Mendukung Makan Bergizi Gratis (MBG) Saatnya Lembata Mengembangkan Pertanian Organik, dengan Sistim Pertanian Cerdas Iklim
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM– Mendukung Program Nasional Prabowo-Gibran terkait Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi siswa mesti sejak awal baik masyarakat (Petani,Peternak,Nelayan) maupun intervensi pemerintah harus menyiapkan lahan pertanian organik agar hasil pertanian ketika dikonsumsi benar-benar sehat dan bergizi.
Pengurus Forum Pengurangan Risiko Bencana (F.PRB) Lembata dan Pegiat lingkungan hidup, Mikhael Alexander Raring alias Achan Raring Ketua Kaukus Masyarakat Sipil F.PRB Lembata dalam sebuah wawancara khusus Warta-Nusantara.Com, mengungkapkan hal tersebut sebagai langkah strategis, arif dan antisipatif menyukseskan program nasional MBG yang kini sudah sedang diuji coba di Kabupaten Lembata.
Pandangan menarik Achan Raring ini pula telah dilontarkan dihadapan Bupati Lembata, Petrus Kanisius Tuaq ketika beraudensi dengan Dewan Pengurus Cabang (DPC) Partai Gerindra Kabupaten Lembata yang dipimpin Ketua, Yohanes Viany K. Burin beberapa waktu lalu di Ruang Rapat Bupati Lembata.
Menurut Achan Raring, program nasional MBG ini harus suskses dimulai dengan menghasilkan produk pertanian seperti aneka sayuran, wortel, tomat, cabe, bawang dan buah-buahan yang sehat dan bebas dari kandungan kimia. Artinya, lanjut Achan Raring, produk pertanian itu dihasilkan tanpa menggunakan Peptisida dan Herbisida kimia atau apa pun jenis lainnya yang memiliki kandungan kimia tinggi. Selama ini produk pertanian buah dan sayuran ysng beredar di pasaran dan dikonsumsi mayoritas masyarakat justeru dipasok dari luar Lembata. Kenyataan ini menjadi tantangan tersendiri bagi petani Lembata tapi sekaligus menjadi motifasi bagi petani untuk bangkit menangkap peluang ekonomi dan usaha ini.
“Sudah saatnya para petani terutama Kelompok Tani sudah harus lebih berani dan mulai beralih mengolah lahan pertanian mereka dengan sistim pertanian cerdas Iklim, menggunakan pupuk organik seperti kompos,bokasi yang bisa dihasilkan dari sampah pertanian dan kotoran ternak yang sumbernya melimpah di tengah masyarakat. Kita semua tentu tahu bahwa dalam jangka panjang dampak negatip dari peroduk pertanian dengan menggunakan pupuk anorganik ketika dikonsumsi secwra terus menerus terutama oleh anak sekolah (siswa) yang adalah generasi pewaris masa depan bangsa dan daerah ini”, tentu sangat berbahaya ujar Achan Raring.
Berdasarkan pengamatannya, Achan Raring mengatakan, saat ini sudah ada sejumlah Kelompok Tani telah memulai secara mandiri melakukan ekspansi lahan pertanian organik untuk menhadirkan produk pertanian yang sehat. Betapa semua orang tahu bahwa sejak lama ada pihak tertentu dari luar Lembata mengolah lahan dengan penggunaan Pestisida dan herbisida kimia dengan tujuan meraih keuntungan besar namun meninggalkan masalah dan dampak Negatif bagi masyarakat kita.
Karena itu, urai Achan Raring, kita mesti cegah dengan menghasilkan produk pertanian organik. Kelompok Tani seperti ini sudah secara swadaya mengembangkan sayap usahanya dan tentu saja sangat dibutuhkan intervensi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lembata memberikan pemberdayaan baik bantuan dana, bibit dan alat pertanian serta sentuhan teknologi. Kalau soal air bisa diatasi dengan menggunakan sumur bor dan atau air tangki.
Terkait Virus Babi, ASF yang kini kembali mewabah di Lembata, Achan Raring mengatakan kasus ini harus segera diatasi oleh Pemkab Lembata melalui Dinas Teknis terkait. Pihaknya juga menyambut baik langkah Pemkab Lembata yang dikabarkan mendatangkan peralatan laboratoium untuk memeriksa virus ASF para peternak babi.
Langkah ini penting, karena menurut Achan Raring, berkaca pada wabah virus ASF yang pernah menyerang babi peternak tahun 2019 sekitar 20.000-an ekor babi. Dampaknya besar sekali kerugian petani peternak bisa mencapai Rp 80 Miliar. Kasus ini tidak boleh terjadi lagi jika segera diantisipasi penanganan virus ASF ini agar para petani peternak bangkit kembali beternak babi karena hasilnya sangat menjanjikan.
Achan Raring kemudian menyarankan kepada Pemkab Lembata menyiapkan bibit babi melalui sekema anggaran APBD atau Dana Desa guna membantu masyarakat agar segera kembali bertenak babi, bangkit dari keterpurukan sehingga geliat ekonomi dapat kembali tumbuh. Jika disimulasikan Pemkab Lembata menyiapkan 20.000 ekor bibit babi bagi 20.000 Kepala Keluarga (KK) artinya produksi peternakan babi berkembang pesat dengan perjanjian mengembalikan minimal 2 ekor anak babi untuk digulirkan lagi kepada peternak lainnya dipastikan sudah sangat membantu masyarakat. Apalagi hal ini terkait erat dengan Program Prioritas Bupati dan Wakil Bupati Lembata, Nelayan, Tani , Ternak (NTT) patut diberdayakan. Jika upaya ini bisa dilakukan maka Rantai ekonomi akan mulai berputar dan dampaknya pada berbagai sektor pembangunan bisa kita rasakan.
Sedangkan menyangkut penertiban Pasar Timur dan Pasar Barat yang kini tengah ditertibkan dan dioptimalkan oleh Pemkab Lembata, Achan Raring menyambut baik langkah terobosan ini. Namun pihaknya berpendapat, salah satu faktor utama kedua pasar ini (Pasar Pada dan Pasar Lamahora) tidak berfungsi optimal karena penataan trasportasi lokal dalam kota tidak diatur secara permanen. Saat ini transportasi umum ( masal) dalam kondisi kolaps dan di kuasai oleh transportasi yang tarifnya berdasarkan mekanisme pasar yang bukan tarif yang ditetapkan pemerintah sehingga ini menimbulkan biaya ekonomi tinggi.
“Transportasi lokal dalam kota Lewoleba relatif mahal. Karena itu perlu diatur rute tetap misalnya menggunakan Mini Bus (Bemo) dalam kota menghubungkan dua pasar ini secara teratur dan tarif terjangkau, maka roda ekonomi pasti berputar. Sementara Bus atau kendaraan dari luar kota seharusnya menurunkan penumpang di kedua pasar tersebut dimana bemo sudah menanti mengangkut penumpang ke kota dan sebaliknya. Jika Dinas terkait dalam hal ini Dinas Perhubungan Kabupaten Lembata menata Translok ini secara baik, maka kota dan pasar kita semakin hidup dan geliat ekonomi akan tumbuh pesat”, ungkap Achan Raring. *** (WN-01)