Kisah Tragis Muhamad Suhardin Korban Penganiayaan


LABUAN BAJO : WARTA-NUSANTARA.COM – Alkisah. Pada 31 Juli 2024, sebuah insiden kekerasan terjadi di Kampung Tondong Raja, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat. Korban, Muhamad Suhardin (44), memberikan kesaksian kepada wartawan pada Kamis (13/2/2025) mengenai peristiwa yang dialaminya.

Muhamad Suhardin menceritakan bahwa pada malam kejadian, sekitar pukul 23.00 WITA, ia sedang menghadiri sebuah acara bersama anaknya. “Saya duduk di depan meja dengan dua batang rokok Surya; satu saya hisap, dan satu lagi saya letakkan di atas meja,” ujarnya. Namun, situasi berubah ketika rokok yang diletakkannya di meja tiba-tiba hilang.
“Saya melihat bungkusan rokok tersebut sudah berada di depan saudara Konstantinus Benkoming alias Tanti (43). Saya bertanya kepadanya, namun ia hanya menatap dengan ekspresi dingin tanpa memberikan jawaban,” kenangnya.
Suhardin kemudian berdiri dan mendekati Tanti.
“Sebelum saya sempat berbicara, ia langsung menyerang. Tangan kanannya memukul mulut saya, dan tangan kirinya yang berada di bawah meja memukul dahi saya dengan benda tajam yang tidak saya ketahui, hingga berdarah,” jelasnya.
Akibat serangan tersebut, Suhardin mengalami luka parah, kehilangan penglihatan sejenak, dan merasa pusing. Ia berteriak, menuntut pertanggungjawaban, namun Tanti segera melarikan diri dari lokasi kejadian.
Sekitar 30 menit setelah insiden tersebut, anak Tanti yang bernama Tesa muncul di lokasi. Suhardin menegurnya, menyatakan bahwa ia terluka akibat perbuatan ayahnya, dan meminta Tesa untuk meninggalkan tempat tersebut.
“Saya hanya menepuk pundaknya dan menyuruhnya pulang. Saya tidak pernah memukul, menampar, atau menendangnya. Saya tidak tahu pasti apakah luka di kakinya akibat menginjak sesuatu di dalam rumah saat ia berlarian,” terangnya.
Setelah pelaku melarikan diri, Suhardin mendatangi rumah Tanti.
“Saya memanggilnya untuk keluar, namun tidak dihiraukan. Saya mengambil kayu di depan rumahnya dan memukul tiang parabola yang sudah rusak sebagai bentuk kemarahan. Saya juga mendorong pintu rumahnya yang tidak terkunci, melihat lampu masih menyala namun tidak ada orang di dalam. Saya melampiaskan emosi dengan memukul rak piring, kemudian pulang ke rumah,” tambahnya.
Keesokan paginya, sekitar pukul 08.00 WITA, polisi datang ke rumah Suhardin saat ia masih tertidur. Melihat kondisinya yang berdarah, polisi menyuruhnya untuk beristirahat. Pada pukul 12.00 WITA, Suhardin melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Sano Nggoang dan menjalani proses visum medis. Ia telah menggunakan jasa pengacara untuk pendampingan hukum.
Suhardin menambahkan bahwa hingga kini ia masih mengalami pusing dan sakit kepala akibat perbuatan Tanti. Kasus ini tengah diproses oleh pihak berwenang, dan diharapkan akan terungkap lebih banyak fakta seiring berjalannya penyelidikan. ** (Andi/WN-01