Adventus, Merayakan Harapan

Pater Steph Tupeng Witin, SVD
Maka Advent: kedatangan seseorang atau sesuatu yang penting dan ditunggu. Sesuatu atau seseorang yang ditunggu dalam masa Advent itu terkait erat dengan diri dan hidup.
Masa penantian akan seseorang atau sesuatu itu begitu penting sehingga harus dirayakan agar sang penanti memiliki kesiapan hati untuk menerima “Dia” yang dinanti.

Maka dalam masa Advent penantian ini, kita merayakan harapan akan hadirnya seseorang yang kita tunggu, kita nanti dan kita rindukan.
Masa Adven berpusat pada kedatangan Yesus sebagai Mesias. Kedatangan Yesus yang abadi, bukan temporal. Bacaan dan doa-doa pada masa Adven tidak hanya mempersiapkan kita secara spiritual untuk hari Natal, tetapi juga untuk mempersiapkan kedatangan Dia, Tuhan, yang kedua yaitu pada akhir zaman.
Katekismus Gereja Katolik (KGK) Nomor 524 menulis, “Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membarui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua (Bdk. Why 22:17.).
Dengan merayakan kelahiran dan kematian Sang Perintis, Gereja menyatukan diri dengan kerinduannya: “Ia harus makin besar dan aku harus makin kecil” (Yoh 3:30).
Selama masa Advént ini, ada 3 tokoh dalam Kitab Suci yang diangkat yaitu Yesaya, Yohanes Pembaptis dan Maria. Ketiga tokoh ini menjadi simbol sikap dasar rohani yang dihayati pada masa Adven.
Pertama, sikap siap siaga, menanti dengan gembira, optimisme dalam pengharapan akan datangnya Kristus yang pada akhir zaman menjadi Hakim yang menyempurnakan keselamatan dan memulihkan segala sesuatunya (Yesaya).
Kedua, sikap tobat, kehendak kuat memperbaiki diri dan masyarakat demi menyambut kedatangan Tuhan (Yohanes Pembaptis). Ketiga, kesedian diri berpartisipasi aktif dalam rencana keselamatan Tuhan dengan mau dipakai hidupnya demi pekerjaan-pekerjaan keselamatan Tuhan (Maria).
Adven menghadirkan 3 dimensi atau bagian; Pertama, dimensi historis: keselamatan Tuhan atas manusia. Tuhan yang dinantikan adalah Tuhan di dalam sejarah manusia yang datang dalam diri Yesus dari Nazareth. Kedua, dimensi eskatologis: kehidupan para pengikut Kristus, proses antara sesudah diselamatkan Kristus dan belum terwujudnya keselamatan itu sepenuhnya dalam diri kita sampai kepada kedatangan Kristus yang kedua sebagai Hakim dan Penyelamat.
Ketiga, dimensi misioner Gereja: memberitakan Firman Allah kepada seluruh bangsa.
Hari ini kita memulai langkah pertama dalam masa Adven. Minggu Adven pertama disebut Minggu Pengharapan: ajakan kepada segenap umat beriman menantikan Yesus penuh harapan.
Lilin pertama dalam korona Adven dinyalakan sebagai “lilin nabi”: Mengingatkan umat bahwa para nabi sejak dahulu kala mewaratakan kedatangan Yesus sebagai Mesias. Tuhan akan menguji kualitas komitmen iman kita dalam sikap “berjaga-jaga.”
“Karena itu berjaga-jagalah sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang” (Mat 24:42) karkater “berjaga-jaga” harus sejala dengan “siap sedia.” “Sebab itu hendaklah kamu juga siap sedia karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga” (Mat 24:44).
“Berjaga-jaga” berarti kita hidup dengan kesadaran penuh. Orang bijak bilang, manusia yang hidup dengan sadar, nurani terjaga, sama dengan dia mengusir setan itu jauh-jauh. Kesadaran ini mendapatkan penekanan karena kelemahan manusiawi seringkali meruntuhkan kekuatan itu.
Dalam bahasa Injil Lukas: kesadaran kita bisa runtuh kalau kita tidak berjaga-jaga dan larut dalam kemabukan, pesta pora dan kepentingan-kepentingan duniawi (Luk 21:34).
Menurut Santo Lukas, berjaga-jaga dalam konteks Sabda Yesus adalah membentengi hidup kita dengan berbagai aktivitas spiritual yang menyatukan kita dengan Dia dan sesama bahkan lingkungan hidup.
Ekaristi, doa, sharing Kitab Suci, dan aspek ritual rohani lain mesti menggerakkan kita untuk lebih solider dengan semua orang khususnya yang menderita dan miskin.
Uskup Hilary dari Poiters, seorang Bapa Gereja pernah mengatakan tentang makna “berjaga-jaga” selama masa Adven dengan menarik, “Ketidaktahuan kita tentang hari datangnya Kristus membuat kita senantiasa berhati-berjaga dan selalu menantikan kedatangan-Nya.”
Adven adalah rangkaian ziarah iman sejak saat ini sampai pada waktu kedatangan Tuhan. Rentang waktu ziarah menuju kedatangan Tuhan itu terbagi dalam ruas-ruas waktu: detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun.
Rotasi ruas-ruas waktu akan terus terjadi sepanjang kita masih tetap menarik nafas dalam ziarah bersama orang lain. Kadang kita sendiri, tapi tidak pernah sendirian.
Maka setiap Desember saat kita memasuki Advent, kita diingatkan akan semua orang yang telah berziarah bersama kita sepanjang tahun ini. Mungkin ada yang tidak bisa lagi membalas SMS atau WA kita.
Boleh jadi ada yang tinggal dengan kita tapi rasanya tidak pernah ada bersama-sama. Mungkin karena kita terlampau sibuk dengan rutinitas sehingga terlalu mahal mengalokasikan waktu 5 menit hanya untuk menyapa saudara.***








