• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak
Rabu, November 19, 2025
No Result
View All Result
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Opini

Orang Watuwawer dan ‘ERE IDE’ (Tafsiran atas Geothermal)

by WartaNusantara
November 19, 2025
in Opini
0
Orang Gerindra Buat Beda, (Catatan Liburan di NTT 23/4 – 8/5 2022)
0
SHARES
47
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Orang Watuwawer dan ‘ERE IDE’ (Tafsiran atas Geothermal)

Oleh : Robert Bala

WARTA-NUSANTARA.COM–  Dulu ketika oto masih merupakna mimpi yang terasa tidak mungkin tercapai tiba di Watuwawer (apalagi ke Lerek), jalan kaki adalah pilihan satu-satunya. Karena jalan kaki maka perlu perhentian untuk menarik napas sebentar. Salah satunya adalah duduk atau minimal berdiri sebentar di sebuah batu yang lumayan besar. Batu dan tempat peristirahatan itu disebut Papiwator (bakar batu).

Berada di atas batu terasa sangat menarik. Kita beristirahat tetapi bisa memandang ke segala penjuru di genek. Pandangan di depannya tentu Karun yang terpeleh oleh berbagai pepohonan dan bukit yang ada. Pandangan juga diarahkan ke kelapa, kemiri, dan hamparan genek untuk menanam jagung dan kacang (uta herani).

RelatedPosts

Ketika Titi Jagung Jadi Perlombaan Birokrasi Lembata

Negeri Tanpa Sirene ; Mungkinkah Dinas Damkar Lahir di Lembata?

Menjadi Saudara Dalam Kemanusiaan

Mafia (Nagekeo) Tidak Mungkin Eksis Tanpa Dukungan Aparat Keamanan

Load More

Saya tidak tahu kenapa kalau bicara Watuwawer saya selalu membayangkan papiwator. Apakah memang ada kaitan atau sebuah kebetulan. Tetapi tidak bisa dipersalahkan bahwa saya memiliki asosiasi seperti itu. Di tempat itu saya memiliki banyak imajinasi termasuk mambayangkan tentang orang Watuwawer. Siapakah orang Watuwawer?

Berada di Selatan Lembata, khususnya daerah Atadei yang secara administratif gerejawi sebuah paroki (Paroki Lerek), meski bahasanya satu tetapi ada dialek dan rasa bahasa yang berbeda. Logat Watuwawer merupakan logat yang sangat menarik. Tutur bahasanya sangat halus. Bahkan kalau marah atau menolak pun mereka merasa tidak tega mengatakannya karena itu ditambahakn dengan kata ‘sayang’: “Tidak bo sayang” (Tidak sayang).

Bahasa yang halus (malah sangat halus) ini tentu berbeda dengan orang Lerek dan Waiwejak yang meski hatinya baik (atau tidak) tetapi ungkapannya cukup keras mendekati kasar. Lebih lagi orang Lerek yang daya ironisnya sangat tinggi. Bicara dengan orang Lerek, pikiran harus cepat karena mereka bicara sangat simbolis dengan daya ironi yang luar biasa. Tetapi itu sedikit jarang terjadi pada orang Watuwawer.

Orang Watuwawer juga kalau mengungkapkan kekagumannya pada sesuatu, diungkapkan dengan sangat ekspresif. Tergambar sebuah ketulusan ketika mereka katakan: “Ere ide…” Itu ungkapan tulus, kagum, yang menggambarkan betapa orang Watuwer memiliki pikiran terbuka.

Kalau pendidikan diawali dengan rasa kagum, maka ungkapan ‘ere ide’ bisa saja menjadi sebuah kebijaksanaan yang mendorong anak-anak Watuwawer selalu memiliki imajinasi yang besar dan jauh. Di era 70-an saat desa-desa sedikit hanya bisa menyekolahkan anaknya hingga SPG dan SMA, orang Watuwer sudah berlomba-lomba kuliah di Kupang. Mereka tidak pergi sendirian tetapi berkelompok. Pada periode itu sudah ada orang Watuwawer yang sarjana.

Tidak tahu mengapa. Saat menulis hal ini imajinasi saya tidak bisa terkekang untuk segera menjawab (minimal mencari tahu), bagaimana ekspresi orang Watuwawer sebenarnya saat mendengar kabar tentang ‘geothermal?’ Apa yang ada dalam benak orang sederhana ketika mendengar bahwa kebun-kebun mereka bisa diganti rugi dengan segempok uang? Sudah pasti mereka ekspresikan dengan frase: ‘ere ide…’.

Ungkapan itu adalah ekspresi bahwa mereka terbuka terhadap ide baru dengan asumsi bahwa orang yang datang pun tulus. Namun sebelum mereka tahu ketulusan orang lain, mereka ungkapkan lebih dahulu tentang ketulusan mereka: “Ere ide…”.

Tetapi apakah selanjutnya mereka akan terima? Atau apakah mereka akan tolak? Tunggu dulu. Orang Watuwawer tidak akan secepat itu atau sefrontal itu mengatakannya. Mereka butuh untuk menganalisis, mencernah, mengevaluasi untuk menentukan sikapnya. Kalau terima ide baru itu, mereka akan mengatakannya dengan jujur. Lebih lagi kalau yang membawa ide itu punya ketulusan dan berpikir jangka panjang (sekali). Mereka akan sambut.

Tetapi bila yang terjadi adalah taktik takt ulus, orang Watuwaer punya cara sendiri. Mereka tidak akan menyakiti hati orang dengan kata-kata penolakan frontal hingga lawan tersinggung dan marah. Tidak. Orang Watuwawer akan katakana: “Tidak bo sayang” (Sayang, maaf ya saya terpaksa mengatakan tidak. Jangan marah eh..). Itu terjemahan bebas. Di situlah kebijakan dan kebijiakn orang Watuwawer.

Lalu, apakah orang Watuwer akan dendam dan membenci orang yang telah melukai perasaan mereka? Apakah mereka akan balas dendam dengan orang yang telah membohongi mereka? Juga tidak. Orang Watuwawer punya peluang untuk rekonsiliasi. Upacara adat ‘Glete Kera’, merupakan tradisi penuh makna untuk menerima kembali orang yang telah melakukan kesalahan besar. Glete kera juga tentu saja diberikan kepada semua orang yang pernah membohongi mereka. Ada pintu maaf.

Tetapi glete kera hanyalah bagian kecil. Yang jauh lebih tinggi adalah upacara adat ‘AHAR’. Ahar menjadi ritual yang begitu kuat dijaga. Di daerah Atadei sudah agak jarang melihat upacara adat yang begitu terpelihara seperti Ahar. Desa lain ada upacara adat tetapi dilaksanakan secara sporadis. Hal itu berbeda dengan orang Watuwawer yang sangat menjaga. Setiap orang yang mengikuti acara ini akan mengalami sesuatu yagn khusus dan sangat mendalam.

Hal lain, dari segi bangunan ‘wetak’ akan sulit ditemukan di kampung lain yang sudah anggap diri paling modern. Di Watuwawer masih bisa menemukan wetak. Di tempat itu mereka duduk di bawahnya, berdiang, sambil ngobrol dalam keakraban.

Kesimpulannya. Kalau yang memahami ‘Watuwawer’ tentu tidak akan bicara sembarangan dan mengobral janji yang macam-macam tentang apapun termasuk Geothermal. Bicara dengan orang Watuwawer karena itu berbeda dengan bicara dengan orang Waiwejak yang sama-sama punya kepentingan dengan proyek Geothermal. Karena itu cara di satu desa berbeda. Khusus untuk Watuwawer butuh waktu untuk memahami karena bahasa mereka sangat halus dan penuh simbol. ***

(Robert Bala. Penulis buku Memaknai Badai Kehidupan, Penerbit Kanisius Yogyakarta).

WartaNusantara

WartaNusantara

Related Posts

Ketika Titi Jagung Jadi Perlombaan Birokrasi Lembata
Opini

Negeri Tanpa Sirene ; Mungkinkah Dinas Damkar Lahir di Lembata?

Negeri Tanpa Sirene; Mungkinkah Dinas Damkar Lahir di Lembata? Oleh : Richardus B. Toulwala, S. Fil., M. Si Dosen STPM...

Read more
Menjadi Saudara Dalam Kemanusiaan

Mafia (Nagekeo) Tidak Mungkin Eksis Tanpa Dukungan Aparat Keamanan

Dr. Pius Rengka, SH., M.Sc. Sang Pengembara Intelektual

Dr. Pius Rengka, SH., M.Sc. Sang Pengembara Intelektual

ETMC Ende 2025: Dari Kota Pancasila untuk Sepak Bola yang Sportif dan Bersaudara

“Melawan Penjajah Pembangunan Modern: Refleksi Hari Pahlawan dan Usulan Marilonga sebagai Pahlawan Nasional dari Ende”

ETMC Ende 2025: Dari Kota Pancasila untuk Sepak Bola yang Sportif dan Bersaudara

ETMC Ende 2025: Dari Kota Pancasila untuk Sepak Bola yang Sportif dan Bersaudara

Jalan Santai Kerukunan Semangat Bersama Lintas Iman

Jalan Santai Kerukunan Semangat Bersama Lintas Iman

Load More
Next Post
Pemkab Lembata Serahkan Dua Ranperda Strategis ke DPRD

Pemkab Lembata Serahkan Dua Ranperda Strategis ke DPRD

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ads

Tag

mostbet mostbet UZ Sastra
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Polkam
  • Internasional
  • National

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In