• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak
Selasa, November 25, 2025
No Result
View All Result
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Opini

𝑫𝑼𝑶 𝑴𝑶𝑵𝑻𝑬𝑰𝑹𝑶 (𝑵𝒂𝒓𝒂𝒔𝒊 𝑼𝒔𝒌𝒖𝒑 𝑴𝒐𝒏𝒕𝒆𝒊𝒓𝒐: 𝑮𝒓𝒆𝒈𝒐𝒓𝒊𝒖𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝑯𝒂𝒏𝒔 )

by WartaNusantara
November 24, 2025
in Opini
0
𝑫𝑼𝑶 𝑴𝑶𝑵𝑻𝑬𝑰𝑹𝑶 (𝑵𝒂𝒓𝒂𝒔𝒊 𝑼𝒔𝒌𝒖𝒑 𝑴𝒐𝒏𝒕𝒆𝒊𝒓𝒐: 𝑮𝒓𝒆𝒈𝒐𝒓𝒊𝒖𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝑯𝒂𝒏𝒔 )
0
SHARES
71
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

𝑫𝑼𝑶 𝑴𝑶𝑵𝑻𝑬𝑰𝑹𝑶 (𝑵𝒂𝒓𝒂𝒔𝒊 𝑼𝒔𝒌𝒖𝒑 𝑴𝒐𝒏𝒕𝒆𝒊𝒓𝒐: 𝑮𝒓𝒆𝒈𝒐𝒓𝒊𝒖𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝑯𝒂𝒏𝒔 )

Oleh : Robert Bala

WARTA-NUSANTARA.COM-–  Sejak P. Paulus Budi Kleden, SVD menjadi Uskup, semakin banyak orang tahu bahwa apa yang dijabat Budi sekarang tidak bisa dilepaskan dari ‘bapa besarnya’, Mgr Paulus Sani Kleden, SVD yang menjadi Uskup Denpasar. Julukan ‘duo kleden’ tentu tepat.

Isitilah ini kemudian dimunculkan kembali saat Rm Yohanes Hans Monteiro, Pr diangkat jadi Uskup Larantuka. Ingatan pada Uskup Gregorius Monteiro, SVD yang terkenal lemah lembut, sederhana mencuat. Lagi-lagi ‘duo monteiro’.

RelatedPosts

Uskup Larantuka

Uskup Larantuka

Orang Gerindra Buat Beda, (Catatan Liburan di NTT 23/4 – 8/5 2022)

Orang Watuwawer dan ‘ERE IDE’ (Tafsiran atas Geothermal)

Load More

Namun penggunaan ‘Duo Monteiro’ dalam tulisan ini tidak sekadar menyanjung satu klen keluarga yang telah memiliki dua figur sentral sebagai uskup. ‘Duo monteiro’ lebih dilihat secara simbolis sebagai kekuatan (sekaligus harapan) dan kekompakan sekaligus sebuah keteladanan pastoral.

Bukan Asal Nama

Di NTT, nama Monteiro tentu tidak sekadar nama. Pengangkatan Rm Yohanes Hans Monteiro, SVD menjasi Uskup Larantuka sebenarnya mengingatkan sekaligus memperkuat nama yang sudah ada di Keuskupan Agung Kupang, Mgr Gregorius Monteiro, SVD.

Sejak menjadi uskup 13 April 1967, ia tidak menjadi pemimpin yang menggebu-gebu menghadirkan kekatolikan. Yang ia lakukan hanyalah menjiwai motonya: 𝑶𝒑𝒖𝒔 𝑱𝒖𝒔𝒕𝒊𝒕𝒊𝒂𝒆 𝑷𝒂𝒙”, 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒓𝒕𝒊 “𝑲𝒂𝒓𝒚𝒂 𝑲𝒆𝒂𝒅𝒊𝒍𝒂𝒏 𝑨𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝑫𝒂𝒎𝒂𝒊.” Itu berarti sebelum mewartakan ajaran (apalagi di level ibu kota provinsi), yang perlu diwujudkan adalah perdamaian tidak saja secara rohani tetapi benar-benar dirasakan dalam kehidupan sosial.

Setelah 30 tahun menjabat, ia buktikan, keadilan telah dia tunjukkan. Keuskupan Agung Kupang (KAK) yang awalnya hanya berstatus diaspora berubah wajar menjadi keuskupan yang, menyebar, dan bersifat multikultural. Keberanian mendirikan Seminari Menengah St. Rafael Oepoi (1984) mapun Seminari Tinggi St. Mikael Penfui (1991) hanyalah merupakan tuaian dari benih keadialn yang telah ditanamkan.

Di barisan rohaniwan, cucu dan cece Monteiro tidak sedikit. Jadinya tidak sekadar duo (2), tetap telah menjadi 𝒒𝒖𝒊𝒏𝒒𝒖𝒆 (5, 𝒅𝒆𝒄𝒆𝒎 (10), 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒅𝒖𝒐𝒅𝒆𝒄𝒊𝒎 (12), 𝒃𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 20 (𝒗𝒊𝒈𝒊𝒏𝒕𝒊) 𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 50 (𝒒𝒖𝒊̄𝒏𝒒𝒖𝒂̄𝒈𝒊𝒏𝒕𝒂̄ 𝒒𝒖𝒊̄𝒏𝒒𝒖𝒆) 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 100 (𝒄𝒆𝒏𝒕𝒖𝒎)

Di level kepemimpinan duniawi, deretan Monteiro turunan Paulo Monteiro yang menikah dengan Dona Boko DVG juga melahirkan birokrat ulung. 𝑪𝒚𝒑𝒓𝒊𝒂𝒏𝒖𝒔 𝒀𝒐𝒔𝒆𝒑𝒉 𝑴𝒐𝒏𝒕𝒆𝒊𝒓𝒐 (saudara kandung Uskup Gregorius Monteiro) bupati Flotim (1967-1973), dari turunan Matheus Monteiro salah satunya. Sebelumnya, saudara sepupunya, 𝐋𝐨𝐝𝐨𝐯𝐢𝐮𝐬 𝐄𝐦𝐚𝐧𝐮𝐞𝐥 𝐌𝐨𝐧𝐭𝐞𝐢𝐫𝐨 bahkan telah menjabat sebagai Kepala Daerah Flores (1952-1959). 𝑭𝒆𝒍𝒊𝒙 𝑭𝒆𝒓𝒏𝒂𝒏𝒅𝒆𝒛 *Bupati Flotim 2000-2005 juga adalah anak darii Maria Fatima Monteiro. Bila ditambahkan dengan anak mantu bupati Sumba Barat Daya 2016-2021 (Agustinus Niga Dapawole) dan Wakil bupati Sumba Bara Daya (Ndara Tanggu Kaha), maka ‘pasukan monteiro’ tidak hanya dua tetapi malah lebih dari itu. Jadi Monteiro yang mencuat kini bukan sekadar nama. Ia telah menjadi simbol dengan pemaknaan yang sangat kaya.

𝑻𝒖𝒓𝒖𝒏 𝑮𝒖𝒏𝒖𝒏𝒈

Sejarah Monteiro yang terpateri di Larantuka dan menyebar ke NTT malah seluruh Indonesia, membuka kesadaran bahwa terpilihnya Yohanes Hans Monteiro, Pr sebagai Uskup Larantuka tidak membuatnya lebih tinggi. Putera Paulo Monteiro, Emanuel Monteiro, dua turunan awal Monteiro di Larantuka, bahkan telah menjadi salah satu dari Triumvirat di Kerajaan Larantuka. Artinya, meski tidak menjadi uskup pun, Hans dan keluarga besarnya sudah berada di sana.

Lebih lagi melalui 7 putera dan puteri dari Emanuel Monteiro dan Sarlota King da Costa yakni 𝑮𝒓𝒆𝒈𝒐𝒓𝒊𝒖𝒔 (𝒌𝒂𝒌𝒆𝒌 𝑼𝒔𝒌𝒖𝒑 𝑮𝒓𝒆𝒈𝒐𝒓𝒊𝒖𝒔), 𝑷𝒉𝒊𝒍𝒐𝒎𝒆𝒏𝒂, 𝒀𝒂𝒌𝒐𝒃𝒖𝒔, 𝑯𝒆𝒓𝒊𝒃𝒆𝒓𝒕𝒖𝒔, (𝒃𝒖𝒚𝒖𝒕𝒏𝒚𝒂 𝑼𝒔𝒌𝒖𝒑 𝑯𝒂𝒏𝒔), 𝒀𝒐𝒔𝒆𝒑𝒉, 𝑷𝒂𝒖𝒍𝒖𝒔, 𝑴𝒂𝒓𝒊𝒂 𝑭𝒂𝒕𝒊𝒎𝒂 melahirkan anak, cucu, cece, bahkan buyut (lapisan 3), dan cangga (4) dan wareng (5) dengan jangkauan pengaruh yang tidak sedikit.

Secara pribadi, Yohanes Hans Monteiro juga tidak kalah prestasi. Berada di Austria selama 13 tahun (2005-2018) menunjukkan bahwa ia bisa berkiprah di Eropa. Atau juga berada begitu lama di benua biru bisa juga menjadi godaan untuk terus berada di sana. Kembali ke Larantuka yang sudah diketahui kondisinya tentu sebuah pergulatan dan pengorbanan.

Tidak hanya itu. Sekembali dari Eopa, kini sudah 7 tahun di STFK dan kemudian IFT Ledalero dengan jabatan sebagai Wakil Rektor. Terbayang, Hans sudah mulai rasakan kenyamanan. Minimal ia mulai meretas jenjang akademik yang bagi teman seumuran, mereka sudah lebih jauh. Penelitian dan Pengabadian kepada Masyarakat tengah ‘sengit-sengitnya’ dilakukan dengan sejumlah impian yang tentu tidak sedikit.

Bila dianalogkan, dua posisi terakhir memberikan kenyamanan bak berada di atas bukit (monte). Di sana ada ketenangan, tempat perlindungan, dan tempat yang aman. Kini Hans harus turun bukit. (monte). Tetapi keberanian untuk turun akan menjadikan Hans dikenal sebagai ‘monte’ (bukit) ‘eiro’ (pekerjaan). Bila dijuluki ‘Monte-eiro’ (Monteiro), maka itu berarti dianggap sebagai pekerjaan dari bukit atau orang bukit.

Sebuah arti simbolis. Sekitar 185 ribu umat Keuskupan Larantuka berada di lembah, berkutat sebagai petani, ternak, dan nelayan. Selama 51 tahun terakhir bersama Uskup Darius Nggawa SVD dan Uskup Frans Kopong Kung, umat telah menanamkan fondasi Komunitas Basis Gerejani (KBG). Ada hasil berupa partisipasi liturgis yang sangat aktif. Tetapi apakah model umat basis seperti di Amerika Latin sebagai pusat gerakan ekonomis dan sosial sudah terwujud? Banyak orang masih ragu-ragu menjawabnya dan Uskup Hans pasti lebih tahu.

Namun bagi Uskup Hans yang dari 26 tahun imamat hanya 5 tahun bekerja di keuskupan Larantuka bisa menjadi sebuah keuntungan. Sebagai orang baru, kadang lebih mudah mendeteksi faktor penyebab yang menghalangi perkembangan yang mestinya jauh lebih pesat. Atau kehadiran Hans bisa memberi harapan di tengah orang yang sudah pasrah dan berkata bahwa yang ada ‘begitu sudah’.

Selain itu dengan pengalaman sebagai ilmuwan, dengan melakukan riset, mestinya tidak butuh waktu lama untuk mendeteksi faktor utama. Bila hal itu sudah disentuh, maka yang lain akan mengalir. Hal itu sudah ditunjukkan oleh Uskup Gregorius telah melakukan dengan keadilan dan perdamaian di KAK. Di situlah harapan itu berada di pundak Ama Hans.

Sebagai seorang yang mengenal Hans sebagai adik kelas, saya yakin ketulusan dan kebijaksanaan merupakan keunggulan dari dalam dan tidak sekadar tempelen dari luar. Dengan itu saya yakin, keuskupan Larantuka di tangan Ama Hans akan lebih membumi (dengan petani, peternak, dan nelayan) dan begitu, membuat Keuskupan Larantuka lebih bersinar.

𝑹𝒐𝒃𝒆𝒓𝒕 𝑩𝒂𝒍𝒂. 𝑷𝒆𝒏𝒖𝒍𝒊𝒔 𝒃𝒖𝒌𝒖 𝑯𝒐𝒎𝒊𝒍𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑴𝒆𝒎𝒃𝒖𝒎𝒊. 𝑷𝒆𝒏𝒆𝒓𝒃𝒊𝒕 𝑲𝒂𝒏𝒊𝒔𝒊𝒖𝒔 𝒀𝒐𝒈𝒚𝒂𝒌𝒂𝒓𝒕𝒂, 𝑪𝒆𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆-3.

Catatan : Opini ini telah dimuat di Pos Kupang, Minggu 23 November 2025

WartaNusantara

WartaNusantara

Related Posts

Uskup Larantuka
Agama

Uskup Larantuka

Uskup Larantuka Oleh : Robert Bala WARTA-NUSANTARA.COM--  Ketika beredar surat pemberitahuan bahwa akan diumumkan Uskup Keuskupan Larantuka pada 22 November...

Read more
Orang Gerindra Buat Beda, (Catatan Liburan di NTT 23/4 – 8/5 2022)

Orang Watuwawer dan ‘ERE IDE’ (Tafsiran atas Geothermal)

Ketika Titi Jagung Jadi Perlombaan Birokrasi Lembata

Negeri Tanpa Sirene ; Mungkinkah Dinas Damkar Lahir di Lembata?

Menjadi Saudara Dalam Kemanusiaan

Mafia (Nagekeo) Tidak Mungkin Eksis Tanpa Dukungan Aparat Keamanan

Dr. Pius Rengka, SH., M.Sc. Sang Pengembara Intelektual

Dr. Pius Rengka, SH., M.Sc. Sang Pengembara Intelektual

ETMC Ende 2025: Dari Kota Pancasila untuk Sepak Bola yang Sportif dan Bersaudara

“Melawan Penjajah Pembangunan Modern: Refleksi Hari Pahlawan dan Usulan Marilonga sebagai Pahlawan Nasional dari Ende”

Load More
Next Post
Tongkat Gembala Berganti, Pemkab Lembata Apresiasi Mgr. Kopong Kung dan Sambut Harapan Baru Uskup Monteiro

Tongkat Gembala Berganti, Pemkab Lembata Apresiasi Mgr. Kopong Kung dan Sambut Harapan Baru Uskup Monteiro

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ads

Tag

mostbet mostbet UZ Sastra
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Polkam
  • Internasional
  • National

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In