๐ฑ๐จ๐ณ๐จ๐ต ๐บ๐ผ๐ณ๐ฐ๐ป (๐ป๐๐๐๐๐๐ ๐น๐๐๐๐๐ ๐น๐๐๐๐ ๐บ๐๐๐๐-๐ฐ๐๐๐๐)
Oleh : Robert Bala
WARTA-NUSANTARA.COM-OPINI–ย Beberapa waktu lalu, dalam perjalan pulang, saya mengambil sebuah keputusan yang kemudian membuat saya menyesal. Di pertigaan jalan, saya berpikir sejenak, apakah harus mengikuti jalan biasaya saya lewati tetapi selalu macet (dan saat itu lagi macet), atau mengambil jalan yang kelihatan sepi?
Sekilas bukan sesuatu yang sulit untuk memilih. Logisnya orang harus memilih jalan yang lagi sepi ketimbang mengikuti jalan lurus yang lagi macet. Tetapi terhadap dua jalan ini ada perbedaan. Jalan yang sedang macet saya sudah ketahui alasannya. Pada jarak sekitar 100 meter ada sebuah sekolah yang tidak punya parkiran. Sekolah itu hanya โambil manfaatโ jalan depan sekolah yang dibuat sedikit besar agar bisa memarkir kendaraan. Sudah dipastikan kalau melewati jalan yang lagi ramai tersebut, awalnya susah tetapi setelah melewati jarak 100 meter itu, jalan akan lancar.
Saat itu saya bingung: apakah mengikuti jalan yang macet atau ke jalan yang sepi? Namanya manusia, saya ambil jalan yang (kelihtan) sepi. Jalan ini saya ambil meski dengan was-waas karena saya tahu setelah 50 meter biasanya terjadi pertemuan berbagai jalur ke tiga sekolah yang saat sulit untuk tidak macet. Tetapi karena terkecoh, saya mengambil jalan โsepiโ itu.
Dan ternyata benar seperti yang diduga. Di bundaran tersebut sudah ditemui antrian panjang. Saya menyesal mengapa telah mengambil keputusan yang fatal. Saya menghindari kesulitan yang sebenarnya sudah saya ketahui dan memilih kemudahan yang sebenarnya masih tanda tanya.
Kisah ini saya sharingkan saat menjadi fasilitator dalam Bulan Kitab suci nasional pertemuan ketiga. Saya diminta untuk membawakan tema: ๐๐๐ฆ๐๐๐ซ๐ฎ๐๐ง ๐๐๐ฅ๐๐ฌ๐ข ๐๐๐ง๐ ๐๐ง ๐๐๐ฅ๐ฎ๐๐ซ๐ ๐.
Tema sentral yang diangkat antara lain tentang perceraian. Kritik Meleakhi (2: 10 โ 16) tentang ๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ก๐๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐ก๐๐๐๐ฆ๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐โ ๐๐๐๐๐๐ ๐ค๐๐๐๐ก๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐ข๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐โ ๐๐๐๐โ๐๐๐, ๐๐๐๐โ ๐๐ข๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ก๐๐ ๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ฆ๐. ๐๐๐๐ข๐โ ๐๐๐๐ก๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐. ๐ท๐ ๐ผ๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ ๐๐ก๐๐๐ ๐ก๐โ๐ข๐ ๐ก๐๐๐๐๐๐๐ก 400 ๐๐๐๐ข ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ก ๐ฆ๐๐๐ ๐ก๐๐๐๐ ๐ก๐๐๐๐๐๐ข ๐ ๐๐๐๐๐๐ก ๐๐๐๐๐๐๐ก๐ ๐๐๐โ ๐๐๐๐-๐๐๐๐.
Ketika mendalami mengapa terjadi perceraian (yang diawali dengan pisah ranjang), maka pertanyaan yang muncul: mengapa sampai terjadi perceraian? Jawabannya mungkin mirip dengan apa yang saya ambil di awal cerita tadi. Denngan pasangan yang sudah lama melewati kehidupan berumah tangga sudah ditermukan banyak masalah dan persoalan. Ibarat jalan, sudah ada kemacetan yang dialami. Persoalan itu sudah diketahui.
Terhadap persoalan rumah tangga itu, orang mestinya hadapi karena sudah paham kalau hal itu diatasi maka selesai perkara. Demikian juga pengenalan suami terhadap istri dan sebaliknya. Masing-masing sudah ketahui โkelemahan dan kekuranganโ. Ibarat jalan, sudah diketahui titik-titik macet yang bila diurai maka kemacetan atau kemampatan itu akan teratasi.
Sayangnya, kesulitan yang sudah diketahui kerap dihindari. Orang lalu memilih yang baru, yang bisa saja lebih muda dan cantik tetapi apakah hati dan perilakunya sudah diketahui seutuhnya? Atau di kemudian hari justru akan muncul persoalan? Lalu ketika menghadapi hal serupa apakah harus beralih lagi ke orang lain? Kalau demikian maka kapan terjadi pendewasaan dan kematangan diri?
Sebuah pepatah atau ungkapan berikut selalu sangat relevan: ๐ซ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ (๐ฑ๐๐๐๐-๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐). Mengapa demikian? Karena kesulitan yang sudah diketahui akan dengan mudah menawarkan opsi solusi yang bila dicoba berulang-ulang akan mengantar kepada tujuan yang indah.
Malekahi tidak mengatakan bahwa istri yang bersama dari masa muda tidak ada kekurangan. Ia memiliki kekurangan seperti manusia pada umumnya. Yang patut dihargai adalah adalah bahwa dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu. Teman sekutu di usia muda dan bersamanya telah berjanji di harapan Allah sebagai sakti (Maleakhi 1: 14).
๐ด๐๐๐ฎ๐๐จ๐๐ฃ ๐ฎ๐๐ฃ๐ ๐น๐๐๐๐
Masih mungkinkan menyusun kembali yang retak? Apakah relasi yang sudah terpecah berkeping-keping masih dapat disusun kembali kepada bentuk sebelumnya? ๐ป๐๐๐๐ ๐ท๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ dalam lagu ๐ฑ๐๐๐๐๐ ๐บ๐๐๐๐๐ ๐ป๐๐๐ ๐๐๐๐, hanya memberi kesempatan dua kali. Artinya maaf sudah dibatasi. Apabila sampai ketiga kalinya maka ia tak mau:
๐จ๐๐ ‘๐๐๐ ๐๐๐, ๐๐๐’๐๐๐ ๐๐๐
๐ฒ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐
๐๐๐๐
๐ณ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐
๐ซ๐๐๐๐๐๐
๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐
Tagor Pangaribuan memang memberikan batasan dalam lagunya. Ia menganalogkan cinta secara matematis dan meletakkannya dalam hitungan. Tetapi cinta yang tulus mestinya tidak memberi persyaratan seakan yang salah hanya pada satu pihak. Cinta adalah pertalian kasih antara cemara dan angin, sebuah kaitan sebab akibat yang saling berhubungan. Dengan demikian kegagalan hanya mungkin terjadi kalau tidak adanya respon yang tepat dari keduanya dalam menjaga hubungan itu.
Kembali kepada relasi keluarga yang retak. Ia masih bisa disusun kembali karena masing-masing, suami dan istri sudah mengetahui persoalannya. Keduanya bahkan sudah sangat paham. Ketika terjadi sesuatu secara sengaja atau tidak sengaja, sudah terbayang reaksi pada pihak lainnya. Inilah hal-hal kunci yang sudah diketahui.
Kalau sudah diketahui maka sebenarnya sangat mudah untuk mengatasinya yakni tidak melakukan hal-hal yang mudah menyulut api. Tidak ada pilihan lain selain menghindari atau memperbaiki sehingga tidak sampai terulang lagi.
Ini hal yang jauh lebih mudah dari memulai dengan pasangan baru. Pasangan itu bisa saja (seperti jalan di awal cerita itu) kelihatan โaman-aman sajaโ. Pasangan itu sudah pasti menampilkan yang lebih baik dengan paras yang jauh lebih indah. Tetapi apakah semuanya kemudian seperti penampilan awal? Kalau diingat, pasangan lama (yang mau ditinggalkan) di masa itu ketika masing-masing muda, pasti saja berpenampilan yang indah dan menarik. Tetapi dalam perjalanan dan waktu ditemukan keaslian diri yang kini menjadi masalah.
Dengan demikian mengambil yang baru, kelihatan lancar dan aman di awal tetapi kemudian menunjukkan keasliannya, maka akan butuh waktu lagi untuk menyelesaikannya atau harus cari yang baru lagi? Kalau cari ulang lagi maka kapan menghadirkan kematangan dan kedewasaan?
Robert Bala. Penulis buku ๐ด๐๐๐๐๐๐๐ ๐ฉ๐๐ ๐๐ ๐ฒ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ (๐ท๐๐๐๐๐๐๐ ๐ฒ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐).