ADVERTISEMENT
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak
Rabu, Juni 18, 2025
No Result
View All Result
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Lingkungan

Masyarakat Flores Aksi Damai Menolak Pembangunan Geothermal

by WartaNusantara
Juni 5, 2025
in Lingkungan
0
Masyarakat Flores Aksi Damai Menolak Pembangunan Geothermal
0
SHARES
48
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Masyarakat Flores Aksi Damai Menolak Pembangunan Geothermal

ENDE : WARTA-NUSANTARA.COM–  Masyarakat Flores yang tergabung dalam beberapa kaukus melakukan Aksi Damai Menolak Pembangunan Proyek Geothermal, Kamis, 5 Juni 2025.  Masyarakat Flores Menolak Proyek Panas Bumi tersebut karena alasan mendasar menimbulkan Kerusakan Lingkungan, Dampak Sosial dan Perampasan Ruang Hidup Warga.

Masyarakat Flores dan beberapa elemen aktivis “Lingkungan Hidup” seperti Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Agung Ende (JPIC KAE), JPIC SVD Ruteng,  JPIC SVD Ende dan JPIC SSpS, Aliansi Terlibat Bersama Korban Geothermal Flores (Alter-KGF), Jaringan Anti Tambang Indoensia (JATAM), Wahana Lingkungan Hidup NTT (WALHI NTT), menyatakan dengan tegas menolak proyek  panas bumi (Geothermal) yang sekarang beroperasi  di Mataloko dan Nage – Kabupaten Ngada, di Sokoria – Kabupaten Ende, di Poco Leok- Kabupaten Manggarai, di Atadei-Kabupaten Lembata, dan rencana pembukaan lahan baru geothermal di Kabupaten Nagekeo dan lain-lain.

 

RelatedPosts

Ketika Gunung Bicara, Dengarkan Suara Dari Selatan 

Ketika Gunung Bicara, Dengarkan Suara Dari Selatan 

BBI Tanjnung Mompang Seperti Rumah Hantu , DPRD Madina Angkat Bicara

BBI Tanjnung Mompang Seperti Rumah Hantu , DPRD Madina Angkat Bicara

Load More

Pembangunan proyek-proyek geothermal di Flores telah mengabaikan prosedur yang baik dan benar, tidak menghiraukan suara warga serta tanpa melalui persetujuan kebanyakan masyarakat (tanpa social-license).  Hal yang telah terjadi adalah perampasan ruang hidup warga melalui pendekatan gerilya dari pihak-pihak yang berkepentingan.  Laporan tentang kerusakan ekosistem, pencemaran air sungai, kegagalan panen, kerusakan atap rumah, polusi udara, dan berbagai masalah kesehatan warga tidak  ditanggapi pihak pemerintah dan instansi terkait.

 

Sejumlah warga yang berasal dari desa terdampak menolak pengambilan air dari sumber air bersih dan dari sungai sumber  irigasi pertanian mereka.  Selain itu, tidak jauh dari lokasi pemboran Nage, telah terjadi keretakan tanah yang menyebabkan keruntuhan sejumlah rumah adat dan pekuburan mssa di Nua-Olo Nage – Jerebuu.  Aktivitas pengeboran telah memicu kerusakan rumah-rumah adat, serta  menyebabkan pengungsian warga ke tempat lain.

Telah terjadi emisi gas beracun seperti Hidrogen Sulfida (H2S), yaitu  senyawa kimia gas yang menyebabkan karat, dan  berbau  seperti telur busuk; dan Sulfur Dioksida (SO2) yaitu  gas polutan yang mengandung unsur belerang yang menyebabkan iritasi pada sistem pernafasan. Hal ini menimbulkan  pencemaran  udara yang  sangat mengganggu kesehatan warga terlebih  bagi bayi-bayi dan balita.

 

Membuka Luka Lama

 

Proyek Geothermal telah menyebabkan wajah bumi teluka (Daratei, Sokoria dan Atadei), mendatangkan limbah bagi masyarakat (Sokoria), menimbulkan konflik horisontal antar warga (Ulubeli dan sekitar Mataloko), pelanggaran hukum (proyek dibangun tanpa lisensi mayoritas warga), intimidasi pihak keamanan terhadap tua-tua adat (Sokoria),   tanah terbelah dan keruntuhan rumah adat dan pekuburan warga (Nua-Olo, Nage-Ngada), dan pengabaian keterlibatan warga  dalam proses pengambilan keputusan. Proyek-proyek geothermal telah merampas ruang hidup warga, dan tidak mendatangkan keuntungan yang nyata. Untuk apa membangun proyek listrik kalau warga sendiri masih harus membayar listrik setiap  bulan, dan warga juga belum pernah mengaduh kekurangan listrik.

 

Kami butuh tanah dan air serta udara yang sehat untuk kelangsungan hidup dan bagi generasi penerus.  Kami butuh pendidikan gratis dan bantuan kesehatan bagi semua yang sakit.  Listrik sudah  cukup buat kami.  Kami telah menyadari bahwa pembangunan geothermal sebagai energi listrik terbarukan hanya sebagai “kedok dan intrik” permainan para penguasa yang bersekongkol dengan  kaum kapitalis untuk merampas ruang hidup kami sebagai warga.  Kami tidak mau diperalat oleh “logika sesat” dan “strategi penipuan” kaum kapitalis dan para pejabat yang telah bersekongkol.

 

Proyek  panas bumi  telah menyebabkan kegagalan panen bagi para petani. Kami menuntut agar proyek panas bumi harus diaudit secara independen demi pemulihan keutuhan alam dan ciptaan.  Kami menuntut Gubernur NTT dan para Bupati serta semua anggota DPR sedaratan Flores  untuk bertanggungjawab atas penyembuh luka batin, pemulihan psikologi dan keresahan sosial yang  telah terjadi di antara warga di wilayah terdampak.  Semua pemimpin yang duduk di kursi kekuasaan telah dipilih rakyat, dan sebagai konsekuensi, para pemimpin  harus menjaga dan memperjuangkan hak sipil, hak politik, hak sosial dan hak budaya warga dengan bijaksana dan penuh tanggungjawab.

 

Kami tidak mau kehilangan “hak dasar untuk menentukan nasib sendiri” (the right to self-determination), dan karena itu, kami menolak  keterlibatan aparat  keamanan yang mengintimidasi dan melakukan terror serta ancaman terhadap para pemegang hak ulayat, terhadap para aktivis HAM, para pejuang lingkungan hidup, dan para pemuka agama yang membela HAM dan keutuhan alam ciptaan.

 

Kami menuntut agar semua dokumen AMDAL dan dokumen lain tentang proyek-proyek panas bumi di seluruh Flores  harus dibuka ke ruang publik agar tidak  menimbulkan kecurigaan  warga terhadap  persekongkolan pemerintah dan kapitalis demi proyek-proyek geothermal. Kami mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang objektif, dan tidak ditipu.  Kami juga mempunyai hak untuk mencari tahu (hak atas kebenaran) informasi tentang prosedur pelaksanaan proyek geothermal di wilayah kami. Kami mempunyai hak untuk hidup di dalam lingkungan sosial, budaya dan pendidikan yang menjamin kebenaran dan keyakinan kami atas nilai-nilai luhur yang bermartabat.

 

Pernyataan bersama

 

Oleh karena itu, sebagai warga masyarakat yang bertanggungjawab atas ruang hidup, ruang sosial,  dan ruang budaya , kami  warga masyarakat dan para korban  menuntut beberapa  hal berikut :

  1. Hentikan operasi proyek geothermal dan melakukan audit lingkungan dari pihak konsultasi independen.
  2. Pulihkan kerusakan lingkungan, keretakan tanah, pencemaran udara dan air  sebagai sumber hidup warga dan sumber irigasi  pertanian warga.
  3. Beri kompensasi yang adil dan merata bagi warga yang terdampak, seperti kerusakan rumah, kegagalan panen, gangguan kesehatan, dan pendidikan.
  4. Hentikan  ekspansi industri ekstraktif di seluruh wilayah kepulauan Indonesia!
  5. Cabut semua izin tambang, panas bumi, dan proyek energi “hijau” yang merampas tanah dan merusak lingkungan!
  6. Cabut   Keputusan Menteri ESDM nomor 2268 K/30/MEM/2017 yang menetapkan Flores sebagai “Pulau Panas Bumi”.
  7. Hentikan kriminalisasi dan intimidasi terhadap warga, aktivis, jurnalis, rohaniwan/ti dan pendamping hukum yang memperjuangkan hak hidup!
  8. Pulihkan hak masyarakat adat dan petani atas tanah, hutan, dan wilayah kelola mereka secara utuh dan tanpa syarat!
  9. Audit dan hukum korporasi serta para pejabat negara yang terlibat dalam penyuapan (korupsi sumber daya alam) sehingga menyebabkan kerugian negara.
  10. Bangun politik demokratis yang bersumber pada kebijakan demi kebutuhan warga sebagai prioritas, berasaskan pada kedaulatan dan kesejahteraan rakyat, dan bukan pada kemakmuran pihak-pihak tertentu dan hanya demi kepentingan para pemodal.

Pernyataan sikap tersebut dituangkan dalam Siaran Pers ditandatangani JPIC Keuskupan Agung Ende, Alter KGF, RD Reginald Piperno, SVD dan P. Felix Baghi yang diterima Warta-Nusantara.Com, Kamis, 5 Juni 2025.  *** (WN-01)

                                                                                    

 

WartaNusantara

WartaNusantara

Related Posts

Ketika Gunung Bicara, Dengarkan Suara Dari Selatan 
Lingkungan

Ketika Gunung Bicara, Dengarkan Suara Dari Selatan 

Ketika Gunung Bicara, Dengarkan Suara Dari Selatan  Oleh : Nikolaus Hukulima WARTA-NUSANTARA.COM--  Gunung Lewotobi kembali meletus. Abu vulkanik menyelimuti langit...

Read more
BBI Tanjnung Mompang Seperti Rumah Hantu , DPRD Madina Angkat Bicara

BBI Tanjnung Mompang Seperti Rumah Hantu , DPRD Madina Angkat Bicara

Mendukung Makan Bergizi Gratis Saatnya Lembata Mengembangkan Pertanian Organik, dengan Sistim Pertanian Cerdas Iklim

Mendukung Makan Bergizi Gratis Saatnya Lembata Mengembangkan Pertanian Organik, dengan Sistim Pertanian Cerdas Iklim

Gubernur NTT Melki Terima Ratih Anggraeni Pengelola Program Air Bersih

Gubernur NTT Melki Terima Ratih Anggraeni Pengelola Program Air Bersih

Lembata Gaungkan Perang Melawan Plastik : Aksi Nyata Raih Penghargaan Lingkungan Hidup

Lembata Gaungkan Perang Melawan Plastik : Aksi Nyata Raih Penghargaan Lingkungan Hidup

RUI Menanam 500 Bibit Malapari di Lembata Dalam Memperinga Hari Lingkungan Hidup Sedunia

RUI Menanam 500 Bibit Malapari di Lembata Dalam Memperinga Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Load More
Next Post
Transformasi Birokrasi di Lembata, Bupati Kanis Lantik 23 Jafung dan Serahkan 31 SK Promosi Jabatan

Transformasi Birokrasi di Lembata, Bupati Kanis Lantik 23 Jafung dan Serahkan 31 SK Promosi Jabatan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ads

Tag

mostbet mostbet UZ Sastra
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Polkam
  • Internasional
  • National

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In