Paus dan Mama Eti
TIMOR : WARTA-NUSANTARA.COM– PEMBICARAAN saya dengan anak-anak mendiang Mama Eti Kerong dan mendiang Bapa Baltasar Daton Gawen di Kefamenanu, kemarin, serasa sungguh menguatkan. Ada kesamaan antara Tata Eti Kerong — kerap saya sapa demikian– dengan Paus Fransiskus.
Kesamaannya, yakni keduanya meninggal pada hari dan tanggal yang sama, Senin, 21 April 2025. Cukup dengan satu kesamaan ini, saya boleh bilang bahwa Tata Eti sudah bersama dengan Bapa Suci masuk dalam kerajaan Surga. Keduanya berjalan sembari menggandeng tangan menemui Santo Petrus, orang pertama yang membukakan pintu Surga. Atau jika pada hari yang sama begitu banyak umat yang meninggal dunia, maka Tata Eti menjadi satu di antara mereka yang mengikuti barisan Paus Fransiskus ini.
Anak-anak mendiang, yakni Kaka Wenti, Kaka Tonti, Kaka Sarti, Kaka Danti dan Kaka Ria Gawen yang berdiri mengapit jenazah mama tercinta spontan tersenyum. Dari tadi, air mata mereka tiada henti mengalir. Ya, kemarin adik-adik ini lengkap menyandang predikat sebagai anak yatim piatu. Jika kesedihan itu begitu kental saya boleh memahami perasaan hati mereka yang terdalam.
Saya percaya meski tengah bersedih, mereka menjadi bahagia mendengar apa kata saya. Antara Kaka Sarti atau Kaka Danti mengatakan, mamanya bisa melobi langsung dengan Paus Fransiskus untuk masuk Surga. Kami tertawa. Tapi, saya bilang, Mama Eti tak perlu melobi lagi karena garansi atau jaminan masuk Surga ada pada Paus.
Suasana menjadi cair. Mereka menestimoni, dan baru kali ini saya dengar ungkapan hati mereka bahwa Mama Eti sangat disiplin, tegas, dan kuat mengawasi mereka. Mama Eti juga kukuh memotivasi dan mendorong anak-anak untuk sekolah hingga universitas.
Sesuatu yang berbeda jika mama mereka berada di luar rumah. Aktif di lingkungan, arisan dan kegiatan sosial lain. Ramah lagi. Selalu tersenyum sehingga seakan “mengubur’ situasi di rumah yang sungguh disiplin.
Menghadapi mama mereka yang tegas dan sangat disiplin itu kadang mereka mengadu pada Bapa Gawen. Dan, bapa yang seorang guru senior dan pernah menimba ilmu di Seminari Menengah Sando Minggo, Hokeng, Larantuka, itu dengan senyum dan kata-kata yang lembut serta menguatkan menyebut bahwa, “Itu mama kamu. Dia itu istri saya. Jadi, saya sayang kalian semua. Saya sayang istri saya. Saya tak membela siapa-siapa. Itu cara mama mendidik kalian.”
Sungguh mati kata-kata ini.
Dalam memberi nama dua orangtua ini mengakronimkan nama mereka pada lima orang anaknya. Ada empat orang perempuan dan satu orang laki-laki. Anak sulung Wenti merupakan akronim dari GaWEN ETI. Tonti (DaTON ETI), Sarti (BaltaSAR ETI), Danti (DAton ETI) dan Ria, saya mereka-reka sebagai akronim dari BaltasaR MarIA. Maria itu nama depan Mama Eti Kerong.
Bapa Baltasar Daton Gawen berasal dari Desa Imulolong (Faflima), Kecamatan Wulandoni dan Mama Eti berasal dari Desa Watokobu (Belang), Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata. Sekitar 40 tahun keduanya menjalani tugas di Kota Sari itu. Bapa Baltasar sebagai guru, terakhir kepala beberapa SMPN sedangkan Mama Eti, pensiunan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan TTU.
Kepingan kisah ini semoga dapat mengurangi awan duka yang menaungi anak-anak sejak hari Senin, mungkin hari-hari sebelumnya ketika melihat kondisi Mama Eti yang terus drop hingga berpulang.
Dengan doa dan keyakinan penuh bahwa Bapa Gawen dan Mama Eti ini telah menikmati kehidupan yang kekal. Saya kutip, kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan setelah kehidupan ini. Atau kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan setelah kematian. *** (Paul Burin, Jurnalis Warta-Nusantara.Com)