Perayaan Syukur 40 Tahun Imamat Pastor Sonny Keraf SVD dan 5 Tahun Imamat Pater Gabriel Notan Keraf SVD, Meriah
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM– Misa perayaan syukur 40 tahun imamat imam SVD Provinsi Jawa, Petrus Sonny Keraf SVD dan 5 tahun Imamat Pastor Gabriel Notan Keraf SVD. Misa berlangsung khidmat dalam nanda penuh syukur di Gereja St, Petrus Paulus Lamalera.
Hadir dalam perayaan tersebut Bupati Lembata Petrus Kanisius Tuaq, Camat Wulandoni, Petrus M Gowing, puluhan imam dari luar, dan umat paroki Lamalera dan para tamu undangan yang datang dari beberapa wilayah sekitar Desa Lamalera. Selasa, 8/7/2025
Pimpinan Provincial Gregorius Kaha dalam Khotbahnya di hadapan para umat yang hadir mengikuti misa, mengisahkan tentang moto dan perjalanan imamat pastor Petrus Sonny Keraf SVD.
“Cinta Tuhan terlalu kuat, inilah kisah seorang anak yang pergi mencari kebijaksanaan, kepergian anak ini atas restu orang tua, anak tersebut dikirim ke sebuah lembah. Dilembah itu bertahun-tahun anak itu bergumul, berjuang dan dia belajar. Hingga pada suatu saat sang guru mengirimnya ke bukit yang lebih tinggi dengan tujuan sama yakni; mencari dan menemukan kebijaksanaan.
Di bukit yang tinggi anak itu terus berjuang kendati kadang jatuh dan bangun dari satu kecemasan ke kecemasan yang lain, adapun kegagalan yang Dihadapi anak ini disana. Dia bergumul di sana sambil berjuang,”ungkap Gregorius Kaha.
Setelah berjuang mencari kebijaksanaan, Akhirnya Sang Kebijaksanaan, mengutusnya ke padang yang lebih luas lagi dengan pesan. “Perhatikanlah supaya apa yang engkau baca engkau harus imani, apa yang engkau imani engkau ajarkan dan engkau dasari.
Tahun demi tahun, bulan demi bulan, hari demi hari anak tersebut berjalan dari satu padang ke padang yang lain. Dan akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke kampung kecilnya. Ada banyak hal yang berubah. Ada banyak hal yang berpindah di kampung kecilnya. Tapi ada satu yang masih tetap ada yakni; masih ada cinta, masih ada perhatian dan dukungan.
Saudara saudari terkasih, anak mudah yang dimaksudkan ini adalah Petrus Sonny Keraf yang hari ini berada di hadapan kita. Pada usianya yang muda dia dikirim dari kampung kecil Lamalera yang indah ini, Sonny Keraf dikirim ke Seminari Hokeng yang sekarang hanya tinggal nama.
Di Hokeng Pastor Sonny Keraf bergumul, dan dia berbuah. Pater Sony pernah bercerita bahwa dirinya hampir pulang seminari karena tidak bisa bayar uang sekolah. Tetapi untungnya ada magister yang baik hati menyampaikan ke Pastor Sony bahwa, uang bukan menjadi segala-galanya, kita akan usahakan asalkan engkau serius dengan panggilan.
Sesudah bertahun-tahun di lembah Hokeng Pater Sony dikirim ke bukit sanggar matahari Ledalero. Disana Ia berjuang mencari ilmu dan kebijaksanaan hingga pada tanggal 22 Juni 1965 bersama kedua sahabat dekatnya yang hari ini kita merayakan ultah tahbisan mereka.
Pastor Sonny telah menjadi imam dengan moto,”CintaMu terlampau kuat bagiku. Sejak ditabiskan Pastor Sonny Keraf diutus ke padang pengabdianya. Dia pergi ke tempat tugasnya dari satu tempat ke tempat yang lain sebagai misionaris serikat sabda Allah dan sekarang bertugas di SVD Provinsi Jawa.
Hari ini kita semua hadir disini, kita semua datang kesini bersama Lewotana ribu ratu untuk kita bersyukur kepadaNya, atas rahmat 40 tahun hidup imamat dalam diri Pastor, Petrus Sony Keraf, SVD.
Kisah menarik tentang Pastor Sonny Keraf ini Gregorius Kaha mencoba mengaitkan dengan peristiwa saat Tuhan Yesus bertanya kepada simon Petrus,”apakah engkau mengasihi Aku,? Demikian juga hari ini kepada Yubilaris Yesus bertanya kesekian kalinya apakah engkau mengasihi Aku, dan tentunya sang Yubilaris dengan tegas menjawab bahwa Tuhan Engkau tahu aku mengasihi Engkau.
Dalam bacaan pertama melukiskan tentang panggilanya yang luar biasa. Kalau kita dengar baik-baik dalam bacaan pertama, Yesaya menggambarkan situasi yang sedemikian sulit dan Yesaya sendiri rasa kalau Tuhan mengutusnya namun Yesaya merasa dirinya tidak pantas, dia sendiri rasa bahwa aku ini nabi sihir kalau bahasa kita (mulut kotor). Disini Yesaya mengakui dirinya tidak layak tetapi Tuhan punya rencana, Tuhan punya kehendak. Sehingga ketika Tuhan bertanya siapa yang akan Aku utus, siapa yang mau pergi untuk Aku, Yesaya dengan tegas mengatakan,”ini aku utuslah aku.
Pater Sony Keraf SVD mungkin punya kisah berbeda tetapi pengalaman panggilannya selama 40 tahun jadi imam, menunjukan kepada kita bahwa; Tuhan memanggil pater Sony dengan situasi dan keadaanya dan dia menjawab panggilan Tuhan, dengan komitmen untuk setia sampai mati.
Pastor Sonny Keraf telah Mengikuti Tuhan sebagai imam biarawan misionaris serikat sabda Allah. Dia tidak hanya menjawab ya atas panggilan Tuhan tetapi pater Sony berkomitmen untuk tetap setia menjalankan panggilan Tuhan dengan baik, “setia sampai mati.
Beberapa teolog mengatakan bahwa, ada 3 penegasan untuk menjadi pengikut Yesus yakni; pertama orang itu dipanggil dan dia menjawab, yang kedua, orang itu dipanggil tapi tidak menjawab, akan tetapi dia hidup didalam bersama Tuhan, yang ketiga dia diutus. 3 elemen ini bukan hanya untuk imam, biarawan biarawati tetapi untuk kita semua yang menyebut diri sebagai pengikut Kristus.
Kalau kita sebut diri sebagai pengikut Kristus, atau orang-orangnya pengikut Kristus, ketika Tuhan panggil kita jawab, maka kita akan hidup sebagai pengikut Keristus yang baik dan benar dan setia dalam perutusan untuk bersaksi dengan Tuhan. Dan itu adalah tipe orang yang memiliki dasar sebagai pengikut Kristus. Kita dipanggil dan kita jawab maka kita telah hidup didalam dan bersama dengan Tuhan Yesus. kita juga harus siap diutus dengan cara hidup kita masing-masing.
selain itu Gregorius secara tegas menggambarkan bagaimana kita membangun komunikasi dengan Tuhan Yesus yang adalah relasi kita. Ada 3 lingkaran. Lingkaran pertama hidup kita didalam Tuhan Yesus itu dibuang, ketika kita ada kesulitan kita butuh Tuhan Yesus kita memanggilnya masuk sesudah selesai keluar lagi. Lingkaran kedua kita ada di dalam lingkaran, kita hidup di dalam lingkaran itu tapi Tuhan ada diluar.
Waktu kita ada kesulitan, waktu kita ada tantangan baru kita panggil Tuhan Yesus masuk, setelah masalah yang kita hadapi selesai, tantangan kita selesai kita keluarkan Tuhan Yesus. Kalau mau dilihat pada poin kedua kita ada di dalam lingkaran Tuhan.
Terkadang kita juga tidak mengakui kehadiran Tuhan Yesus dengan barang-barang lain yang kita miliki atau yang kita punya. Sehingga tidak heran kita pasang salib dimana-mana. Di rumah, di kamar, di mobil, di leher ditangan ada cincin salib. Tetapi kadangkala perilaku hidup kita tidak sesuai dengan itu karena kita sedang berada di lingkaran kedua.
Kita kadang membawa Tuhan Yesus kemana-mana, tapi kita harus sadar bahwa, Tuhan tidak sama dengan barang-barang lain yang kita miliki yang tidak ada pengaruh apa-apa dengan hidup kita. Lingkaran ke 3, lingkaran yang ideal karena Tuhan Yesus hidup dalam lingkaran kehidupan kita dan Dia menjadi pusat hidup kita. untuk itu Mari kita saling bertanya kira-kira kita berada di lingkaran ke berapa. Karena jangan sampai kita masih di lingkaran pertama,”Ujar Pastor Gregorius Kaha.
Bacaan injil yang kita dengar ini tentang, pengalaman Simon seorang nelayan, kalau tidak bersama dengan Tuhan maka sia-sia usaha hidup kita, tidak ada guna semua usaha pekerjaan kita. Itu yang kita dengar sabda yang termuat di dalam Injil. Menurut Gregorius semua orang tahu kalau orang Lamalera jago soal laut apalagi soal ikan. Jika dibandingkan dengan Simon Petrus dan kawan-kawan saya rasa orang Lamalera lebih jago karena Simon Petrus dan kawan-kawan hanya tangkap ikan di danau, kalaupun terjadi sesuatu pasti kita mencarinya hanya di sekitar danau saja. Coba nelayan Lamalera, kalau arus bawa jangankan di selat Solor di Australia juga mungkin kita cari juga belum dapat. Hal ini membuktikan bahwa orang Lamalera itu sudah kerja keras dan luar biasa menangkap ikan. Injil mengatakan bahwa biar tidak dapat apa-apa akan tetapi datanglah karena Tuhan Yesus anak tukang kayu telah perintahkan dan hasilnya ful.
Dengan demikian maka Pertanyaan untuk kita semua adalah apakah para nelayan itu karena mereka jago, ataukah para nelayan itu karena mereka hebat dalam cerita yang kita lihat. Orang Lamalera menyadari bahawa kalau bersama dengan Tuhan Yesus kita bekerja, kita berjuang, berusaha maka kita yakin akan memperoleh hasil yang baik, Hasil yang sempurna tapi tanpa atau tidak bersama dengan Yesus Kristus kita mungkin kerja, berjuang tapi hasilnya kurang. Kalau kita mengakui diri sebagai orang -orang yang percaya dengan Kristus maka kita harus ada dan bekerja sama dengan Tuhan Yesus.
Lanjut Gregorius, dalam injil kita juga dengar bahwa Yesus berkata,”mulai saat ini kamu akan Kujadikan penjala manusia bukan penjala ikan. Penjala manusia artinya kita dipanggil untuk memberi tumpuan kepada orang yang mengalami situasi sulit, kepada orang yang mengalami putus asa. Menjadi penjala manusia tentu kita harus menyapa saat berjumpa, saat bertemu orang yang putus asa, orang lemah, orang yang berada pada situasi sulit. Kita memberi dia kehidupan.
“Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan. Untuk Pater Sony Keraf yang berbahagia, imamat bukan soal angka bukan soal kemampuan, pesona kita tapi semata-mata karena rahmat Tuhan. Imamat adalah relasi kita dengan Tuhan, relasi kita dengan sesama dan relasi kita dengan diri kita sendiri.
“Mari saudara sudari, kita terus bersaksi tentang Kristus yang memanggil kita untuk bersaksi agar pada waktunya kita pun bersama yubilaris Pastor Sonny Keraf boleh mengangkat hati kita sembari mengagumi kebesaran,”Cinta Tuhan yang terlampau kuat.,Amin. *** (ANTT: Chelle Kedang/WN : Karolus Kia Burin)