Panggilan untuk Bertobat dan Membawa Kemuliaan Tuhan
Oleh : Pater Henry Saku Bouk, SVD
Yes. 66:18-21 | Ibr. 12:5-7,11-13 | Luk. 13:22-30
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari Minggu ini, bacaan-bacaan suci mengajak kita merenungkan tiga hal penting :
1. Misi pewartaan kepada semua bangsa,
2. Makna penderitaan dalam hidup rohani,
3. Panggilan pertobatan pribadi yang membawa kita kepada keselamatan.
Mari kita renungkan satu per satu.
A. Yesaya 66:18-21 – Pewartaan Sukacita bagi Segala Bangsa
Nabi Yesaya menegaskan bahwa Allah tidak membatasi keselamatan hanya pada satu bangsa atau kelompok tertentu. Keselamatan adalah untuk semua. Allah sendiri mengambil inisiatif dengan mengutus orang-orang pilihan-Nya untuk mewartakan kemuliaan Tuhan ke seluruh penjuru dunia.
Inilah misi universal Gereja: mewartakan Injil kepada semua orang tanpa memandang suku, budaya, atau bahasa. Bahkan dari bangsa-bangsa lain, Tuhan dapat memanggil imam-imam dan pelayan-Nya.
Tugas kita sebagai umat adalah “mendaki gunung Tuhan” — artinya, secara batiniah kita terus berziarah menuju kekudusan, dengan mempersembahkan hidup yang bersih, benar, dan penuh kasih.—
B. Ibrani 12:5-7,11-13 – Penderitaan sebagai Jalan Pemurnian
Surat kepada orang Ibrani menegaskan bahwa penderitaan bukanlah hukuman, melainkan cara Allah mendidik anak-anak-Nya.
Seperti seorang ayah yang mengasihi anaknya, Allah membiarkan kita mengalami penderitaan agar kita belajar:
bersabar,
bertobat,
dan semakin mengenal kehendak-Nya.
Penderitaan yang diterima dengan iman akan menghasilkan buah kebenaran dan damai sejahtera.
Karena itu, saat menghadapi penderitaan, jangan hanya mengeluh atau menyalahkan Tuhan. Sebaliknya, bertanyalah :
“Apa yang Tuhan mau bentuk dalam diri saya melalui penderitaan ini?”
“Apa kehendak Allah bagi saya lewat pengalaman ini?”
Di saat kita merasa lemah, justru di situlah kita memberi ruang bagi Tuhan untuk menguasai hidup kita.
—
C. Lukas 13:22-30 – Pintu Keselamatan yang Sempit
Yesus berkata: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit!”
Pintu sempit adalah simbol jalan keselamatan: sulit, penuh perjuangan, dan menuntut pertobatan sejati. Ada pula pintu yang tertutup — gambaran bagi mereka yang menunda pertobatan sampai terlambat.
Mengapa orang berdosa sering tidak merasa berdosa? Ada banyak sebab:
1. Hati nurani yang tumpul karena kebiasaan berdosa.
2. Normalisasi dosa dalam lingkungan.
3. Tidak mengenal Firman Tuhan.
4. Pembenaran diri.
5. Dosa yang membutakan hati dan pikiran.
6. Kesombongan dan ego yang menolak mengakui kesalahan.
7. Tidak adanya teguran atau koreksi dari sesama.
Namun kabar gembira tetap ada: pintu surga terbuka bagi siapa saja yang mau bertobat. Yesus menegaskan bahwa orang dari timur, barat, utara, dan selatan akan duduk bersama dalam Kerajaan Allah.
Keselamatan tidak ditentukan oleh status sosial, kekayaan, atau rutinitas religius, melainkan oleh hati yang bertobat dan hidup dalam kehendak Allah.
—
Pesan untuk Hidup Kita
Dari ketiga bacaan hari ini, kita diajak untuk:
1. Menjadi bagian dari misi Allah – mewartakan sukacita Injil lewat perkataan dan tindakan.
2. Menerima penderitaan sebagai sarana pemurnian – membiarkan Tuhan membentuk kita melalui pengalaman sulit.
3. Memulai pertobatan dari diri sendiri – tidak menunda, tidak merasa cukup dengan formalitas agama, melainkan sungguh mengubah hati dan cara hidup.
—Penutup
Saudara-saudari, keselamatan bukan soal formalitas, melainkan soal relasi dengan Tuhan. Ia menanti kita untuk masuk melalui pintu sempit: jalan yang memang sulit, tetapi penuh kasih dan harapan.
Hari ini, mari kita bertanya dalam hati:
Apakah saya sungguh hidup dalam pertobatan?
Apakah saya menjadi saksi kabar sukacita bagi sesama?
Apakah saya rela dibentuk Tuhan melalui tantangan hidup?
Semoga kita semua menjawab panggilan-Nya: bertobat dan membawa kemuliaan Tuhan bagi dunia. ***