𝑫𝑰 𝑩𝑨𝑳𝑰𝑲 𝑯𝑰𝑳𝑨𝑵𝑮𝑵𝒀𝑨 𝑱𝑬𝑹𝑺𝑬𝒀 𝑷𝑬𝑹𝑺𝑬𝑩𝑨𝑻𝑨
Oleh : Robert Bala
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM– Persebata diterima di Lembata 30/5 bak juara dan memang demikian. Sebelumnya diarak di Kupang (26/5), dijamu oleh petinggi di saba. Tentu saja sambutan di kampung ‘𝐒𝐞𝐦𝐛𝐮𝐫 𝐈𝐤𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐮𝐬’ lebih ‘𝒏𝒈𝒆𝒓𝒊’, hal mana wajarnya karena merekalah klub pertama yang akan membawa NTT di liga Nusantara, liga profesional.
Tanpa mengurangi eufori, kita bertanya, 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒆𝒓𝒔𝒆𝒚 𝒃𝒆𝒃𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂 𝒑𝒆𝒎𝒂𝒊𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒂𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒏𝒄𝒂𝒌? 𝑨𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒔𝒖𝒔 𝒊𝒏𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 𝒅𝒊𝒔𝒆𝒍𝒊𝒅𝒊𝒌𝒊 𝒕𝒊𝒎 𝒉𝒖𝒌𝒖𝒎 𝒅𝒆𝒎𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 ‘𝒌𝒆𝒋𝒆𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏? 𝑨𝒕𝒂𝒖𝒌𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒂𝒍𝒂𝒓𝒎 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒅𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒑𝒔𝒊𝒌𝒐𝒍𝒐𝒈𝒊𝒔 𝒕𝒆𝒓𝒖𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒊𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒕𝒂𝒕 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊?
Jawaban atas pertanyaan ini tentu tidak mudah. Kubu pro-kontra yang berjuang untuk ‘diselidiki habis-habisnya’ dan evaluasi kritis tentu memiliki pendasaran yang sama kuat. Tetapi menguarainya sebagai benang kusut sebagai pembelajaran jauh lebih penting.
Untuk jawab pertanyaan ini, penulis ingat sebuah pengalaman berharga. Tanggal 23-24 Juni 2019, penulis berkesempatan mendampingi 𝒑𝒆𝒎𝒂𝒊𝒏 𝒍𝒆𝒈𝒆𝒏𝒅𝒂𝒓𝒊𝒔 𝑩𝒂𝒚𝒆𝒓𝒏 𝑴𝒖𝒏𝒄𝒉𝒆𝒏, 𝑴𝒂𝒓𝒕𝒊𝒏 𝑫𝒆𝒎𝒊𝒄𝒉𝒆𝒍𝒊𝒔. Ia merumput selama 7 musim (2003-2011) di klub terbesar Jerman dan salah satu klub terbaik dunia.
Dari sana ia kemudian melewati periode berharga di berbagai 𝒌𝒍𝒖𝒃 𝒅𝒊 𝑺𝒑𝒂𝒏𝒚𝒐𝒍 (𝑴𝒂𝒍𝒂𝒈𝒂, 𝑨𝒕𝒍𝒆𝒕𝒊𝒄𝒐 𝒅𝒆 𝑴𝒂𝒅𝒓𝒊𝒅, 𝑬𝒔𝒑𝒂𝒏𝒚𝒐𝒍) 𝒅𝒂𝒏 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒌𝒍𝒖𝒃 𝑰𝒏𝒈𝒈𝒓𝒊𝒔, 𝑴𝒂𝒏𝒄𝒉𝒆𝒔𝒕𝒆𝒓 𝑪𝒊𝒕𝒚 hingga pensiun 2017. Pada periode yang sama ia juga menjadi penjaga pertahanan Timnas Argentina agar bisa membiarkan Messi bisa nyaman bermain di bagian depan.
Pertanyaannya, 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑝𝑎 𝐷𝑒𝑚𝑖𝑐ℎ𝑒𝑙𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑝 𝑝𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑤𝑎𝑘𝑖𝑙𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑜𝑝 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑖𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑎 𝑟𝑒𝑚𝑎𝑗𝑎 𝑑𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑖𝑗𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑠𝑖𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑝𝑎𝑘 𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑘𝑒 𝐸𝑟𝑜𝑝𝑎 𝑘ℎ𝑢𝑠𝑢𝑠𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑖 𝐴𝑙𝑙𝑖𝑎𝑛𝑧 𝐴𝑟𝑒𝑛𝑎, 𝑠𝑡𝑎𝑑𝑖𝑢𝑛 𝐵𝑎𝑦𝑒𝑟𝑛 𝑀𝑢𝑛𝑐ℎ𝑒𝑛?
Jawabannya karena di usianya yang sangat dini (13 tahun) ia sudah dikontrak Bayern Munchen. Ia tinggalkan River Plate dan mengalami masa-masa yang sangat penting dan penuh ketegangan sebagai remaja awal di sebuah kota yang tentu asing.
Yang menarik, saat berada di Jakarta, Demichelis tidak banyak berbicara atau sharing tentang cara bermain sepak bola. 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑎 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑟𝑒𝑚𝑎𝑗𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑙𝑒𝑤𝑎𝑡𝑖 𝑏𝑒𝑏𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝐴𝑙𝑙𝑖𝑎𝑛𝑧 𝐴𝑟𝑒𝑛𝑎 𝐽𝑒𝑟𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑛𝑦𝑎 𝑖𝑚𝑝𝑖𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟-𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑖𝑛 𝑑𝑖 𝐸𝑟𝑜𝑝𝑎 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑝𝑠𝑖𝑘𝑜𝑙𝑜𝑔𝑖𝑠.
Bagi pria kelahiran 20/12/1980, mimpi mencetak prestasi, baik ilmu pengetahuan maupun olahraga, tidak mesti mengambil jalan pintas. 𝑰𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 𝒅𝒊𝒌𝒆𝒍𝒐𝒍𝒂 𝒍𝒆𝒘𝒂𝒕 𝒑𝒆𝒎𝒃𝒊𝒏𝒂𝒂𝒏, 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒎𝒑𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏, 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒎𝒃𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖𝒊 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒎𝒂𝒖𝒑𝒖𝒏 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒓𝒍𝒊𝒃𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒑𝒔𝒊𝒌𝒐𝒍𝒐𝒈.
𝑲𝒆𝒕𝒆𝒈𝒂𝒓𝒂𝒏 𝑴𝒆𝒏𝒕𝒂𝒍
Sharing berharga yang penulis dapatkan dari pemain didikan River Plate Argentina sejak usia 10-13 tahun) ini bisa jadi rujukan untuk menjawab pertanyaan tentang Persebata.
Pertama, persoalan hilangnya Jersey pemain, meski ada indikasi pelanggaran hukum, tetapi di dasarnya bukan pertama-tama sebuah kasus hukum. 𝑨𝒅𝒂 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒅𝒊𝒅𝒆𝒕𝒆𝒌𝒔𝒊 𝒅𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒖𝒌𝒂𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒔𝒕𝒊 𝒅𝒊𝒈𝒂𝒍𝒊 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒓𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒚𝒆𝒃𝒂𝒃𝒏𝒚𝒂. 𝑺𝒆𝒃𝒂𝒍𝒊𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒌𝒂𝒑 𝒈𝒆𝒈𝒂𝒃𝒂𝒉 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒌𝒊𝒃𝒂𝒕 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒊𝒂𝒈𝒏𝒐𝒔𝒊𝒔 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒌𝒊𝒃𝒂𝒕 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒐𝒍𝒖𝒔𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒕𝒆𝒑𝒂𝒕.
Pada titik ini, maka penanganan ‘hukum’ dengan terbentuknya tim hukum tentu untuk kasus tertentu tepat tetapi dalam kaitan dengan olahraga, hal itu masih bersifat ‘debatable’ atau masih dapat diperdepatkan.
Kedua, sharing dengan Demichelis sebagaimana dikisahkan di awal hanya mengingatkan bahwa tim-tim sekaliber Bayern Munchen dari awal sudah memahami bahwa s𝒆𝒑𝒂𝒌 𝒃𝒐𝒍𝒂 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒕𝒆𝒏𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒐𝒍𝒂 𝒅𝒂𝒏 ‘𝒌𝒆𝒍𝒊𝒏𝒄𝒂𝒉𝒂𝒏’ (𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒌𝒊𝒕 𝒌𝒆𝒍𝒊𝒄𝒊𝒌𝒂𝒏) 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒖𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒑𝒔𝒊𝒌𝒐𝒍𝒐𝒈𝒊𝒔 𝒂𝒌𝒊𝒃𝒂𝒕 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒃𝒂𝒏 𝒑𝒔𝒊𝒌𝒐𝒍𝒐𝒈𝒊𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒕𝒓𝒆𝒔𝒔.
Dalam konteks liga profesional Indonesia, para pemain Persebata ibarat berangkat dari ‘kampung kecil’ (maaf gunakan kata ini) Lembata dan kemudian bertarung di ‘kampung besar’ NTT. Kini mereka harus merumput di liga pro dengan tingkatan stres dan ketegangan besar. Karena itu pemahaman dan pengendalian emosi menjadi sangat penting. Bila hal ini dikelola dengan komunikasi yang baik, maka akan muncul kepercayaan diri yang semakin baik. Hal ini sangat diperhatikan oleh klub raksasa dunia seperti: Barcelona, Real Madrid, Bayern Munchen. Di Indonesia, Persija, Persebaya, Persib, Persema, sekadar menyebut tiga contoh sangat memperhatikan pendampingan psikologis pemain.
Ketiga, 𝒉𝒂𝒍 𝒑𝒆𝒏𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒕𝒖𝒕 𝒅𝒊𝒌𝒆𝒍𝒐𝒍𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒑𝒂𝒊 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒈𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒕𝒂𝒍 (𝒎𝒆𝒏𝒕𝒂𝒍 𝒕𝒐𝒖𝒈𝒉𝒏𝒆𝒔𝒔). Dalam arti yang paling sederhana, ketegaran mental adalah upaya menguasai dan mengalahkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum menguasai dan mengalahkan orang lain. Agar dapat menguasai diri sendiri maka diperlukan pemeliharaan kepercayaan diri, kemampuan beradaptasi, dan pengendalian emosi terutama ketika berada di bawah tekanan.
Kasus ‘penghilangan’ Jersey adalah indikasi masih jauhnya para pemain dari ketegaran mental hal mana patut diperhatikan dalam menghadapi kompeteisi profesional. Solusi terhadap kevakuman ini adalah menghadirkan peran psikolog terutama dalam menghadapi liga pro. Kehilangan Jersey bukan menjadi ranah kasus hukum meski ada indikasi ke sana. Ia hanyalah sintom atau gejala yang menandakan perlunya pendampingan psikologis.
Yang terakhir dan mestinya jauh lebih penting. 𝑺𝒆𝒑𝒂𝒌 𝒃𝒐𝒍𝒂 (𝒅𝒂𝒏 𝒐𝒍𝒂𝒉𝒓𝒂𝒈𝒂 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒖𝒎𝒖𝒎𝒏𝒚𝒂) 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒌𝒆𝒈𝒊𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒇𝒊𝒔𝒊𝒌 (𝒌𝒂𝒌𝒊) 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒑𝒂𝒊 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊. Negara terhebat dalam pendidikan, Finlandia, ternyata menggunakan olahraga untuk meningkatkan prestasi pendidikan hal mana menempatkan mereka di tempat teratas dunia.
Hal ini sekaligus menunjukkan keterkaitan olahraga dan prestasi dalam pendidikan. Olahraga (sepak bola) berperan memperlancar sirkulasi oksigen di otak yang menjadi elemen penentu dalam meningkatkan pemahaman dalam pembelajaran.
Kalau demikian maka kemajuan olahraga di Lembata dan NTT mesti dikemas dalam kesatuan dengan pendidikan. Melalui pendidikan yang baik yang dirancang menyatu dengan bidang psikologi dan olahraga, akan memungkinkan terbentuknya ketegaran mental. Mental yang tegas akan menjauhkan dari tendensi jalan pintas seperti dilakukan dengan ‘menghilangkan’ Jersey tetapi secara produktif dakan menjadikan olahraga sebagai jalan mencetak pribadi cerdas dan beretika dengan kepribadian menawan.
𝐑𝐨𝐛𝐞𝐫𝐭 𝐁𝐚𝐥𝐚. 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢 Sko San Bernardino 𝐒𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐫𝐧𝐚𝐫𝐝𝐢𝐧𝐨 (𝐒𝐌𝐀𝐑𝐃) 𝐋𝐞𝐰𝐨𝐥𝐞𝐛𝐚 𝐋𝐞𝐦𝐛ata