DPRD Mandailing Natal Diguyur Sindiran, Rakyat Hadiahkan Korek Kuping dan Nasi Bungkus
​PANYABUNGAN : WARTA-NUSANTARA.COM– Gedung DPRD Kabupaten Mandailing Natal (Madina) menjadi saksi bisu aksi unjuk rasa yang tak biasa pada Senin (8/9/2025). Ratusan massa, yang terdiri dari ibu-ibu, mahasiswa, dan elemen masyarakat, menggelar aksi dengan pendekatan satir yang menusuk. Mereka menyindir para wakil rakyat yang dianggap tak lagi punya telinga untuk mendengar suara rakyat. Dalam aksinya, massa membagikan korek kuping dan nasi bungkus sebagai simbol sindiran pedas.
​
​Pemandangan unik terlihat saat para pengunjuk rasa membawa korek kuping dalam jumlah banyak. Benda kecil ini bukan sekadar alat, melainkan pesan simbolis yang kuat.
“Kami sengaja bawa korek kuping. Telinga mereka sudah terlalu kotor, terlalu tersumbat, makanya suara kami tidak pernah sampai,” ujar salah seorang orator di atas mobil komando.
Pernyataan itu disambut sorak sorai dan tepuk tangan massa.
​Menurut salah satu koordinator aksi, Maya (25), mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Madina (AMM), aksi ini adalah wujud frustrasi masyarakat.
“Sudah berapa kali kami datang dengan aspirasi, tapi selalu saja mental. Ini bukan lagi soal komunikasi yang putus, tapi memang telinga mereka yang tidak mau mendengar. Kami harap korek kuping ini bisa jadi pengingat, bahwa tugas utama mereka adalah mendengarkan dan melayani rakyat,” tegasnya saat diwawancarai.
​Isu tentang unjuk rasa yang dibayar dengan “nasi bungkus” adalah stigma yang kerap dilemparkan untuk merendahkan perjuangan rakyat. Namun, massa aksi kali ini membalikkan narasi tersebut. Mereka justru membagikan nasi bungkus kepada para anggota DPRD.
“Jangan kira kami demo karena dibayar nasi bungkus! Kami malah yang kasih nasi bungkus, biar mereka tahu bahwa kami berjuang dari hati nurani, bukan karena iming-iming murahan,” kata salah satu ibu-ibu paruh baya yang ikut dalam aksi.
​Nasi bungkus tersebut diserahkan langsung kepada aparat keamanan untuk diteruskan ke dalam gedung DPRD. Aksi ini menjadi pukulan telak bagi mereka yang sering mencurigai setiap gerakan rakyat sebagai motif ekonomi.
​Meskipun penuh dengan sindiran, aksi ini tidak berjalan tanpa hambatan. Sempat terjadi adu mulut antara massa dan aparat keamanan saat mobil komando dilarang masuk ke halaman kantor DPRD. Ketegangan kembali memuncak saat massa membakar ban di depan gerbang, memicu aksi saling dorong yang tak terhindarkan.
Meski begitu, fokus massa tetap pada tuntutan utama mereka, yaitu agar DPRD dan Bupati Mandailing Natal lebih berpihak kepada rakyat, khususnya para pedagang kecil.
​Aksi ini meninggalkan kesan mendalam dan pesan satir yang tajam bagi para pejabat di Madina. Rakyat tidak butuh janji manis, tapi telinga yang mau mendengar dan hati yang tulus untuk bekerja.
*** (Magrifatulloh).