Dr. Ir. Karel Lando Minta Pemda Ende Usulkan Nama Marilonga Sebagai Pahlawan Nasional, Bupati Ende Sambut Positif
ENDE : WARTA-NUSANTARA.COM– Ditengah hangatnya malam Flores, nama Marilonga kembali bergema. Bukan sekadar nama seorang tokoh dari masa lalu, tetapi simbol keberanian dan pengorbanan yang telah lama hidup dalam ingatan masyarakat Ende.

Kini, semangat itu kembali dibangkitkan oleh seorang putra daerah, Dr. Ir. Karolus Karni Lando, MBA, yang dengan tegas mendorong agar Pemerintah Kabupaten Ende mengusulkan Marilonga sebagai Pahlawan Nasional.
“Perjuangan Marilonga mengandung nilai historis, moral, dan ideologis yang sejalan dengan semangat nasionalisme dan cita-cita kemerdekaan Indonesia,” ujar Dr. Karolus dalam nada penuh keyakinan saat diwawancarai media ini Selasa sore, 11 November 2025.
Sebagai Wakorwil Bali-Nusra DPP Partai Perindo, Dr. Karolus tidak hanya berbicara soal penghargaan formal. Baginya, perjuangan Marilonga adalah kisah tentang keberanian rakyat kecil melawan penjajahan, kisah tentang darah dan air mata yang menjadi bagian dari perjalanan panjang bangsa menuju kemerdekaan.
“Pengakuan terhadap Marilonga bukan sekadar penghargaan, tetapi manifestasi tanggung jawab moral kita untuk menempatkan sejarah daerah dalam narasi besar perjuangan bangsa,” tambahnya dengan nada reflektif.
Suara dari Pemerintah Daerah
Usulan ini mendapat sambutan positif dari Bupati Ende, Yoseph Benediktus Badeoda, yang akrab disapa Bupati Tote. Melalui sambungan telepon pada Selasa, 11 November 2025, Bupati Tote menyampaikan apresiasinya.
“Tentu pemerintah apresiasi usulan seperti ini. Dan kami juga akan mengupayakan karena proses pengusulan nama pahlawan lokal untuk menjadi pahlawan nasional tentu harus memenuhi sejumlah persyaratan,” ujarnya.
Menurut Bupati, dasar hukum pengusulan pahlawan nasional sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, yang menekankan pentingnya rekam jejak dan kontribusi nyata calon pahlawan terhadap masyarakat, bangsa, dan negara.
Bupati Tote juga menyinggung bahwa Kabupaten Ende memiliki beberapa nama besar yang layak diperjuangkan — mulai dari Baranuri, Marilonga, hingga Raja-Raja Lio dan Ende lainnya. Namun, ia menekankan bahwa prosesnya harus dilakukan secara cermat dan berbasis bukti sejarah yang kuat.
“Semua ini akan kita upayakan. Kita ingin agar perjuangan mereka tidak hilang ditelan waktu,” tegasnya.
Marilonga: Api yang Tak Pernah Padam
Dari catatan sejarah lisan masyarakat Desa Watumggere, Kecamatan Detukeli, Marilonga dikenal sebagai sosok pemberani yang berjuang melawan penjajahan dengan tekad yang tak tergoyahkan. Ia bukan hanya pejuang bersenjata, tetapi juga simbol keteguhan hati rakyat Lio-Ende dalam mempertahankan martabat dan harga diri di tanah sendiri.
Kini, di tengah derasnya arus modernisasi dan pelupaan sejarah lokal, upaya untuk mengangkat nama Marilonga menjadi Pahlawan Nasional bukan sekadar nostalgia masa lalu. Ia adalah panggilan moral untuk meneguhkan kembali identitas dan kebanggaan masyarakat Flores sebagai bagian tak terpisahkan dari perjuangan Indonesia.
Dr. Karolus menutup refleksinya dengan harapan:
“Semoga dalam setiap proses pengukuhan para Pahlawan Bangsa, nama Marilonga terus diperjuangkan hingga memperoleh pengakuan tertinggi atas pengabdian dan dedikasinya bagi tanah kelahiran, daerah, Nusa, dan bangsa.”
Dan di balik kata-kata itu, ada gema yang lebih dalam — bahwa sejarah besar Indonesia sesungguhnya dibangun dari kisah-kisah kecil di pelosok negeri. Dari desa seperti Watumggere, dari nama seperti Marilonga, yang mungkin sederhana, tapi menyala selamanya. *** (Ryan Laka)








