SVD dengan Karya-karya yang Nyata
Oleh : Paul Burin
WARTA-NUSANTARA.COM : — PERJUMPAAN saya dengan Pater Drs.Piet Salu, SVD, M.A., relatif panjang. Saat SMA Santo Arnoldus Janssen, Kupang, mulai berdiri tahun 2018, saya kerap berinteraksi dengan imam yang hampir sebagian hidupnya berkelana di dunia pendidikan.
Saya sungguh percaya pada Pater Piet Salu dan sekolah yang ia rintis di Kelurahan Tuak Daun Merah (TDM) Kupang. Sentuhannya luar biasa.
Dalam berbagai keterbatasan atau baru seusia jagung yang tumbuh, siswa sekolah ini sudah mengikuti berbagai kompetisi baik tingkat Kota Kupang maupun regional NTT. Hasilnya, ya, mereka mampu berkompetisi, mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain di di daerah ini.
Ada begitu banyak “award” berupa piala, piagam maupun lainnya yang diletakkan di ruang kepala sekolah. Melihatnya sungguh menjadikan motivasi bagi siapa saja, terutama bagi anak-anak.
Pater Piet Salu sungguh konsisten, tegas, prinsip, tak kenal kompromi, tapi sungguh kebapakan dan memahami situasi dan kondisi. Ia tahu tumbuh kembang tiap anak meski ia bukan guru kelas. Sangat tahu. Ia tahu latar belakang tiap anak juga latar belakang orang tuanya sehingga klop dalam tata cara pendekatan.
Jika omong tentang disiplin ia tak kenal kompromi. Omong tentang pelajaran juga demikian. Guru harus siap diri untuk mengajar. Tak boleh main-main. Omong tentang karakter, apalagi. Ini sungguh menjadi penekanan lelaki berpostur tubuh tinggi ini.
Tentang ilmu sekali lagi Pater Piet bilang bisa dipelajari. Tapi, tentang karakter anak patut ditanamkan dalam dirinya. Apa pun alasan, apa pun kondisi yang dihadapi. Wajib!
Saya tahu begitu keras dan “kejamnya” Pater Piet, banyak anak, guru dan orang tua menitikkan air mata. Disiplin itu sebuah karakter dan tak ada kompromi. Meringkas buku dan mempresentasikan di hadapan teman-teman dan guru juga sebuah karakter.
Menerjemahkan materi bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan sebaliknya lepas jam sekolah dan dikawal oleh guru merupakan karakter yang ia tanamkan sekuat mungkin, dengan berbagai daya pada anak-anak. Wajib!! Ia tahu bahwa dalam tataran aplikasi ada begitu banyak kendala. Anak yang “hilang” dari kelas atau absen, guru wajib pergi cari. Ada ibu guru yang sampai digigit anjing karena mencari siswa yang tak masuk kelas. Saat pulang ke sekolah guru itu sambil menitikkan air mata.
Betapa “tangan besi” sang kepala sekolah perdana ini menjadikan lembaga ini pada tahun ketiga mendapat akreditasi A Plus.
Saat akreditasi terakhir, Pater Piet meminta saya sebagai satu di antara orang tua siswa untuk memberi keterangan kepada surveyor. Mereka menanyakan kepada saya apa yang menjadi pengetahuan orang tua tentang sekolah ini. Saya bilang, pendidikan karakter menjadi hal yang sungguh dominan dan unggul di sekolah ini.
Saya juga ikut membantu Pater Piet Salu untuk penerbitan buku perdana angkatan pertama sekolah ini. Konten dari buku itu adalah ringkasan buku apa saja oleh siswa. Para guru dan kepala sekolah mengedit seperlunya. Jadilah buku itu berjudul, Lebih Baik Menjadi Kutu Buku daripada Mati Kutu. Buku itu setebal 300 halaman.
Pater Piet Salu sungguh menyiapkan anak-anak untuk berpikir jauh dan berkompetisi tidak saja untuk dalam negeri tapi juga luar negeri. Ia mendorong mereka untuk dapat kuliah hingga ke mancanegara karena telah disiapkan dengan sungguh matang.
Saya lihat sekolah ini pascapater Piet Salu sungguh tumbuh dan berkembang. Tahun ini sekitar sepuluh atau belasan anak lulus pada beberapa perguruan tinggi negeri baik di Jawa maupun di Kupang melalui jalur nilai.
Sebuah prestasi yang dilakukan para guru dan Pater Apolinaris Wawo Koa, SVD, S.Pd — Pater Aris, sang kepala sekolah yang terus merawat marwah sekolah itu. Marwah SVD yang tetap menjaga kualitas, keberlanjutan dan cinta yang utuh pada dunianya.
Juga begitu banyak prestasi yang diraih anak-anak di tangan Pater Aris. Semoga ke depan, sekolah ini terus dan tetap menjadi sekolah model di negeri ini.
Dirgahayu ke-150 Konggregasi Serikat Sabda Allah, atau Societas Verbi Divini (SVD). Di tangan imam-imam SVD saya semakin tahu dan mengenal karya-karyanya. Karya-karya yang sungguh nyata.
SMA Santo Arnoldus Janssen, Kupang sebagai sebuah legacy, tanda mata dan karya SVD selain karya karitatif lain di Tanah Timor setelah Lahurus, Belu, tempat pertama konggregasi ini menandai kehadirannya. ***
Paul Burin, Wartawan