Bupati Lembata Panggil Kadis Kesehatan Klarifikasi Kasus Kematian Bayi di Puskesmas Waiknuit
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM– Pemerintah Kabupaten Lembata menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya seorang bayi di Puskesmas Waiknuit, Kecamatan Atadei. Peristiwa memilukan ini menjadi perhatian serius Bupati Lembata, P. Kanisius Tuaq, yang langsung mengambil langkah cepat dengan memanggil Kepala Dinas Kesehatan, dr. Geryl Huar Noning, Kepala Puskesmas, Veronika Poli , dokter, dr. Selamet Erikson Sitinjak dan tenaga kesehatan terkait untuk melakukan klarifikasi.
Dalam pertemuan yang berlangsung pada Rabu (24/9/2025), Bupati Tuaq mendengarkan langsung penjelasan dari para tenaga medis mengenai kronologi penanganan pasien. Dari hasil klarifikasi tersebut, ditemukan adanya kelambatan pelayanan medis yang berkontribusi terhadap kondisi darurat yang dihadapi pasien. Temuan ini menurut Bupati tidak bisa dianggap sepele, melainkan harus menjadi bahan evaluasi menyeluruh untuk memperbaiki mutu pelayanan kesehatan di Kabupaten Lembata.
Hak Masyarakat untuk Mendapat Layanan Kesehatan Profesional
Bupati Lembata menegaskan bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap warga negara, dan pemerintah daerah berkewajiban menjamin agar pelayanan yang diberikan cepat, tepat, serta profesional.
“Setiap warga berhak mendapat pelayanan kesehatan yang cepat dan profesional. Tidak boleh ada keterlambatan dalam menangani pasien, terlebih dalam kondisi darurat. Ini menjadi perhatian serius kita bersama,” tegas Bupati Kanis.
Instruksi Tegas untuk Dinas Kesehatan
Sebagai langkah awal, Bupati Lembata menginstruksikan Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap standar pelayanan di seluruh puskesmas, termasuk melakukan pembinaan dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan. Hal ini diharapkan dapat memperbaiki pola kerja serta meningkatkan kepekaan dalam menghadapi situasi darurat medis.
Selain itu, Pemkab Lembata juga berkomitmen memperkuat fasilitas, sarana, dan tenaga medis di semua puskesmas, khususnya di wilayah terpencil, agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih merata dan berkualitas.
Komitmen Perbaikan Berkelanjutan
Bupati menyadari bahwa insiden ini telah menimbulkan duka dan rasa kehilangan yang mendalam bagi keluarga korban, sekaligus menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat. Namun, pemerintah daerah menegaskan tidak akan menutup mata terhadap kekurangan yang ada.
“Mari kita bersama-sama menjaga kepercayaan masyarakat dan mendukung perbaikan pelayanan kesehatan di Lembata. Pemerintah tidak menutup mata terhadap kekurangan, dan akan terus berbenah demi rakyat,” ujar Bupati.
Membangun Kepercayaan Publik
Kasus ini menjadi pengingat penting bahwa pelayanan kesehatan harus selalu responsif, transparan, dan mengutamakan keselamatan pasien. Pemkab Lembata berkomitmen menjadikan peristiwa ini sebagai momentum untuk memperbaiki sistem yang ada, meningkatkan pengawasan, serta membangun kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan publik.
Dengan evaluasi yang menyeluruh, penguatan fasilitas, serta pembinaan tenaga medis, Pemerintah Kabupaten Lembata berharap agar kasus serupa tidak terulang kembali, dan pelayanan kesehatan di daerah dapat semakin berkualitas serta berpihak pada kepentingan rakyat. *** (Bagian Prokopim Setda Lebata)
Kematian Bayi di Puskesmas Waikenuit Atadei diduga Buruknya Pelayanan Medis

Sebagaimana diberitakan Media ini sebelumnya, Duka mendalam menyelimuti pasangan Dominikus Duli dan istrinya setelah bayi perempuan mereka meninggal dunia saat mencari pertolongan medis di Puskesmas Waikeluit. Peristiwa ini menyoroti dugaan kelalaian dan buruknya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak puskesmas, yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam penyelamatan nyawa manusia
Tujuan Hanya Ambil Rujukan, Berujung Kematian Tragis
Menurut penuturan Bapak Dominikus Duli Ujan, pada malam nahas itu (sekitar pukul 23.00 WITA), ia dan istrinya membawa anak mereka ke Puskesmas Waikeluit bukan untuk rawat inap, melainkan hanya untuk mengambil surat rujukan agar bisa melanjutkan pemeriksaan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lewoleba.
Bayi mereka mengalami gejala seperti sesak napas, muntah, pilek, dan lendir di tenggorokan, namun secara umum masih dalam kondisi stabil. “Anak kami cuma muntah karena terlalu banyak minum ASI, kondisinya masih baik saat kami sampai di Puskesmas,” ujar Dominikus kepada Media ini melalui WhatsApp, Jumad 19 September 2025.
Tidak Ada Tindakan Medis Selama 12 Jam
Setibanya di Puskesmas, mereka sempat diterima oleh perawat yang bertugas dan data pasien dicatat.
Namun yang mengejutkan, tidak ada satu pun tindakan medis yang dilakukan sejak pukul 23.00 malam hingga pukul 11.00 siang keesokan harinya.
Padahal, menurut pengakuan perawat, ada dokter jaga malam itu yang standby di rumah. Setelah menunggu hingga keesokan hari, barulah dr. Selamet Erikson Sitinjak datang dan memeriksa bayi tersebut. Namun, pemeriksaan yang dilakukan pun disebut sangat singkat dan tidak menyentuh tindakan medis darurat.
Respons Dokter Dinilai Kasar dan Tidak Profesional
Bapak Domi juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap dokter yang dinilai kasar dan tidak empatik saat mereka menjelaskan tujuan kedatangan hanya untuk meminta surat rujukan. “Dokter Erik malah bertanya dengan nada tinggi, ‘
Apa hubungannya lendir dengan muntah?’ Itu menyakitkan bagi kami sebagai orang tua yang hanya ingin bantuan,” jelas Domi.
Prosedur Infus Gagal dan Diduga Picu Kondisi Bayi Memburuk
Setelah diskusi dengan orang tua, dokter kemudian memerintahkan perawat untuk memasang infus. Saat itulah proses medis yang dianggap lalai mulai terjadi. Perawat senior bernama Ibu Gardis yang diberi tanggung jawab untuk memasang infus terlihat ragu-ragu dan beberapa kali gagal menemukan vena bayi.
Akibatnya, infus harus dipasang ulang beberapa kali. Baca Juga : Bupati Malaka : Jabatan Bukan Untuk Makan Puji Tapi Harus Tunjukkan Kinerja. “Ditusuk-tusuk jarum, anak kami menangis keras. Setelah itu keluar banyak darah dari bekas suntikan, dan anak kami mulai gemetar,” ungkap Domi dengan suara lirih. Tabung Oksigen Kosong, SOP Tidak Dikuasai Petugas Kondisi bayi semakin memburuk, dan dokter memerintahkan pemasangan oksigen.
Namun ironisnya, tabung oksigen yang ada ternyata kosong, dan petugas medis di puskesmas disebut tidak tahu cara mengoperasikan peralatan oksigen. Sopir ambulans bahkan harus dipanggil untuk membantu memasang oksigen, namun semua sudah terlambat.
Saat akhirnya oksigen berhasil mengalir, kondisi bayi sudah sangat kritis. Dokter berusaha memberikan bantuan napas manual, namun bayi perempuan itu sudah tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Keluarga Trauma dan Minta Pertanggungjawaban Kematian bayi ini bukan hanya menyisakan duka, tetapi juga trauma dan kemarahan.
Keluarga menuntut agar pihak Puskesmas Waikeluit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata memberikan klarifikasi dan pertanggungjawaban atas dugaan kelalaian fatal yang terjadi. “Kami datang bukan minta dirawat, hanya minta rujukan. Tapi kami malah kehilangan anak kami karena pelayanan yang sangat buruk,” pungkas Dominikus Duli.
Peristiwa ini menambah daftar panjang kasus keluhan pelayanan kesehatan di daerah terpencil. Minimnya pengawasan, kurangnya pelatihan petugas, serta sarana-prasarana yang tidak memadai menjadi faktor krusial yang harus segera dibenahi oleh pemerintah.
Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari pihak Puskesmas Waikenuit maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata. *** (MNC/WN-01)