ADVERTISEMENT
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak
Rabu, Juli 9, 2025
No Result
View All Result
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Opini

𝑴𝑷𝑳𝑺 𝑫𝑨𝑵 𝑷𝑬𝑵𝑪𝑬𝑮𝑨𝑯𝑨𝑵 𝑩𝑼𝑵𝑼𝑯 𝑫𝑰𝑹𝑰 𝑹𝑬𝑴𝑨𝑱𝑨

by WartaNusantara
Juli 9, 2025
in Opini, Pendidikan
0
𝑴𝑷𝑳𝑺 𝑫𝑨𝑵 𝑷𝑬𝑵𝑪𝑬𝑮𝑨𝑯𝑨𝑵 𝑩𝑼𝑵𝑼𝑯 𝑫𝑰𝑹𝑰 𝑹𝑬𝑴𝑨𝑱𝑨
0
SHARES
31
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

𝑴𝑷𝑳𝑺 𝑫𝑨𝑵 𝑷𝑬𝑵𝑪𝑬𝑮𝑨𝑯𝑨𝑵 𝑩𝑼𝑵𝑼𝑯 𝑫𝑰𝑹𝑰 𝑹𝑬𝑴𝑨𝑱𝑨

Oleh : Robert Bala

WARTA-NUSANTARA.COM–  Minggu pagi 6/7/25, pukul 09.35, saat berada di Kupang dalam persiapan balik ke Jakarta, saya mendapatkan WA dari seorang rekan: “𝑺𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕 𝒑𝒂𝒈𝒊 𝒌𝒂𝒌𝒂. 𝑨𝒅𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒂𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒅𝒊 𝑲𝒐𝒕𝒂 𝑩𝒂𝒓𝒖, 𝑳𝒆𝒘𝒐𝒍𝒆𝒃𝒂 𝑳𝒆𝒎𝒃𝒂𝒕𝒂 𝒌𝒂𝒌𝒂𝒌”. Membaca isi WA itu saya hanya menjawab: “𝐀𝐝𝐮𝐡”.

RelatedPosts

SDN 311 Sampuran Ranto Baek Hangus Terbakar, Hingga Kini Belum Ada Perbaikan

SDN 311 Sampuran Ranto Baek Hangus Terbakar, Hingga Kini Belum Ada Perbaikan

Wabup Nasir Tegaskan Pesantren sebagai Garda Terdepan Membangun Karakter Bangsa

Wabup Nasir Tegaskan Pesantren sebagai Garda Terdepan Membangun Karakter Bangsa

Load More

Tentu hal kecil yang sudah dibuat dengan Talkshow tentang Deteksi dan Pencegahan Bunuh Diri yang penulis lakukan sangat sedikit. Peserta yang hadir baik dalam Seminar di Lewoleba Lembata 1 Mei (Sko San Bernardino), kemudian di UNWIRA Kupang 3 Mei masih sedikit. Demikian juga peserta para guru dan pegiat sosial di Larantuka pada 24 Juni juga tidak banyak.

Adanya tendensi kian banyaknya kasus bunuh diri remaja di satu pihak dan sambutan yang suam-suam kuku dari khalayak memunculkan pertanyaan tentang 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 𝒅𝒊𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒆𝒈𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒔𝒖𝒔 𝒃𝒖𝒏𝒖𝒉 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒓𝒆𝒎𝒂𝒋𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒖𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒊 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒂𝒋𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒅𝒊𝒌𝒆𝒏𝒂𝒍 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑴𝒂𝒔𝒂 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒂𝒍𝒂𝒏 𝑳𝒊𝒏𝒈𝒌𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉 (𝑴𝑷𝑳𝑺)?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu akui bahwa terhadap kasus bunuh diri, lebih banyak orang yang memilih diam. Ia sebatas ‘digosipkan’ dengan mengaitkan persoalan yang bisa dianggap sebagai pemicu. Masalahnya kadang media ‘abal-abalan’ dengan mudah mencari sensasi dengan membahas hal yang sebenarnya bukan persoalannya.

Kasus bunuh diri di Rote yang melihatkan seorang anggota aktif TNI misalnya dengan mudah dikaitkan dengan persoalan belis. Bila diteliti lebih jauh bisa saja hal itu bukan akar masalahnya. Hal ini hanya menggambarkan tentang tidak terbukanya masyarakat untuk membahasnya secara lebih profesional untuk mencari akar persoalannya.

Ketakacuan masyarakat dalam membahas persoalan ini seiring juga dengan sikap dingin pemerintah yang tidak atau belum menganggapnya serius. Beberapa dinas yang dihubungi untuk melibatkan masyarakat dalam proses konsientisasi (penyadaran), masih mengangap sebagai program dari luar yang belum terlalu urgen ditanggapi. Jadilah kasus bunuh diri (remaja) hanya dibahas pada tataran gosip. Ia dibicarakan ketika ada kasus. Bila tidak ada kasus maka semuanya bersikap ‘podo wae’ alias sama saja dan tidak menganggapnya serius.

Di Lembata, saya justru mendapatkan sambutan dari Deken Lembata dan para pastor paroki yang menyadari hal ini sebagai hal yang sangat urgen. Sementara antusiasme dengan sedikit ‘gregetan’ (kata orang Jawa) yang mestinya datang dari Pemda, masih jauh dari harapan.

Di Larantuka, sambutan dari PGRI Flotim yang sangat antusias dan mengambil langkah seribu karena melihat hal ini sangat serius. Demikian juga di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang (UNWIRA) pun mengadakan tindakan yang sangat cepat. Langkah seperti ini yang seharusnya datang juga dari Pemda terutama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi NTT. Sayangnya hingga saat ini masih jauh dari harapan.

Tentu saja Pemda setempat punya alasan selain pemangkasan anggaran hal mana bisa dimengerti. Tetapi bentuk sosialisasi sebagai bentuk dukungan paling kecil saja masih jauh dari harapan. Di sini kita tentu bertanya, ketika banyak acara seremonial diberi tempat yang cukup besar, mengapa masalah yang melanda kesehatan mental masyarakat belum dianggap urgen. Ketika berkaitan dengan masalah remaja maka Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak misalnya perlu bersifat preventif dalam melakukan tindakan antisipatif.

Gerakan Awal

Melihat kian maraknya kasus bunuh diri (yang nota bene tidak kita dukung), pertanyaan paling kontekstual di awal tahun ajaran baru ini, apa yang bisa dilakukan agar bunuh diri (remaja terutama) dapat dicegah secara dini?

Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus akui bahwa secara data dan fakta psikologis, niat bunuh diri sudah melanda saat memasuki usia remaja. Jelasnya, ketika remaja memasuki masa remaja awal (10-13 tahun). Bila dilihat dari tingkat pendidikan, maka saat remaja memasuki kelas 5 SD, ideasi bunuh diri itu sudah muncul melalui ungkapan verbal. Hal itu muncul dalam ungkapan ingin bunuh diri ketika muncul persoalan dan dijawab secara spontan.

Angka itu kemudian semakin meningkat ideasi malah eksekusi bunuh diri saat memasuki usia remaja madia (14 – 17 tahun). Kasus bunuh diri yang terjadi pada remaja usia SMP-SMA menjadi hal yang kian terjadi. Saat secara biologis terjadi perubahan drastis dalam diri, maka seirama itu pula terjadi kasus bunuh diri. Pelbagai masalah terutama masalah percintaan remaja menjadi salah satu penyebab, selain kasus bullying dan lainnya.

Kasus paling mencemaskan pada saat usia remaja akhir (18 – 23 tahun). Hal ini menimpa mahasiswa. Saat ini tekanan hidup semakin besar. Adanya tekanan akademik selain percintaan menjadi hal yang dianggap sebagai pemicu. Tetapi semuanya sebenarnya hanya merupakan pemicu utama. Pemicu utama adalah kesehatan mental yang sudah ada dan ketika terjadi pemicu, maka banyak remaja tidak mencari solusinya dengan berkonsultasi melainkan mendiamkannya hingga muncul dalam kasus bunuh diri.

Melihat angka bunuh diri ini menunjukkan kurva naik dari remaja awal ke remaja akhir maka lembaga pendidikan perlu memberikan perhatian. Di banyak sekolah, tema bunuh diri ini bahkan masuk menjadi salah satu tema dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Diakui bahwa beban akademik yang akan dilalui siswa atau mahasiswa akan berefek kepada kian tingginya tensi dan stress. Karena itu sejak awal remaja diarahkan untuk mengolah stress secara baik dan bijak.

Kesadaran akan pentingnya pembahasan tentang pengolahan stress sebagai salah satu pemicu bunuh diri bukan sekadar usulan. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Flores Timur yang dinakodai Maksimus Masan Kian, merancang agar tema ini sungguh diperhatikan sekolah. Di sana setiap sekolah membahas materi kesehatan mental (mental health) siswa sebagai salah satu bagian dari kehidupan. Inisiatif bagus seperti ini mestinya dicontohi di institusi pendidikan lainnya.

Kesadaran ini penting. Banyak orang yang merasa bahwa kesehtan fisik yang dirasakan dengan mudah diterima dan mendorong orang untuk pergi ke dokter demi memperoleh kesembuhan. Sayangnya kesehatan mental sangat jauh dari penerimaan. Banyak orang mengira bahwa kesehatan mental segera dikaitkan dengan kasus gila atau stress berlebihan. Karena itu berkonsultasi tentang kondisi kesehatan mental dijauhkan. Mereka bahkan menghindari konsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Inilah sasaran paling sedikit yang diharapkan ditanamkan di sekolah. Siswa diarahkan untuk terbuka baik kepada konselor atau pembimbing akademik tentang kondisi kesehatan mentalnya. Hal ini terutama menjadi ‘PR’ besar bagi para konselor dalam mengadakan komunikasi terutama dengan remaja pria yang nota bene cukup tertutup dalam komunikasi tentang diri.

Selain itu sosialisasi tentang deteksi dini kasus bunuh diri memungkinkan siswa (dan guru) menyadari tentang faktor penyebab bunuh diri seperti: faktor psikologis (seperti kecemasan dan stress berlebihan dan gangguan bipola, faktor sosial (tekanan sosial-ekonomi, masalah keluarga), faktor digital (cyberbullyng, kecanduan digital, dan faktor biologis (faktor genetik berupa pengalaman anggota keluarga yang pernah bunuh diri, pengaruh zat kimia).

Semua faktor ini perlu disadari dari awal tahun ajaran untuk memastikan bahwa angka bunuh diri berkurang secara signifikan dan kalau boleh tidak ada sama sekali. Hal ini bisa diawali di awal tahun ajaran seperti ini. ***

Keterangan Foto : Talkshow DETEKSI DAN PENCEGAHAN BUNUH DIRI REMAJA (Larantuka 24 Juni 2025)

𝑹𝒐𝒃𝒆𝒓𝒕 𝑩𝒂𝒍𝒂. 𝑷𝒆𝒏𝒖𝒍𝒊𝒔 𝒃𝒖𝒌𝒖: 𝑺𝑬𝑩𝑬𝑳𝑼𝑴 𝑩𝑼𝑵𝑼𝑯 𝑫𝑰𝑹𝑰 (𝑭𝒂𝒌𝒕𝒂, 𝑫𝒆𝒕𝒆𝒌𝒔𝒊, 𝒅𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒏𝒄𝒆𝒈𝒂𝒉𝒂𝒏), 𝑷𝒆𝒏𝒆𝒓𝒃𝒊𝒕 𝑳𝒆𝒅𝒂𝒍𝒆𝒓𝒐, 𝑴𝒆𝒊 2025.

WartaNusantara

WartaNusantara

Related Posts

SDN 311 Sampuran Ranto Baek Hangus Terbakar, Hingga Kini Belum Ada Perbaikan
Pendidikan

SDN 311 Sampuran Ranto Baek Hangus Terbakar, Hingga Kini Belum Ada Perbaikan

SDN 311 Sampuran Ranto Baek Hangus Terbakar, Hingga Kini Belum Ada Perbaikan MADINA : WARTA-NUSANTARA.COM--  Kondisi memprihatinkan masih menyelimuti SDN...

Read more
Wabup Nasir Tegaskan Pesantren sebagai Garda Terdepan Membangun Karakter Bangsa

Wabup Nasir Tegaskan Pesantren sebagai Garda Terdepan Membangun Karakter Bangsa

Wagub Johni Asadoma Dorong UPG 1945 NTT  Hadirkan Layanan Pendidikan Berkualitas

Wagub Johni Asadoma Dorong UPG 1945 NTT  Hadirkan Layanan Pendidikan Berkualitas

Forum Pinggir Jalan Gelar Lomba Kreativitas Anak Lembata

Forum Pinggir Jalan Gelar Lomba Kreativitas Anak Lembata

Mewakili OMK PSAJW, Perwakilan Pemuda Katolik, Komcab Lembata Sumbangan Buku Untuk FPJ

Mewakili OMK PSAJW, Perwakilan Pemuda Katolik, Komcab Lembata Sumbangan Buku Untuk FPJ

Gubernur NTT Dorong ASN Dapat Beasiswa, Pendidikan Penting Bagi Kemajuan Daerah

Gubernur NTT Dorong ASN Dapat Beasiswa, Pendidikan Penting Bagi Kemajuan Daerah

Load More
Next Post
Mandailing Natal Punya Gedung ‘Tak Bertuan’, GPKN Minta Audit Aset Total

Mandailing Natal Punya Gedung ‘Tak Bertuan’, GPKN Minta Audit Aset Total

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ads

Tag

mostbet mostbet UZ Sastra
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Polkam
  • Internasional
  • National

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In