Amye Un, Perempuan yang Dekat dengan Orang Jalanan di Darwin
KUPANG : WARTA-NUSANTARA.COM — Beberapa kali ia pulang ke Amanatun di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi kesempatan yang baik untuk bertemu dengan Ibu Amye Un di kediamannya di Jalan Bajawa, Kota Kupang. Saya cukup punya relasi dan akses yang baik dengan perempuan berusia 65 tahun ini. Setelah tiba Kupang ia menelepon saya atau terkadang saya yang menelepon untuk berdiskusi. Ia mengisahkan begitu banyak hal kepada saya.
Amye Un sharing-kan tentang karyanya selama di luar negeri, tentang keluarganya, tentang orang-orang di Darwin yang ia jumpai dan berinteraksi dengan mereka.
Titian perjalanan panjang itu menjadikan ia sebagai perempuan yang sungguh kuat, perempuan yang tak mudah patah ketika mengalami banyak hambatan.
Memang, ibu satu orang putra ini juga mengisahkan dinamika hidup di masa kecilnya yang susah. Bersama orang tua dan saudara-saudara yang lain selalu berpindah-pindah kampung karena orangtuanya menjadi pedagang. Di sinilah perspektifnya muncul bahwa hidup harus diperjuangkan agar membentuk karakter diri menjadi kuat.
Saya mencatat, suatu pertemuan dengannya di Kupang, Kamis, 12 Januari 2023. Saat itu Kota Kupang sedang diguyur hujan lebat. Petir dan guntur saling bersahutan. Diskusi berlangsung dengan hangat sembari ditemani kopi khas Flores. “Silakan minum, ini kopi flores. Enak dan nikmat,” katanya saat memulai diskusi dengannya.
Di usianya yang tak muda lagi, perempuan ini masih terlihat cantik ini mengisahkan, selama 35 tahun ia berjuang di negeri itu. Sebuah negeri yang secara geografis lebih dekat dengan NTT. Penerbangan ke sana cuma membutuhkan waktu lebih dari sejam. Seperti terbang dengan pesawat dari Kupang ke beberapa ibukota kabupaten di Pulau Flores atau ke Kota Denpasar, Bali.
Ia mengatakan, hidup ini sesungguhnya sebagai sebuah opportunity (kesempatan/peluang) yang harus dimanfaatkan dengan baik. Begitu juga ketika ia sampai di Darwin. Kesempatan itu harus ditangkap. Kesempatan harus direbut agar bisa menjadi milik tiap orang. Awalnya, ia belajar bahasa Inggris basic atau standar untuk memudahkan komunikasi dengan warga setempat.
Ia kemudian bekerja pada sebuah restoran milik Pak Iskandar yang merupakan Direktur Merpati di Darwin. Di sinilah ia belajar sebagai juru masak dan mulai merintis usaha sendiri.
Nilai yang ia pegang adalah kemandirian, tanggung jawab dan independensi. Ia kemudian tinggal dengan orangtua angkat, pasca dengan bos Merpati. Selama sekitar tiga bulan bersama orangtua angkat itu ia belajar tentang kultur mereka, tentang etos kerja dan bagaimana membangun komitmen untuk mencintai sesuatu. Dengan demikian maka akan didalami sedalam-dalamnya.
Saat membuka restoran miliknya bernama Laksa House, ia merasa semakin dekat dengan masyarakat setempat. Ia sudah dapat menyesuaikan diri. Kedekatan itu tidak dalam hitungan politik karena tak pernah terlintas keinginan untuk menjadi walikota, wakil walikota atau penata kota. Selama delapan tahun dirinya berkutat sebagai koki atau juru masak untuk menyumbang kepada masyarakat yang kurang mampu atau orang-orang jalanan. Mereka merasa senang karena mendapat perhatian darinya.
Namanya Melambung
Sebuah situasi yang akhirnya melambungkan namanya ketika tahun 2019, ia protes kepada pemerintahan Notherm Therritory terkait kebersihan kota. Vedio yang memuat aksi protesnya menjadi sangat viral hingga banjir simpati menghampirinya. Masyarakat mulai melihat bahkan mendukungnya. Partai politik pun mulai melirik Amye. Dua partai besar menawarkan kepadanya sebagai calon walikota. Tapi, Ibu Amye menolak.
Ia mengatakan jika ingin terjun ke dunia politik maka jalur independen atau perorangan yang menjadi pilihan agar lebih bebas memerjuangkan aspirasi konstituen. Terkadang jika melalui partai kata dia, ada kesulitan psikologis selain karena birokrasi yang panjang dan bertele-tele bahkan kadang menerima tekanan politik.
Ketika tahun 2021 dukungan semakin kuat datang padanya. Ia ditelepon bahkan ada yang memintanya langsung untuk mengikuti dua pemilihan sekaligus yakni walikota, wakil walikota dan penata kota.
Ternyata ia menang untuk wakil walikota dan penata kota. Ia akhirnya tahu bahwa fondasi sudah ia tanamkan kepada masyarakat sehingga menjadikannya lebih mudah untuk meraihnya. Dari dua jabatan sebagai wakil wallikota dan penata kota (councillor) membuatnya untuk membagi waktu. Ia memang lebih aktif di penata kota karena merekalah konstituen yang memilihnya. Mungkin sama dengan daerah pemilihan atau Dapil di Indonesia. Tugas-tugasnya adalah
untuk membantu walikota. Bahkan ia menyebut tiap hari selama dua jam ia datang dan mendengar keluhan-keluhan mereka. Misalnya, konstituen mau butuh apa nanti laporannya dibuat ke walikota dan terus dikawal hingga ada hasilnya.
Semoga Ibu Amye dapat sukses pada pemilihan Walikota, jelang dua hari ini. Kita mendoakan perjuangannya yang luar biasa ini. Dialah perempuan satu-satunya dari Indonesia yang meniti tangga karier politik di kota itu hingga sukses. *** (Paul Burin)