Masalah Jaringan Internet Hambat Pengembangan Pariwisata di Desa Adat Wologai
ENDE : WARTA-NUSANTARA.COM– Di tengah megahnya rumah adat kerucut yang menjulang dan warisan budaya yang lestari, Desa Adat Wologai Tengah, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, menghadapi kendala serius yang membayangi potensi pariwisatanya: sinyal internet yang sangat terbatas dan tidak dapat diandalkan.
Permasalahan ini tidak sekadar menghambat komunikasi, melainkan juga menjadi kendala utama dalam pengembangan sektor pariwisata desa.
Wisatawan yang ingin menjelajahi keunikan budaya dan arsitektur megalitik Wologai kesulitan memperoleh informasi sebelum kunjungan, sementara masyarakat setempat mengalami keterbatasan dalam mengoptimalkan teknologi digital untuk promosi, pemasaran, serta transaksi daring.
Demikian disampaikan Anggota DPRD dari Partai Gerindra Dapil IV, Yosafat Yosef Lima, SH, kepada tim media ini pada 4 September 2025.
Yosafat menjelaskan, Wologai menyimpan kekayaan budaya dan potensi pariwisata yang luar biasa, namun lemahnya sinyal internet menyebabkan akses informasi menjadi sangat terbatas.
Fenomena Ini dapat menghambat wisatawan untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan dan mengekang masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital secara optimal.
Atas kejadian tersebut, Yosafat mendesak Pemerintah Kabupaten Ende agar segera mengambil langkah konkret tanpa menunda penyelesaian masalah ini.
Ia menegaskan bahwa infrastruktur telekomunikasi sejatinya harus menjadi kebutuhan dasar yang diprioritaskan setara dengan jalan, listrik, dan air bersih di era digital saat ini.
“Kami meminta Pemerintah Kabupaten Ende untuk serius menanggapi persoalan ini. Koordinasi intensif dengan penyedia layanan telekomunikasi mutlak dilakukan agar kualitas jaringan di Wologai dapat segera diperbaiki. Dan masyarakat juga berharap pemerintah dapat memasang lampu jalan di wilayah desa tersebut hingga Detukeli,” ujarnya.
Sementara itu, Masyarakat, tokoh adat, dan Pemerintah Desa Wologai Tengah telah mengajukan aspirasi resmi yang berisi rekomendasi strategis untuk memperbaiki kualitas sinyal internet sebagai upaya mendukung pengembangan destinasi wisata kampung adat.
Mereka menilai bahwa konektivitas digital merupakan fondasi penting dalam:
1. Promosi Wisata: Memperluas jangkauan informasi dan menarik minat wisatawan secara luas.
2. Informasi Akses dan Reservasi: Mempermudah wisatawan dalam memperoleh petunjuk perjalanan serta melakukan pemesanan layanan secara daring.
3. Meningkatkan Kepercayaan Wisatawan: Memberikan rasa aman dan keyakinan untuk berkunjung ke kampung adat.
Usulan konkrit yang diajukan meliputi pembangunan atau peningkatan menara Base Transceiver Station (BTS) di kawasan kampung adat, pembentukan kerja sama strategis antara Pemerintah Daerah dan penyedia layanan telekomunikasi, serta pelaksanaan program-program khusus dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, seperti Desa Digital dan Internet Masuk Desa.
Selain itu, warga berharap adanya prioritas penyaluran program Starlink pemerintah untuk mendukung kebutuhan konektivitas di Desa Wologai Tengah.
Potensi budaya Wologai yang meliputi rumah adat unik bergaya arsitektur megalitik, tradisi lisan yang diwariskan secara turun-temurun, dan ritual adat yang memikat wisatawan, sebenarnya memiliki daya tarik kuat sebagai ikon wisata budaya Kabupaten Ende.
Namun, kekurangan infrastruktur digital membatasi kemampuan promosi dan pengembangan destinasi ini ke tingkat nasional maupun internasional.
Para pengamat pariwisata lokal mengingatkan, tanpa perbaikan signifikan pada jaringan internet, Wologai berisiko kehilangan peluang emas menjangkau pasar wisatawan muda yang sangat bergantung pada akses informasi digital dalam menentukan destinasi perjalanan.
Hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Ende belum mengumumkan rencana teknis maupun langkah strategis untuk mengatasi masalah krusial tersebut.
Harapan besar kini tertuju pada desakan DPRD dan aspirasi masyarakat agar menjadi pemicu bagi percepatan pembangunan infrastruktur telekomunikasi, sehingga Wologai dapat tumbuh tidak hanya sebagai warisan budaya yang dilestarikan, tetapi juga sebagai destinasi pariwisata digital yang kompetitif. *** (RLM)