Tomat-Tomat dari Abu : Kisah Semangat Siswa SMKN 1 Wulanggitang di Tengah Erupsi Lewotobi
LARANTUKA : WARTA-NUSANTARA.COM– Dari balik abu dan langit kelabu, harapan itu tetap tumbuh. Di Wulanggitang, Flores Timur, deru erupsi Gunung Lewotobi belum sepenuhnya padam. Namun di tengah getirnya hidup yang terbungkus debu vulkanik, sekelompok siswa SMKN 1 Wulanggitang memilih untuk tidak menyerah.







Mereka menanam. Mereka memanen.
Kini, mereka menjual hasil panen tomat dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Maumere, Kabupaten Sikka — demi membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Selama empat bulan terakhir, siswa kelas XII jurusan Perkebunan itu belajar mengelola budidaya tomat dari benih hingga panen. Di bawah terik matahari dan tanah yang mereka olah sendiri, keringat menjadi guru, dan hasil bumi menjadi bukti ketekunan.



Kepala SMKN 1 Wulanggitang, Yakobus Milan Dawan, mengatakan kegiatan ini bukan sekadar praktik pertanian, melainkan juga bentuk penerapan nilai kewirausahaan sejak dini.
“Ini salah satu bentuk penerapan kompetensi siswa di bidang pertanian. Prinsip kewirausahaan mulai kami tanamkan agar setelah tamat nanti mereka bisa mandiri,” ujar Milan Dawan kepada media ini, Kamis (23/10/2025).



Ia menuturkan, pihak sekolah terus berupaya menyediakan sarana praktik yang memadai. Namun, di tengah keterbatasan alat dan kondisi alam yang tak bersahabat, dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan.
Erupsi Gunung Lewotobi, kata Milan, telah meluluhlantakkan lahan perkebunan di Wulanggitang, tanah yang selama ini menjadi sumber kehidupan bagi banyak keluarga siswa. Karena itu, hasil panen dari praktik ini menjadi secercah harapan di tengah abu yang belum reda.



“Kami ingin anak-anak belajar menanam sekaligus memahami nilai kerja keras dan kemandirian, apalagi di tengah situasi sulit seperti ini,” ujarnya lagi.
Sekolah Baru dari Doa dan Debu
Bukan hanya lahan yang porak poranda — gedung sekolah pun lama terbungkus kisah pilu.
Bertahun-tahun, siswa SMKN 1 Wulanggitang belajar di tenda darurat dan ruang pinjaman di SMAN 1 Lewolaga. Namun kini, secercah cahaya mulai tampak di ujung jalan panjang itu.
Pada Sabtu, 4 Oktober 2025, Wakil Bupati Flores Timur meletakkan batu pertama pembangunan gedung baru SMKN 1 Wulanggitang di Desa Boru Kedang. Sebuah tonggak baru bagi pendidikan di wilayah yang lama berjuang melawan keterbatasan.




“Kami berjuang agar siswa bisa belajar dengan nyaman. Puji Tuhan, bantuan dari pemerintah pusat akhirnya datang untuk pembangunan gedung baru ini,” tutur Milan Dawan, dengan suara bergetar haru.
Harapan yang Tak Pernah Padam
Dari tomat-tomat merah yang dijual di pasar kecil Maumere, tersimpan kisah keteguhan.
Tentang anak-anak muda yang belajar menanam, bukan hanya tanaman, tapi juga harapan.
Tentang guru-guru yang menuntun di tengah puing, menyalakan api kecil agar tak padam di hembus angin erupsi.
SMKN 1 Wulanggitang bukan hanya sekolah yang tumbuh dari abu, tapi juga simbol dari keteguhan manusia Flores Timur, bahwa dari tanah yang hangus pun, kehidupan bisa kembali bersemi. *** (Stanislaus Tarwan)








