Yesus, Ingatlah Aku! Sebuah Permenungan pada Peringatan Arwah Semua Orang Beriman
Oleh : Pater Steph Tupeng Witin, SVD
Mau dia itu sehat atau sakit, gemuk atau kurus, dokter atau pasien, pengusaha atau buruh; kematian tetap suatu titian yang tak terhindarkan.
Wilhelm Mueller menulis, “Saya harus melewati jalan ini, dan tak mungkin kembali lagi.”
Hari ini pun kita berdoa bagi semua mereka yang sudah meninggal, memohon kerahiman Tuhan. Ada banyak intensi yang kita sampaikan buat: bapa, mama, kakak, adik, uskup, pastor, suster, frater, bruder… … siapa saja, termasuk mereka yang terlupakan. Sebagai Imam, saya dibolehkan hari ini misa sampai tiga kali untuk para arwah. Mengapa harus mendoakan mereka yang sudah meninggal?
Kemarin kita rayakan pesta Semua Orang Kudus. Mereka ini adalah orang-orang “hebat” di mata Tuhan. Mereka adalah “yang berbahagia …”, karena hidupnya terarah dan menuruti sabda Tuhan.
Kita yakin, karena kudus, mereka langsung masuk surga dan memandang wajah Allah dari muka ke muka, face to face.
Namun kita bertanya: ada berapa jumlah orang kudus? Mungkin banyak. Tapi jauh lebih banyak orang yang belum kudus. Tengok saja di sekitar. Ada yang meninggal secara mengenaskan karena dirajam sampai mati saat mencuri ayam tetangga.
Ada yang berpulang dengan membawa dendam membara pada saudaranya yang tak berbagi harta. Ada pula yang tak sempat mengakukan dosa dan menerima perminyakan suci di penghujung hidupnya.
Dan masih banyak lagi yang mengembuskan nafas dengan kandungan dosa dan kecemaran. Mereka semua tentu membutuhkan pertolongan.
Menurut iman Katolik, mereka masih “parkir” di Api Penyucian. Maka, mereka perlu didoakan agar paling tidak saat pengadilan terakhir mereka boleh tergolong sebagai domba di sisi kanan (Mat 25:31-46).
Saya selalu teringat seorang misionaris tua. Ia pernah menitipkan pesan sebelum meninggal dunia. Dia bilang, pada hari pemakaman, tolong dinyanyikan lagu Taize, “Jesus, remember me”. Ini kata-kata yang diucapkan penjahat di sebelah Yesus di salib, “Yesus, ingatlah aku apabila Engkau datang sebagai Raja”.
Rasanya inilah inti doa yang harus kita ucapkan hari ini dan bahkan tiap saat buat orang-orang meninggal. “Yesus, ingatlah saudaraku ini”. Doa yang selalu membuat Tuhan tergerak hati-Nya.
Tersentuh oleh sikap tobat dan pengakuan iman penjahat itu, Yesus berpaling kepadanya dan berkata, “Aku berkata kepadamu (aku meyakinkanmu), sesungguhnya hari ini juga Engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43).
Kata Firdaus berasal dari kata Yunani paradeisos, yang berarti “taman sukacita,” digunakan dalam Perjanjian Lama terjemahan Yunani untuk menggambarkan Taman Eden. Dalam Yudaisme zaman Yesus, kata Firdaus itu terkait dengan surga dan juga dengan masa depan ketika Allah akan memulihkan segala sesuatu untuk menyempurnakan Taman Eden.
Firdaus juga diyakini sebagai tempat dimana orang-orang benar tinggal setelah kematian. Hal inilah yang dimaksud Yesus ketika Ia menggunakan kata Firdaus kepada penjahat yang digantung di salib itu.
“Yesus, ingatlah aku !” Inilah juga doa yang semestinya terucap dari mulut dan hati kita untuk kepentingan diri kita sendiri. Doa yang membuat kita selalu berjaga, membuat hati kita tidak membeku, tidak dikuasai kebencian. Doa yang menjamin keselamatan jiwa kita.***






