Rektor Maxs: Tak Ada Putra Mahkota pada Pencalonan Rektor Undana
FOTO : Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Prof.Dr. drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc.
KUPANG, WARTA-NUSANTARA.COM — Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Prof.Dr. drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc., menegaskan tak ada putra mahkota dalam proses seleksi dan pemilihan Rektor Undana periode 2025-2029 yang saat ini tengah berlangsung.
” Saya tak punya putra mahkota, tak punya jago-jago, tapi secara pribadi saya punya preverensi calon,” kata Rektor Maxs saat ditemui di ruang kerjanya, Senin, 4 Agustus 2025 siang.
Prof. Maxs mengatakan secara pribadi ia punya kecenderungan pilihan pada figur tertentu, namun ia tak mungkin menyebutnya. Ia menyatakan tak etis karena sebagai wasit dalam “pertandingan” ini harus netral.
Sebaliknya, ia memberi kesempatan kepada setiap kandidat untuk bertarung secara maksimal dan fair dengan menjual ide atau gagasan. Sebab ke depan, Undana menghadapi tantangan yang sungguh berat.
Selain sejumlah nama kandidat pria yang disebut-sebut belakangan ini, Prof. Maxs mendorong kaum perempuan di kampus itu untuk tampil menjadi calon rektor. Menurut dia, sejumlah nama yang beredar seperti Wakil Rektor I, Prof. Annytha Detha punya kapabilitas di level leadership. Jika demikian mengapa peluang ini tak diambil. Soal kalah dan menang urusan berikut. Yang penting adalah mengikuti kontestasi rektor sebagai bukti nyata memajukan demokrasi di lembaga itu.
Ia meminta agar para calon baik perempuan maupun laki-laki tak boleh sungkan. Dan, yang utama adalah menyiapkan diri dengan baik. Menyiapkan ide tentang bagaimana membangun Undana ke depan dengan lebih baik lagi.
Tantangannya adalah selain Undana sebagai BLU (Badan Layanan Umum) juga harus bergerak menjadi perguruan tinggi berbadan hukum yang cirinya, rektor dan pembantu rektor harus kerja keras mencari sumber-sumber pendanaan alternatif di luar uang kuliah tinggal (UKT). Potensi-potensi penggalangan dana harus ditingkatkan untuk memberi kemandirian atau otonomi pada kampus.
Undana kata dia sudah mengarah ke sana meski belum konfiden. Dana masih sangat terbatas, masih bertumpuh pada UKT. Misalnya, bagaimana Undana menyediakan beasiswa khusus dengan mencari sumber-sumber pendapatan lain. Inilah tugas rektor dan semua pihak di kampus.
“Kita punya modal tapi masih dipakai untuk bangun gedung atau laboratorium. Pilihan yang serba sulit,” katanya. Misalnya, saat ini Presiden Prabowo Subianto merevitalisasi sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, jika dilanjutkan sampai ke perguruan tinggi maka sebenarnya kampus tak perlu lagi mengeluarkan dana miliaran rupiah untuk bangun gedung. Dana itu dipakai untuk investasi di bidang bisnis atau usaha karena pemerintah melakukan top up anggaran.
Di era Jokowi kata Prof. Maxs tak ada dana APBN untuk membangun gedung-gedung. Pihak kampus sendiri membangun dengan tumpuan dana dari UKT.
Untuk diketahui, saat ini tengah berlangsung tahap penjaringan figur rektor yang akan disusul penyaringan hingga pemilihan pada tanggal 6 Desember 2025. Rektor Maxs tidak mengikuti lagi kontestasi ini karena terhalang usia yang sudah melewati 60 tahun pada Maret 2025.
Beberapa figur Calon Rektor Undana yang ramai diperbincangkan publik, di antaranya Prof. Dr. Jefri Samuel Bale, ST., M.Eng (Wakil Rektor IV), Prof. Philipi de Rozari, S.Si.,M.Si., Ph.D (Fakultas Sains dan Teknologi), Prof. Dr. Apris Adu, S.Pt., M.Kes (Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat), Prof. Dr. Melkysedek Taneo, M.Si (Dekan FKIP), Prof. drh., Annytha I.R. Detha, M.Si (Wakil Rektor I), Dr. dr. Christina Olly Lada, M.Gizi (Dekan Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan dan Dr. Hamza H.Wulakada, M.Si (Dosen Prodi Pendidikan Geografi FKIP Undana). *** (pol)