• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak
Sabtu, November 8, 2025
No Result
View All Result
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Opini

Hermeneutik ‘Titi Jagung’ dan Wajah Otonomi yang Membumi

by WartaNusantara
Oktober 11, 2025
in Opini
0
Hermeneutik ‘Titi Jagung’ dan Wajah Otonomi yang Membumi
0
SHARES
56
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Hermeneutik ‘Titi Jagung’ dan Wajah Otonomi yang Membumi

Oleh : Anselmus DW Atasoge,  Stipar Ende

WARTA-NUSANTARA.COM–  Perayaan Hari Ulang Tahun Otonomi Daerah ke-26 di Kabupaten Lembata tahun ini menghadirkan sesuatu yang berbeda. Di tengah semarak seremoni dan pidato resmi, hadir lomba Titi Jagung yang diikuti oleh para Aparatur Sipil Negara. Kegiatan ini berlangsung hangat dan penuh semangat. Di balik tawa dan tepuk tangan, tersimpan pesan sosial yang kuat. Pesan itu terpatri di balik aktivitas lombanya. Sejatinya, titi jagung merupakan ‘cerminan cara hidup masyarakat agraris yang menjunjung tinggi kerja sama dan kebersamaan’.

RelatedPosts

Advokat, Penegak Hukum Masih Dianaktirikan

Tanggungjawab Presiden Prabowo Untuk Proyak Whoosh Sudah Sesuai Hukum

Menjadi Saudara Dalam Kemanusiaan

Pembangunan Waduk Lambo Tersandung Ulah Mafia (Catatan Kritis untuk Propam Polda NTT)

Load More

Bagi masyarakat Lamaholot pada umumnya, jagung tidak hadir sebatas sebagai ‘bahan pangan’. Jagung adalah simbol identitas lokal masyarakat Lamaholot termasuk Lembata.

Dalam tradisi titi jagung, warga berkumpul, saling membantu, dan berbagi cerita. Proses ini membentuk ruang sosial yang memperkuat ikatan antarindividu. Ketika ASN ikut serta dalam kegiatan ini, mereka hadir sebagai bagian dari komunitas. Mereka menunjukkan bahwa birokrasi bisa menyatu dengan budaya masyarakat pada umumnya. Toh, mereka juga datang dari budaya itu.

Kegiatan Titi Jagung memperlihatkan wajah otonomi daerah yang membumi. Otonomi di sini tidak ‘berkutat’ seputar kewenangan administratif. Ia adalah ruang untuk merawat nilai-nilai lokal. Ketika jagung dipipil bersama, ketika tawa bergema di antara barisan ASN dan warga, saat itulah ‘otonomi menemukan maknanya’. Di sini hadir titik hermeneutiknya. Pemerintah hadir bukan sebagai pengatur dari atas, tetapi sebagai mitra yang ikut duduk di tikar, ikut memegang tongkol, ikut merasakan denyut kehidupan masyarakat.

Lomba Titi Jagung juga menjadi ruang dialog sosial. Peserta saling menyemangati. Warga dan ASN tertawa bersama. Hubungan formal menjadi cair. Interaksi menjadi lebih manusiawi. Dalam suasana sederhana, tercipta kepercayaan. Solidaritas tumbuh. Pemerintah tidak lagi dipandang jauh, tetapi dekat dan akrab. Inilah bentuk kohesi sosial yang dibutuhkan dalam pembangunan.
Ketika otonomi daerah memberi ruang bagi budaya lokal untuk tampil, masyarakat merasa dihargai. Mereka merasa dilibatkan. Mereka merasa bahwa pembangunan tidak hanya soal jalan dan gedung, tetapi juga tentang jagung, tentang cerita, tentang kebersamaan. Di sinilah pesan moral dan sosial terpatri. Bahwasanya, melalui Titi Jagung, masyarakat Lembata menyampaikan pesan bahwa ‘pembangunan harus berjalan bersama tradisi’. Dan, pemerintah harus hadir dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya, tidak hanya ‘bergelimpangan AC di ruang-ruang rapat’.

Di titik ini, perayaan otonomi daerah di Lembata menemukan wajahnya. Wajah yang sederhana, tetapi kuat. Wajah yang tidak dibentuk oleh angka dan grafik, tetapi oleh tawa, kerja bersama, dan semangat lokal. Titi Jagung adalah bukti bahwa ketika budaya lokal diberi ruang, pembangunan menjadi lebih bermakna. Lebih manusiawi. Lebih Lembata.***

WartaNusantara

WartaNusantara

Related Posts

Advokat, Penegak Hukum Masih Dianaktirikan
Hukrim

Tanggungjawab Presiden Prabowo Untuk Proyak Whoosh Sudah Sesuai Hukum

Tanggungjawab Presiden Prabowo Untuk Proyak Whoosh Sudah Sesuai Hukum Oleh : Dr. Yohanes Bernando Seran, SH., M.Hum. (Alumni Program Doktoral...

Read more
Menjadi Saudara Dalam Kemanusiaan

Pembangunan Waduk Lambo Tersandung Ulah Mafia (Catatan Kritis untuk Propam Polda NTT)

Advokat, Penegak Hukum Masih Dianaktirikan

Advokat, Penegak Hukum Masih Dianaktirikan

Retret Mewah dan Kegagalan Empati Kepemimpinan

Sumpah Pemuda dan Bara Literasi dari Timur

Sumpah Pemuda Ke-97 : Masih Relevankah “Satu Nusa” di Era Disrupsi Digital ?

Sumpah Pemuda Ke-97 : Masih Relevankah “Satu Nusa” di Era Disrupsi Digital ?

Menjadi Saudara Dalam Kemanusiaan

Jangan Lagi Mengkriminalisasi Jurnalis

Load More
Next Post
Sambut Hari Listrik Nasional, PT PLN Persero Ende Luncurkan Program Pemasangan Meteran Gratis

Sambut Hari Listrik Nasional, PT PLN Persero Ende Luncurkan Program Pemasangan Meteran Gratis

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ads

Tag

mostbet mostbet UZ Sastra
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Polkam
  • Internasional
  • National

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In