• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak
Jumat, Desember 19, 2025
No Result
View All Result
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Sosok

Si “Putih” yang Terus (Me)Lata(n) (Narasi Kandidus Latan Tolok)

by WartaNusantara
Desember 13, 2025
in Sosok
0
Si “Putih” yang Terus (Me)Lata(n) (Narasi Kandidus Latan Tolok)
0
SHARES
65
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Si “Putih” yang Terus (Me)Lata(n) (Narasi Kandidus Latan Tolok)

Oleh : Robert Bala

WARTA-NUSANTARA.COM–  Bulan Juni 2025, saat berdinas ke Jakarta, saya sempat bertemu Bp Kandidus Latan Tolok. Seperti biasa, obrolan mengalir dari hal-hal ringan hingga rencana ke depan di pemerintahan. Namun satu kalimat yang ia ucapkan membuat saya terdiam.“Saya akan pensiun bulan Desember ini.”

RelatedPosts

Dari Kota Kecil ke Negeri Sakura, Perjalanan Inspiratif Ismiyati

Dari Kota Kecil ke Negeri Sakura, Perjalanan Inspiratif Ismiyati

DJ Nadyaannabella Ungkap Awal Karier: Dari Hobi Hingga Serius Berprofesi Sebagai DJ

DJ Nadyaannabella Ungkap Awal Karier: Dari Hobi Hingga Serius Berprofesi Sebagai DJ

Load More

Jujur, saya agak tidak percaya. Wajahnya masih segar, semangatnya tetap menyala, dan auranya jauh dari kesan “akan pensiun”. Tapi begitulah aturan. Di dunia PNS, usia 58 tahun adalah batas pengabdian formal. Dan benar, pada 11 Desember 2025 lalu, Kandus—sapaan akrab kami sejak kecil—resmi memasuki masa purna tugas. Momen itu membuat saya merasa perlu menulis tentangnya.

Sahabat Sejak Kecil

Ada alasan kuat mengapa kisah ini penting bagi saya. Sejak kecil hingga SMP (1983), hampir seluruh fase hidup kami lalui bersama. Usia kami hanya terpaut beberapa bulan. Kami bermain, belajar, dan tumbuh dalam ruang yang sama.

Lebih dari itu, orang tua kami pun bersahabat. Yohanes Pelea Tolok—akrab disapa Yapet, ayah Kandus—dan Pius Kedang Tolok atau Piket, ayah saya, sama-sama lulusan Ambachtschool di Larantuka. Yapet tukang kayu dan meubel, sementara Piket tukang batu (bidang bangunan). Sebagai anak-anak, kami sering ikut menemani mereka bekerja. Dari situlah kami belajar banyak hal, termasuk kerja keras dan ketekunan.

Kandus kecil adalah pribadi yang ceria, serius, dan tahu kapan bercanda. Ia juga terampil. Sejak dini, ayahnya melibatkannya dalam berbagai pekerjaan tangan. Tak heran jika urusan prakarya di sekolah, Kandus selalu unggul.

Selain itu, tuntutan kerja oleh latar belakang keluarga juga menjadi alasan. Harusnya dengan keterampilan bertukang, hidup dan biaya sekolah bisa diatasi. Tetapi kerap kali masyarakat tidak mampu membayar jasa tukang. Karena itu sebagai anak, kami harus ikut bekerja. Lebih lagi karena jumlah anggota keluarga yang banyak.

Kami sama-sama lahir dari keluarga besar. Kandus, anak dari delapan bersaudara, harus terbiasa bekerja membantu orang tua. Beruntung, Kandus yang rajin dan tertib bisa menjadi andalan keluarga untuk bekerja dan itu ia lakukan dengan baik.

Cinta Mati Ekonomi
Meski dari kampung terpencil di Lembata, NTT, rasa cinta pada bidang ekonomi (akuntansi) sebagai panggilan hidup tidak pernah pudar atau mudah dibelokkan. Setamat SMA (1986), ia terobsesi untuk kuliah di Undana Kupang. Teman dari sekampung bisa diterima karena memilih jadi guru (bahasa Inggris). Sementara Kandus punya tekad masuk bidang Ekonomi dan Niaga dan tidak lolos.

Ia lalu berbelok haluan ke Nunukan Kalimantan. Om kandungnya yang merupakan agen pastoral mengarahkan agar Kandus bisa kuliah kateketik di Jawa (Madiun). Meski tawaran itu berarti pula akan dibiayai, tetapi ia tidak mau menyangkali suara hatinya untuk kuliah di bidang ekonomi, hal mana mengantarnya untuk akhirnya kuliah di jurusan akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi STIE YPUP Makassar yang secara de facto lulus 1993 tetapi oleh masalah ujian negara, Kandus baru selesai 1995, tepatnya saat itu ia sudah bekerja.

Tahun 1994, kami bertemu di Ambon. Kandus baru ditempatkan oleh PT Hasjrat Abadi, dealer mobil Toyota. Saya sempat berpikir, kebersamaan kami akan berlangsung lama. Ternyata tidak. Hanya tiga bulan, sebelum ia dipindahkan ke Kupang lalu Maumere. Kami bertemu singkat lagi di Maumere, dan baru benar-benar bersama kembali saat mendirikan Yayasan Koker Niko Beeker.

Di PT Hasjrat Abadi, Kandus merasa cukup nyaman. Lima tahun bekerja (1994–1999), dengan gaji yang tergolong besar saat itu, membuatnya merasa aman. Maka ketika diajak ikut tes PNS, awalnya ia hanya “ikut ramai”. Bahkan setelah lulus sebagai CPNS, ia sempat ingin mundur karena gaji PNS jauh di bawah penghasilannya di sektor swasta.

Namun keputusan akhirnya berbeda. Ia bertahan. Dan pilihan itu membawanya mengabdi hampir lebih dari 26 tahun sebagai aparatur negara (1999–2025).

Pelayanan dan Profesionalisme

Sebagai PNS, hampir seluruh pengabdiannya ia dedikasikan di bidang akuntansi dan keuangan. Awal 2000-an, tenaga akuntansi masih sangat terbatas. Ia cepat beradaptasi dan menemukan bahwa keahliannya benar-benar dibutuhkan. Penempatannya di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah terasa tepat.

Ketekunan dan ketelatenannya berbuah kepercayaan. Ia dipercaya menjadi Kepala Bidang Akuntansi (2012–2015), lalu Sekretaris Dinas di berbagai instansi selama hampir satu dekade:
• Sekdis Badan Pendapatan Daerah (2015–2017),
• Sekdis Dinas Perhubungan (2017–2019),
• kembali ke Sekdis Badan Pendapatan Daerah (2020–2021),
• Sekdis Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (2021–2023).
• Dua tahun menjelang pensiun, ia ditempatkan sebagai Kabag Ekonomi di Sekretariat Daerah Kabupaten Sikka.

Sebagai abdi negara, lulusan STIE YPUP Makassar ini memegang satu prinsip kuat: pelayanan.
“Menjadi PNS bukan berarti berada di atas. Kalau ada masyarakat menunggu lima menit saja tanpa alasan, saya sudah tidak nyaman,” katanya. Ia tak segan menegur staf yang menunda pelayanan.

Menurutnya, orientasi status dan otoritas masih kuat di kalangan PNS. Prosedur dibuat berbelit, wewenang dijadikan alat kontrol, dan masyarakat diposisikan sebagai pihak yang “memohon”. Dari situlah lahir budaya ingin dilayani, bukan melayani.

Dalam bidang keuangan, profesionalisme baginya tak bisa ditawar.
“Orang keuangan tidak boleh mudah ditarik ke permainan politik,” ujarnya. Banyak kasus di pemda terjadi karena bidang keuangan berusaha memenuhi kehendak atasan dalam penataan keuangan yang kadang keluar dari aturan. Hal ini sangat dijaga Kandus. Tak jarang ia harus berbeda pendapat dengan atasan demi menjaga komitmen pada pemerintahan yang bersih. Prinsipnya sederhana: menjaga pimpinan dengan mengarahkan pada hal yang benar, meski risikonya bisa dianggap tidak loyal.

Ia sadar, sikap seperti itu bisa saja alasan yang menghalanginya duduk di kursi eselon II. Tapi itu bukan masalah.“Yang penting kita menikmati pengabdian,” kata suami Mince Rosalina ini.

Terus Putih, Terus (Me)Lata(n)

Dalam percakapan singkat kami secara daring, saya menemukan kekayaan makna dalam dirinya. Apa yang ia jalani selama 25 tahun seolah menyatu dengan arti namanya. Candidus, dari bahasa Latin, berarti putih, terang, jernih. Dari kata ‘candidus’ bisa ditarik ke istilah candidate (calon orang untuk mengenakan pakaian putih) dan candela—lilin, simbol cahaya. (Isitlah kandidat kemudian digunakan dalam berbagai bidang).

Mungkin ia tak pernah memikirkan makna itu. Namun dalam keseharian, makna itu hadir. Dalam berkarya ia selalu berusaha membawa terang agar kegelapan malam bisa diterangi. Ia tak hanya ingin bercahaya sendiri, tetapi juga membagi terang. Melalui pelayanan, pembinaan, dan pelatihan akuntansi, ia menyalakan cahaya kecil di banyak tempat. Hal itulah yang bisa saja menjadi pembeda, hal mana diungkapkan teman-teman sekantor yang berinisiatif membuat acara kecil melepaspergikannya. “Bp Kandidus menjadi berbeda karena di kantor ia berusaha mengarahkan, melatih, dan menunjukkan jalan yang benar dan bukan tipe pribadi yang sekadar menekan sementara ia hanya memerintah”, demikian kesaksian kecil dari stafnya.

Buah dari kerja keras di bidang akuntansi juga berefek besar. Meski dalam skala kecil, tetapi perlahan ia memberikan inspirasi agar pelaporan keuangan Kabupaten Sikka sesuai ketentuan. Hal itu berbuah manis dengan penerimaan Opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). Ini adalah predikat tertinggi dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menyatakan laporan keuangan pemerintah disajikan secara wajar, akuntabel, dan sesuai standar. Tentu banyak orang terlibat tetapi percikan cahaya kecil dari lilin (candela) Kandidus tentu tidak bisa dilupakan.

Apakah setelah pensiun semuanya berhenti? Tidak. “Selama masih dibutuhkan, saya akan terus terlibat di gereja, baik di paroki maupun keuskupan Peran itu sudah ia jalani bahkan sebelum pensiun. Bahkan bila diminta Pemda untuk memberikan bantuan di mana ia masih bisa berkontribusi” katanya. Untuk hal ini Kandus ingat bagaimana ia bisa ambil bagian membenahi keuangan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sikka. Berkat tangan dinginnya, PDAM sudah memberikan kontribusi positif dan untung, sebuah pencapaian baru kerena puluhan tahun PDAM terkenal merugi.

Kesediaan terus bekerja barangkali lahir inspiratif dari nama Latan yang homofon (sama bunyi) dengan melata dan latah. Melata berarti membumi, dekat dengan tanah, dekat dengan sesama hal mana biasa digunakan untuk hewan reptil yang suka melata. Kandus Latan tidak ingin berhenti berjalan. Tetapi ia tidak berjalan dengan posisi di atas tetapi melata (membumi) hal mana ia selalu lakukan.

Namun kalau pun tafsiran ini dianggap berlebihan dan hanya dianggap sebagia ‘latah’ pun tidak apa-apa. Tetapi semuanya akan dibuktikan oleh orang yang pernah bekerja bersamanya, apakah ini sekadar latah atau benar-benar membumi (melata?). Yang pasti, Si Putih (candidus/kandidus) intin bertus akan terus melata—tetap hadir kejernihan dan cahaya bagi banyak orang. ***

Robert Bala. Penulis buku INSPIRASI HIDUP, Pengalaman Kecil Sarat Makna. Penerbit Kanisius Yogyakarta.

WartaNusantara

WartaNusantara

Related Posts

Dari Kota Kecil ke Negeri Sakura, Perjalanan Inspiratif Ismiyati
Sosok

Dari Kota Kecil ke Negeri Sakura, Perjalanan Inspiratif Ismiyati

Dari Kota Kecil ke Negeri Sakura, Perjalanan Inspiratif Ismiyati CIREBON : WARTA-NUSANTARA.COM —  Ismiyati, gadis kelahiran 2002 yang akrab disapa...

Read more
DJ Nadyaannabella Ungkap Awal Karier: Dari Hobi Hingga Serius Berprofesi Sebagai DJ

DJ Nadyaannabella Ungkap Awal Karier: Dari Hobi Hingga Serius Berprofesi Sebagai DJ

Arul Kharisma Putra Ahmad: Dari Depok Menuju Panggung Hiburan Indonesia

Arul Kharisma Putra Ahmad: Dari Depok Menuju Panggung Hiburan Indonesia

Nita, Content Creator Asal Bekasi yang Bekerja di Salah Satu Perusahaan Jepang

Nita, Content Creator Asal Bekasi yang Bekerja di Salah Satu Perusahaan Jepang

Fenny Eka Widokarti Raih Penghargaan Women Empower Woman 2025: Dari One Stop Beauty Solution ke Panggung Nasional

Fenny Eka Widokarti Raih Penghargaan Women Empower Woman 2025: Dari One Stop Beauty Solution ke Panggung Nasional

Karina Rasmita, Pemerhati Pendidikan Asal Batam Raih Penghargaan “Best Inspiration Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat”

Karina Rasmita, Pemerhati Pendidikan Asal Batam Raih Penghargaan “Best Inspiration Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat”

Load More
Next Post
Keterangan MKMK Soal Suhartoyo Dinilai Perlu Diluruskan

Keterangan MKMK Soal Suhartoyo Dinilai Perlu Diluruskan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ads

Tag

mostbet mostbet UZ Sastra
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Polkam
  • Internasional
  • National

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In