Kornelis Nuba Lajar, Sang “Sutradara Drama Jalan Berdarah, OMK St. Arnoldus Janssen Waikomo”, Pentas Mengagumkan
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM–Kornelis Nuba Lajar atau biasa disapa Kornel Lajar, Seniman Sinting dari Pondok Kreatif Lembata, begitulah sapaan akrab dari “Sutradara Pentas Drama Tablo Jalan Berdarah di Gedung Tua Longser Pada Jumat Agung 18 April 2025, Mengenang Kisah Sengsara Yesus Kristus”.
Diselah kesibukannya mendekorasi Gereja Paroki St. Arnoldus Janssen Waikomo menjelang Perayaan misa Sabtu Santo, Media Warta-Nusantara berkesempatan mewawancarai Sang Sutradara dari Atadei Watuwawer ini.
Siapa tak kenal Sang seniman yang juga berbakat jadi Komedian. Betapa tidak. Banyak Video humor menghiasi dunia Media Sosial. Baginya, bekerja adalah ibadah. Bekerja secara ikhlas dan senang hati membantu OMK tidak berorientasi dengan uang sehingga semuanya berjalan sesuai rencana dan expektasi, ketika saya diminta menjadi Sutradara Pagelaran “Tablo Jalan Berdarah” di Gedung Tua Longser.
Saya adalah Pegiat Kesenian yang mana saya selalu siap sedia” kapan pun. Lanjut Seniman yang populer disapa Seniman Sinting ini menjelaskan, mengenai pekerjaan Drama Pentas. Sudah dilakukan bersama OMK sudah dua bulan.
Kornel Lajar mengisahkan Kronologis pekerjaan dunia seni ini dimulai tanggal 28 Februari melakukan sermonial, tanggal 1 Maret 2025. Awalnya, mulai membersihkan arena lokasi, tanggal 2 maret 2025, kami bergerak menyiapkan segala atribut. Kemudian, esok harinya, 3 Maret 2025, kami menancapkan tiang pertama.
Ketika menancapkan Tiang Pertama, kami fokus pada Bukit Golgota. Setelah mendesain Golgota, kami merancang sejumlah titik yang dilalui Yesus. Meski Lokasi Bukit Batu Karang itu didandani tangan seniman menghasilkan tampilan terlihat mempesona.
Menurut Korni Lajar, narasi dan deskripsi Drama Tablo yang saya ramu bersama OMK tidak berpatokan pada perhentian ke Perhentian. Ini merupakan ispirasi baru.
Ceritanya “bahwa”. kami mendesainya seperti kisah Yesus sendiri, mengalir lurus. Menjadikan Tablo Jalan Berdarah ini untuk mengajak umat sekalian, melihat, menghayati, merenungkan dan itu poin dari kami. Cerita narasi tanpa Bicara lagsung, sudah saya bawahi sejak tahun 2014.
Saat pentas di samping Polsek Nubatukan Lorong Sengsara (Longser), ungkap Korni Lajar, dilanjut Tahun 2015 di Desa Pada Kecamatan Nubatukan. Setiap kali pementasan pasti ada penambahan dari audio dan dialog.
Pada tahun 2019, drama tablo kembali digelar pada lokasi yang sama. Tapi, lokusnya tidak sama seperti Tablo kemarin. menariknya kali ini saya membuat agak sedikit berbeda dari edisi-edisi sebelumnya.
Pertama mulai dari teater. Teater sendiri disutradarai oleh asisten saya, Nia Liman yang dipercayakan menangani tugas ini. Berbagai macam penambahan dari segi kreativitas, mulai dari tulisan besar “Jalan Berdarah” dan Pengisi Suara. Yang paling disorot ketika membacakan Puisi di perhentian ke-tiga Yesus berjumpa dengan Ibunya.
Puisi itu dibawakan oleh Nasti Liman, adik dari Nia Liman. Selanjutnya, diperhentian 4 saya menambahkan dialog dengan Maria Magdalena, dan diperhntian ke 7 Yesus jatuh ke dua kali di bawah kayu salib juga ditambahkan dialognya.
Banyak narasi yang saya sempurnakan lagi dalam Drama “Tablo” kali ini, ketika Yesus berada di kayafas dan para pemeran sebanyak 4 orang sebagai ahli-ahli Taurat juga baru ditambahkan tahun ini.
Kornelis juga memuji semua pemeran dalam “Drama Tablo Jalan Berdarah”. Mereka semua menjiwai peranya masing-masing, luar biasa ungkap Kornelis.
“Sutradara Seniman Sinting Kornelis” juga berterimakasih kepada semua umat yang datang dari mana saja untuk menyaksikan “Drama Pentas Jalan Berdarah dari OMK St. Arnoldus Janssen Waikomo “.
Paling menarik, yang membuat semua orang terkesan ada momentum bernuansa religius Kristiani itu dihadiri oleh Wakil Bupati Lembata. Mohammad Nasir Laode bersama ibu, datang lalu khusuk menyaksikan langsung drama tablo Kisah Sengsara Yesus di Bukit Golgota Lusikawak, Kelurahan Lewoleba Barat, Kecamatan Nubatukan.
“Ketika mendengar bahwa Bapak Muhamad Nasir Laode, Wakil Bupati Lembata dan Ibu datang, kami sungguh sangat gembira dan bangga”.
Kornelis mengatakan untuk anak muda mari berkaryalah, jika ada yang melarang anak muda untuk berkarya, itu orang kuno tutur kornelis, mengakhiri wawacara. *** (Bedos Making, Jurnalis Warta-Nusantara.Com)