Jalan Santai Kerukunan Semangat Bersama Lintas Iman
Jelang HAB Kemenag RI ke 79 dan HUT Kemenag Lembata ke 23
Oleh : Muh. Sulaiman Rifai Aprianus Mukin, M. Pd. CPIM
“Hari amal bakti bukan sekedar perayaan serimonial, tetapi sebagai momentum untuk merefleksikan perjalanan pengabdian kita kepada bangsa dan negara melalui pelayanan keagamaan dan pendidikan keagamaan” Jamaludin Malik.
Pendahuluan
WARTA-NUSANTARA.COM– Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang sering kali diwarnai oleh polarisasi dan konflik, Indonesia tetap berdiri teguh sebagai mozaik kebhinekaan yang indah. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, kita juga kaya akan keragaman agama, suku, dan budaya. Pancasila, sebagai ideologi bangsa, menjadi perekat yang mengikat kita semua dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika. Namun, di era digital saat ini, di mana informasi menyebar begitu cepat dan sering kali memicu salah paham, menjaga kerukunan umat beragama bukan lagi sekadar kewajiban, melainkan keharusan untuk kelangsungan bangsa.
Menjelang peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) Republik Indonesia ke-79 dan HUT ke 23 Kementerian Agama Kabupaten Lembata Tahun 2025. Jamaludin dalam pidatonya mengungkapkan peristiwa ini adalah momen yang tepat untuk merefleksikan nilai-nilai persatuan melalui aksi nyata yang sederhana namun bermakna “Jalan Santai Kerukunan, lebih lanjut Jamaludin menegaskan bahwa tema HAB Kemenag RI “Umat Rukun Menuju Indonesia Emas“, bukan hanya momen perayaan, tapi panggilan untuk bertindak nyata, sembari mengajak masyarakat Lembata ikut terlibat berpartisipai beranjang sana, bhakti sosial, dan donor darah, semuanya bertujuan memperkuat solidaritas umat.
Kabupaten Lembata merupakan reingkarnasi lepan batan didiami suku Lamaholot, Lamalera, Kedang dan pendatang (Suku Bajo, Bugis, Makassar, dan Buton) dan mayoritas penduduknya beragama Kristen dan Katolik, tapi juga ada komunitas Muslim, Hindu, dan kepercayaan lokal, kerukunan bukanlah slogan kosong, melainkan realitas sehari-hari yang harus terus dijaga. Kenekaragaman ini menjadi tantangan tersendiri bagi Kementerian Agama Kabupaten Lembata. Kehadirannya sejak otonomi daerah Kabupaten Lembata menjadi pengingat perjalanan panjang lembaga ini dalam membangun harmoni di tanah Lamaholot yang kaya akan tradisi adat dan lintas iman. Di tengah tantangan global seperti radikalisme dan hoaks yang memecah belah umat, Jalan Santai Kerukunan diharapkan dapat membangun empati dan saling pengertian.
Pembahasan
Jalan santai kerukunan, Paling tidak memiliki tiga alasan utama yang membuat Jalan Santai Kerukunan menjadi elemen esensial dalam peringatan HAB Kemenag Republik Indonesia dan HUT Kemenag Lembata.
- Memperkuat fondasi kerukunan umat beragama sebagai modal utama pembangunan nasional. Lembata adalah sebuah pulau gugusan kepulauan Solor dengan pulau utama Lomblen yang terletak di antara Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Alor. Secara astronomis Lembata terletak pada posisi 8°10′ – 8°11′ LS dan 123°12′ – 123°57′ BT. Secara geografis dan astronomis memberikan dampak pada kehidupan masyarakat dalam aspek iklim, ekonomi, budaya dan aksebilitas. Maka tantangan yang paling dirasakan adalah akses transportasi yang terbatas memberikan ruang keterbatasan pada layanan kesehatan, pendidikan, pasar global menjadi tantangan tersendiri terutama Pemerintahan Daerah Kabupaten Lembata. Diperparah kondisi geografis yang dapat menghambat lajunya sektor wisata. Pada sisi lainya Kabupaten Lembata berdasarkan statistik tahun 2024 jumlah penduduk 148.055 jiwa yang terdiri dari pemeluk agama Katolik 71,53%, Protestan 1,31%, Islam 27,05%, Hindu 0,10% dan Budha 0,01%. Kerukunan bukan hanya soal damai, tapi juga katalisator ekonomi: komunitas yang rukun lebih produktif dalam pariwisata, pertanian, dan Pendidikan dapat berkontribusi sebagai ikon toleransi, demikian bincang-bincang bersama Kakanmenag Lembata Jamaludin Malik.
- Kegiatan ini selaras dengan tema HAB Kemenag Republik Indonesia “Umat Rukun Menuju Indonesia Emas 2045” dan sejarah perjuangan Kemenag Lembata. Asta Cita menekankan pentingnya pembangunan manusia dan penguatan karakter bangsa. Di sinilah peran Kemenag sangat vital, terutama dalam pendidikan agama dan keagamaan serta pembentukan nilai-nilai moral. Sejalan dengan itu Kementerian Agama meretaskan Asta Protas Kemenag dalam program prioritas yaitu: Meningkatkan kerukunan dan cinta kemanusiaan, Penguatan ekoteologi, Layanan keagamaan berdampak, Mewujudkan pendidikan unggul, Ramah dan terintegrasi, Pemberdayaan pesantren, Pemberdayaan ekonomi umat, dan Digitalisasi tata kelola.
- Era pasca-pandemi dan digitalisasi, Jalan Santai menjadi sarana efektif untuk melawan disintegrasi sosial yang mengancam keutuhan bangsa. Kerukunan sebagai fondasi, selaras dengan momentum peringatan, dan adaptif terhadap tantangan kontemporer. Tanpa aksi seperti Jalan Santai, peringatan HAB dan HUT Kementerian Agama hanya jadi ritual formalitas. Pada momen ini Jamaludin mengajak masyarakat Lembata ayo! langkah bersama hari ini adalah jaminan langkah berkelanjutan bersama umat rukun menuju Indonesia Emas
Penutup
Peringatan Hari Amal Bhakti ke-79 dan HUT ke-23 Kementerian Agama Kabupaten Lembata bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum reflektif dan transformatif untuk memperkuat kerukunan umat beragama sebagai fondasi utama menuju Indonesia Emas 2045. Melalui kegiatan sederhana namun bermakna seperti Jalan Santai Kerukunan, masyarakat diajak untuk meneguhkan nilai-nilai persatuan, empati, dan solidaritas di tengah tantangan geografis, sosial, dan digital yang kompleks.
Kabupaten Lembata, dengan keberagaman suku dan agama, menjadi miniatur Indonesia yang menunjukkan bahwa harmoni bukanlah utopia, melainkan realitas yang bisa dirawat melalui aksi nyata. Kegiatan ini selaras dengan tema nasional “Umat Rukun Menuju Indonesia Emas” dan program prioritas Asta Protas Kemenag, yang menekankan pembangunan manusia, pendidikan unggul, dan tata kelola digital yang inklusif.
Di era pasca-pandemi dan derasnya arus informasi digital, Jalan Santai Kerukunan menjadi simbol langkah bersama menuju masa depan yang lebih damai, produktif, dan berkeadaban. Sebagaimana seruan Jamaludin Malik, langkah hari ini adalah jaminan keberlanjutan umat rukun di masa depan. Lembata tidak hanya merayakan, tetapi juga memimpin dengan teladan: bahwa kerukunan adalah jalan emas menuju Indonesia yang gemilang. ***
Tentang Penulis
Muh. Sulaiman Rifai Aprianus Mukin, lahir di Ende, 27 April 1970, adalah ASN pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lembata, Provinsi NTT, dan saat ini bertugas sebagai Pengawas Sekolah Tingkat Menengah. Menamatkan S1 Fakultas Tarbiyah STIT Muhammadiyah Kupang (1995) dan S2 Magister Pendidikan Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Malang (2025). Selain aktif sebagai birokrat, ia juga seorang pegiat literasi, pendiri Taman Baca Savana Iqra (TBSIq), anggota Komunitas Penulis Lembata, dan dikenal sebagai “Penakar Literasi.” Penulis telah menulis berbagai artikel pengabdian masyarakat, buku antologi cerpen dan puisi, serta buku solo berjudul “Mendidik dengan Cinta” yang kini menunggu penerbitan. Karyanya juga sering dimuat di berbagai media daring.
📱 Facebook: @RifaiAprian | Instagram: @Rifai_mukin






