Hari Minggu Bulan Kitab Suci Nasional : Jalan (Salib) Bangsa
Keadilan hukum gampang dibeli untuk menyingkirkan yang berlawanan. Suara rakyat kecil tenggelam dalam hiruk pikuk pembagian kue kekuasaan politik.
Kebenaran menjadi milik orang yang dekat dengan penguasa dan dipelintir atas nama kepentingan politik sempalan. Kondisi ini mirip terjadi pada zaman Yesus ketika tanah Palestina sedang dijajah pemerintah Romawi.
Yesus tidak menjaga kenyamanan-Nya di balik dinding Sinagoga. Dia turun ke tengah-tengah rakyat jelata untuk terlibat dalam perbuatan nyata. Ia juga menyampaikan ajaran-Nya melalui perummpamaan yang sarat kritik sosial-politik-kekuasaan yang tajam dan keras.
Situasi bangsa saat ini menuntut kita tidak bisa hanya sebatas tinggal di dalam tembok Gereja yang tebal. Tuhan menuntut kita meninggalkan kenyamanan semu dalam dinding Gereja dan berani turun ke tengah realitas.
Iman kepada Tuhan yang kita hidupi mesti berbuah dalam tindakan konkret. Doa, Ekaristi dan aktivitas spiritual lainnya mesti menggerakkan hati untuk lebih peka dan peduli pada kenyataan yang tidak adil dan tidak benar.
Keterlibatan itu akan menyegarkan iman sehingga iman kita tidak menjadi kering dan hampa (Gunarto, 2025).
Tuhan tidak berhenti dengan berdoa di atas gunung dalam kesunyian tapi turun ke tengah kenyataan sosial: ia sembuhkan orang sakit, memberi makan yang lapar, menghibur yang berduka, bahkan berani menegur dan memberi kritik keras pada penguasa agama Yahudi dan politik kekuasaan Romawi.
Tuhan mewujudkan iman-Nya dalam tindakan konkret. Iman yang bekerja oleh kasih. Gereja, kita semua, sejak pembaptisan menerima tanggung jawab misioner: tidak untuk diam dalam kenyamanan spiritualisme, tapi untuk hadir, bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kasih, kebenaran, kejujuran, solidaritas dan kesetiaan tanpa pamrih dan titik batas kepada Kristus.
Tuhan bersabda, “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:27). Tuhan tidak pernah menjanjikan area jalan mulus bagi murid-Nya. Tuhan menjanjikan jalan salib yang mesti dipikul dengan setia hingga akhir.
Salib itu tidak sebatas penderitaan pribadi, tapi juga derita umat manusia yang harus kita hidupi dan menjadi tanggung jawab bersama.
Ketika bangsa kita berada dalam kondisi yang “sedang tidak baik-baik saja” Tuhan mengutus kita bukan menjadi penonton pasif di pinggir jalan sejarah peradaban melainkan melibatkan diri dalam memikul beban salib bersama-Nya agar bangsa kita ditransformasi oleh kekuatan kasih-Nya.
Gereja dan umat beriman mesti berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial dan kebangsaan. Salib Kristus memberi ajaran kepada kita bahwa salib yang dipikul dengan kasih tidak pernah berakhir dengan keputusasaan.
Partisipasi kita, skecil dan sesederhana apapun, merupakan jalan salib bangsa menuju kebangkitan harapan baru.
Murid Tuhan di Republik ini bukanlah orang biasa-biasa saja tapi harus luar biasa. Bukan berarti menjadi manusia “super” yang tanpa cacat cela. Tapi pribadi yang siap dengan totalitasnya dalam mengikuti Tuhan.
Setiap murid-Nya harus mengutamakan Kristus daripada yang lain. Bahkan secara radikal harus siap mengorbankan nyawa. Inilah radikalitas kekristenan yang ditanamkan Tuhan kepada para murid-Nya.
Militansi itu mesti terus dihidupkan dan diperjuangkan terus menerus. Mesti melawan arus pergerakan zaman yang instan dan serba permisif. Yesus menghendaki kita menjadi sosok yang tegar, bukan cengeng di hadapan salib.
Teguh memikul setiap penderitaan dan tantangan. Menempa diri menjadi pribadi yang kuat dan tahan menghadapi badai zaman. Setia memikul salib hidup hingga di batas.
Kita memasuki bulan Kitab Suci Nasional dengan tema: “Allah Sumber Pembaruan Dalam Relasi” dengan belajar pada nubuat dua orang nabi yang berkarya di zaman sesudah pembuangan yaitu Zakharia dan Maleakhi.
Keduanya menyampaikan seruan pembaruan hidup kepada orang-orang Yahudi. Israel mesti hidup sesuai jati diri sebagai bangsa pilihan. Hal ini sejalan dengan Tahun Yubileum yang menjadi momen perjumpaan pribadi yang sejati dengan Tuhan Yesus.
Perjumpaan dengan Allah selama bulan ini kiranya menggerakkan kita terlibat aktif dalam seluruh kehidupan bangsa kita. Kenyataan hidup menuntut partisipasi dan komitmen untuk melibatkan diri dalam gerakan kemanusiaan lintas batas .***