• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak
Jumat, Desember 19, 2025
No Result
View All Result
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Agama

TERUS BEPTANYA…Inspirasi untuk Homili Minggu 14 Desember  2025

by WartaNusantara
Desember 12, 2025
in Agama
0
TERUS BEPTANYA…Inspirasi untuk Homili Minggu 14 Desember  2025
0
SHARES
17
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

TERUS BEPTANYA…Inspirasi untuk Homili Minggu 14 Desember  2025

Oleh : Robert Bala

WARTA-NUSANTARA.COM–  Di medsos beredar sebuah foto yang cukup menyayat hati. Gambar tiga anak duduk diam di tanah berlumpur. Tubuh mereka kotor, rambut menempel lumpur. Penyemat foto menambahkan komentar berikut: “Mereka baru saja diseret banjir yang merenggut rumah, tempat tidur, dan suara orang tua yang tadi malam masih mereka dengar. Tak ada tangis tersisa – hanya diam yang berat. Anak paling kecil menggigil, anak di tengah menunduk menahan perih, dan berusaha kuat meski wajahnya jelas hancur oleh kehilangan . Mereka belum tahu di mana orang tua mereka”.

RelatedPosts

HADIR DI TITIK RAGU Inspirasi Homili Minggu IV Adventus, 21 Desember 2025

HADIR DI TITIK RAGU Inspirasi Homili Minggu IV Adventus, 21 Desember 2025

Gubernur NTT Ajak Gereja Hadirkan Iman yang Berbuah Nyata, Perkuat Keharmonisan Keluarga, dan Lindungi Generasi Muda dari Kekerasan dan HIV/AIDS

Gubernur NTT Ajak Gereja Hadirkan Iman yang Berbuah Nyata, Perkuat Keharmonisan Keluarga, dan Lindungi Generasi Muda dari Kekerasan dan HIV/AIDS

Load More

Gambar itu tidak bisa tidak memunculkan pertanyaan bagi siapa pun termasuk orang beriman.
“Di manakah Tuhan yang katanya maha bijaksana? Mengapa mereka yang tak berdosa diikutsertakan dalam bencana yang entah berasal dari alam atau malah dibuat manusia?” Inilah pertanyaan yang tidak mudah dijawab, apalagi bagi bocah yang belum tahu apa artinya hidup tanpa orang tua dan kerabat terdekat.

Banyak orang lain barangkali menegur. “Semestinya iman hanya menerima apa saja karena semuanya sudah ditakdirkan.” Tetapi apakah tidak boleh bertanya hanya karena ini menyangkut masalah iman? Hari ini kepada kita malah ditunjukkan sendiri oleh Yohanes Pembaptis yang bahkan bertanya malah mempertanyakan kepastian kepada Yesus. Karena ia lagi dipenjara, maka ia mengutus para muridnya untuk bertanya: “Engkaukah yang akan datang itu, atau haruskah kami menantikan orang lain” (Yoh 11: 3).

Pertanyaan ini muncul dari satu tempat yang manusiawi: penjara. Setelah ia berbulan-bulan memberitakan pertobatan, menegur penguasa, dan mempersiapkan jalan bagi Mesias, Yohanes mendapati dirinya terkurung dalam gelap yang dingin, jauh dari keramaian Sungai Yordan, tempat ia menyaksikan Roh turun atas Yesus. Dalam situasi seperti itu, siapa pun dapat digoda untuk bertanya: “Benarkah semua yang kulakukan ini? Benarkah Yesus adalah Dia yang dijanjikan?”

Pertanyaan ini yang diajukan oleh Yohanes sama seperti pertanyaan yang muncul di balik penderitaan ketiga bocah di gambar bukanlah sesuatu yang salah. Bahwa ada keraguan pun itu bukan musuh iman. Bertanya adalah sesuatu yang baik sejauh kita bertanya kepada Tuhan. Inilah yang membedakan pertanyaan kita dari pertanyaan Yohanes. Ia ragu-ragu tetapi langsung bertanya kepada Tuhan.

Yang menarik, pertanyaan Yohanes tidak dijawab dengan kata-kata. Yesus tahu, orang yang berada dalam kekalutan hidup, mereka tidak butuh sekadar jawaban dalam kata-kata. Yang dinantikan adalah tindakan hal mana dilakukan Yesus: “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin t diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku. “ Matius 11: 4 – 6).

Pertanyaan tiga bocah yang masih tertempel lumpur di sekujur tubuh tidaklah cukup dengan kata-kata. Yang dibutuhkan adalah rangkulan, pemberian air untuk membersihkan lumpur, pakaian dan selimut untuk mengusir dinginnya malam dan sedikit memejamkan mata sambil menunggu bahwa orang tua yang belum ditemukan masih selamat dan bisa berkumpul kembali.

Jawab dengan Aksi

Bila bertanya dalam iman diizinkan hal mana dilakukan Yohanes Pembaptis kepada Yesus, lalu apakah ruang bertanya itu masih tetap ada untuk kita yang hidup di era digital ini? Ada ketakutan bahwa ruang untuk bertanya dan berpikiran kritis semakin menjauh.

Tetapi apakah semangat untuk bertanya masih punya tempat di era digital seperti sekarang ini? Dikawatirkan, era digital menghadirkan kenyamanan yang belum pernah dialami peradaban sebelumnya. Informasi tersedia dalam hitungan detik, jawaban muncul otomatis, dan banyak keputusan sehari-hari telah digantikan oleh algoritma.

Di balik kemudahan itu, terdapat tantangan besar: risiko manusia berhenti bertanya, berhenti berpikir kritis, dan akhirnya hanyut dalam arus digital yang tak selalu aman. Inilah yang disebut sebagai “digital cognitive laziness”—kemalasan berpikir akibat teknologi yang terlalu memudahkan.

Kemalasan berpikir inilah yang dimanfaatkan untuk menjebak orang agar mudah ‘click’ terhadap sebuah pilihan gambar atau judul yang disebut Clickbait. Orang dengan mudah membuat jenis judul, gambar, atau cuplikan konten yang dibuat sengaja sensasional, berlebihan, atau menyesatkan untuk menarik perhatian dan membuat orang mengeklik tautan, meskipun isi kontennya tidak sesuai dengan janji di judulnya.

Kemalasan berpikir masih memiliki efek lain yang kerap tak disadari. Banyak orang menyangka, apa yang terjadi di 3 provinsi di Sumatera tidak ada kaitannya sama sekali dengan orang lain di daerah lain atau bahkan di negara lain. Kesadaran untuk berpikir kritis mestinya akan menelisik lebih jauh hingga mengaitkan permintaan dan penawaran yang terjadi dengan penebangan pohon yang terjadi bertahun-tahun.

Jelasnya, permintaan mengganti selalu mebel terbaru dengan jenis kayu kelas 1 yang terjadi pada bagian lain dari negara ini atau negara lain tidak bisa dipisahkan dengan kerakusan semakin menebang pohon. Bahkan kerap terjadi kontradiksi bahwa para pejuang lingkungan hidup menulis di atas kertas untuk memprotes perusakan lingkungan hidup. Frase berikut sangat menyentuh: Manusia menebang pohon membuat kertas dan di atas kertas itu mereka menulis peringatan: ‘SELAMATKANLAH HUTAN’.

Kalau demikian, orang beriman mestinya memperkuat rasa bertanya dan berpikir kritis menanggapi semua peristiwa terjadi termasuk perusakan alam. Hal itu juga terjadi dengan petinggi negeri yang katanya juga beriman. Mereka juga (seperti masyarakat pada umumnya) bertanya, hingga mengakui bahwa banjir bandang bukan sekadar bencana alam tetapi punya kaitan dengan manusia. Hal itu terjadi karena sudah lama kemampuan berpikir kritis telah terpinggirkan dan kini perlu kita hidupkan.

Hari ini kita diingatkan Yohanes Pembaptis untuk menjadi penanya kritis dan tahu kepada siapa kita bertanya. Dengan mengajukan pertanyaan kita tidak sekadar mengail di air keruh tetapi menyiapkan model jawaban sebagai tindak lanjut. Yesus menunjukkan hal itu bahwa kepada setiap pertanyaan perlu dijawab aksi agar pertanyaan tidak sekadar dilemparkan tanpa jawab.

Alur bertanya dan menjawab seperti ini yang menjadi kekuatan di minggu ketiga masa Adven. Kita boleh terus bertanya karena hal itu mengawaskan kita dari banyak hal. Tetapi kita juga berkontribusi mencari jawaban.***

Robert Bala. Penulis buku HOMILI YANG MEMBUMI (Penerbit Kanisius Yogyakarta, Cetakan ke-3). Tersedia dalam E-book (Gramedia).

WartaNusantara

WartaNusantara

Related Posts

HADIR DI TITIK RAGU Inspirasi Homili Minggu IV Adventus, 21 Desember 2025
Agama

HADIR DI TITIK RAGU Inspirasi Homili Minggu IV Adventus, 21 Desember 2025

HADIR DI TITIK RAGU Inspirasi Homili Minggu IV Adventus, 21 Desember 2025 Oleh : Robert Bala WARTA-NUSANTARA.COM--  Ipranda adalah satu...

Read more
Gubernur NTT Ajak Gereja Hadirkan Iman yang Berbuah Nyata, Perkuat Keharmonisan Keluarga, dan Lindungi Generasi Muda dari Kekerasan dan HIV/AIDS

Gubernur NTT Ajak Gereja Hadirkan Iman yang Berbuah Nyata, Perkuat Keharmonisan Keluarga, dan Lindungi Generasi Muda dari Kekerasan dan HIV/AIDS

Menjadi Saudara Dalam Kemanusiaan

Adventus, Merayakan Harapan

Tongkat Gembala Berganti, Pemkab Lembata Apresiasi Mgr. Kopong Kung dan Sambut Harapan Baru Uskup Monteiro

Tongkat Gembala Berganti, Pemkab Lembata Apresiasi Mgr. Kopong Kung dan Sambut Harapan Baru Uskup Monteiro

Mengenal Uskup Larantuka yang Baru Mgr Monteiro

Mengenal Uskup Larantuka yang Baru Mgr Monteiro

“Ketika Tanda-tanda Tuhan Menyapa: Sebuah Renungan Menjelang Terpilihnya Uskup Baru Larantuka”

“Ketika Tanda-tanda Tuhan Menyapa: Sebuah Renungan Menjelang Terpilihnya Uskup Baru Larantuka”

Load More
Next Post
OMK Freinademetz SAJ Waikomo Apresiasi Kegiatan Akbar PLAN Internasional

OMK Freinademetz SAJ Waikomo Apresiasi Kegiatan Akbar PLAN Internasional

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ads

Tag

mostbet mostbet UZ Sastra
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Polkam
  • Internasional
  • National

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In