah asalnya pasca konflik di Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) belum lama ini.
Ketua Dewan Pembina Padma Indonesia, Gabriel Goa kepada Warta-Nusantara.Com, Senin, 20/01/2025 mengungkapkan, Keinginan kuat pengungsi asal Sumba yang mayoritas asal Sumba Barat Daya pasca kejadian di Bima mau pulang kembali ke Sumba wajib menjadi perhatian Pj Gubernur NTT dan PJ Bupati Sumba Barat dan Sumba Barat Daya bukan dibiarkan tanpa aksi nyata.
Keinginan warga asal Tana Humba yang saat ini mengungsi di Dinsos Kabupaten Bima adalah langkah bijak untuk menghindari konflik horisontal pasca main hukum sendiri warga Bima.
Dampaknya trauma psikologis warga tana Humba di Bima karena ulah satu orang bukannya diproses hukum tetapi massa melakukan tindakan anarkis. Terpanggil nurani untuk keselamatan warga Tana Humba,NTT dan tidak berdampak pada konflik horisontal maka kami dari Lembaga Hukum dan Ham PADMA INDONESIA(Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian Indonesia) menyatakan sikap sebagai berikut :
Pertama, kami sangat mendukung dan menghargai keinginan Pengungsi Warga Tana Humba yang mayoritas asal Sumba Barat Daya untuk difasilitasi negara dalam hal ini Kemensos, Pemprov NTT bekerjasama Pemprov NTB dengan Pemkab Sumba Barat Daya,Sumba Barat dan Pemkab Bima kembali ke Tana Humba.
Kedua, membantu para pengungsi asal Tana Humba untuk dibekali pelatihan dan modal usaha karena mereka kehilangan mata pencaharian dan tidak terjebak bujuk rayu mafiosi Perdagangan Orang ke Negeri Jiran maka akibat pasca jatuh ketimpa tangga lagi.Ketiga,Pemprov NTT bersama Pemkab Sumba Barat dan Pemkab Sumba Barat Daya bisa bekerjasama dengan BLK Don Bosco dan Sekolah Hotel Sumba untuk memberikan pelatihan ketrampilan dan modal usaha untuk kelanjutan masa depan mereka di Tana Humba.
Warga Sumba Barat di Bima Dirundung Takut, Ingin Pulang Kampung
Sebagaimana diberitakan Media, Warga Sumba Barat yang mengungsi di Kantor Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), dirundung ketakutan akibat insiden di Pasar Tente, Kecamatan Woha. Merekan menyatakan keinginan untuk pulang ke kampung halaman.
“Semuanya berharap dan ingin pulang kembali ke Sumba,” kata Kepala Suku Sumba, Jhon Ngila, Jumat (17/1/2025).
Jhon menyebutkan, harapan ini disampaikan atas aspirasi seluruh warga yang mengungsi. Mereka ingin kembali ke Sumba Barat untuk menenangkan diri dan menghindari kemungkinan terjadinya insiden lanjutan.
“Ingin kembali ke kampung halaman untuk menenangkan diri. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pasca insiden di Pasar Tente kemarin,” ujarnya.
Jhon mengaku telah menyampaikan keinginan tersebut kepada Pemerintah Kabupaten Bima melalui Kepala Dinsos Kabupaten Bima, Tajuddin. Ia berharap pemerintah dapat menindaklanjuti aspirasi tersebut.
“Sudah kami sampaikan ke Kepala Dinsos. Harapan kami keinginan ini bisa ditindaklanjuti,” ungkap Jhon.
401 Warga Mengungsi di Dinsos Bima
Menurut Jhon, sebanyak 401 warga Sumba saat ini mengungsi di kantor Dinsos Bima. Jumlah tersebut baru setengah dari total warga Sumba yang tinggal di Kecamatan Woha, yang diperkirakan mencapai seribu orang. Sebagian lainnya mengungsi ke sejumlah tempat seperti Kecamatan Parado, Bolo, Belo, dan Monta.
“Ini baru setengahnya. Yang lainnya berada di sejumlah tempat untuk menghindari insiden yang terjadi kemarin,” jelasnya.
Jhon menambahkan bahwa warga Sumba di Bima telah lama bermukim di daerah tersebut, dengan masa tinggal yang bervariasi dari beberapa hari hingga puluhan tahun. Banyak dari mereka bekerja sebagai buruh, tukang ojek, petugas parkir, atau di sektor perdagangan dan jasa lainnya.
Sesepuh Sumba di Pasar Tente, Frengki, juga menyampaikan keinginan serupa. Ia mengungkapkan bahwa meskipun ada jaminan keamanan dari pihak kepolisian dan Pemkab Bima, warga tetap ingin dipulangkan ke kampung halaman mereka.
“Meski polisi dan Pemkab Bima akan memberikan jaminan keamanan, kami semuanya ingin pulang kembali ke Sumba,” ujarnya.
Frengki yang telah belasan tahun tinggal di Bima berharap bisa kembali bertani di kampung halamannya. Ia berencana menggarap lahan jagung dan padi, meskipun harga jual hasil tani di Sumba tidak setinggi di Bima.
“Di kampung halaman bisa apa saja, bertani juga bisa. Kalau ada modal, mau buka usaha,” tuturnya.
Frengki, yang kini tinggal di Desa Tente bersama istri dan lima anaknya, bekerja sebagai tukang ojek di Pasar Tente. Keluarganya mengontrak tempat tinggal dengan biaya Rp 400 ribu per bulan.
Pemkab Bima Koordinasikan Pemulangan Warga
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bima, Tajuddin, mengakui adanya keinginan warga Sumba untuk dipulangkan. Aspirasi tersebut disampaikan oleh tokoh-tokoh Sumba saat beraudiensi dengannya.
“Hasil jaring aspirasi memang seperti itu. Mereka ingin pulang kembali ke Sumba,” kata Tajuddin.
Tajuddin menjelaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Bupati dan Wakil Bupati Bima serta Kepala Dinsos Sumba Barat. Koordinasi ini mendapat respons positif, meskipun keputusan resmi terkait pemulangan warga belum ditetapka
“Saat ini kami intensifkan koordinasi dan komunikasi dengan Pemkab Sumba Barat. Meski belum ada keputusan resmi, tapi pembicaraan proses pemulangan warga ini disambut dengan baik,” pungkas Tajuddin. *** (*/WN-01)