Kotbah Hari Minggu Biasa II-C Yes. 62: 1-5; 1 Kor. 12:4-11; Yoh.2:1-11
Oleh Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapak, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Minggu lalu kita mendengar nubuat nabi Yesaya tentang nasib bangsa Israel yang dibuang di Babilon:” Hiburkanlah-hiburkanlah umat-Ku.Tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya. Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: “Lihat, itu Allahmu! Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya.”
Untuk meyakinkan bangsa Israel bahwa mereka adalah bangsa yang terpilih, yang tetap disayang Tuhan, lag-lagi, nabi Yesaya bernubuat:” Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam diri, dan oleh karena Yerusalem aku tidak akan tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh. Maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu, dan semua raja akan melihat kemuliaanmu, dan orang akan menyebut engkau dengan nama baru yang akan ditentukan oleh TUHAN sendiri. Engkau akan menjadi mahkota keagungan di tangan TUHAN dan serban kerajaan di tangan Allahmu. Engkau tidak akan disebut lagi “yang ditinggalkan suami “, dan negerimu tidak akan disebut lagi “yang sunyi “, tetapi engkau akan dinamai “yang berkenan kepada-Ku ” dan negerimu “yang bersuami “, sebab TUHAN telah berkenan kepadamu, dan negerimu akan bersuami.”
Penggalan teks di atas mau mewartakan kepada kita bahwa saat ketika Yerusalem akan dipenuhi dengan kemuliaan dan kebenaran Tuhan; umat Allah akan hidup di dalam tembok-temboknya dengan damai sejahtera dan sukacita, dan seluruh dunia akan beruntung dari pemuliaannya.
Pertanyaannya, kapan Yerusalem akan dipenuhi dengan kemuliaan dan kebenaran Tuhan? Kapan umat Allah akan hidup di dalam tembok-temboknya dengan damai sejahtera dan sukacita?
Hari itu adalah hari-Nya Tuhan. Hari yang tiba menurut rencana dan kehendak Tuhan. Hari itu adalah hari menurut mujizat agung Allah.
Tentang mujizat, santu Paulus kepada jemaat di Korintus dengan tegas mengatakan bahwa:” ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat.”
Dari kutipan itu, teranglah bagi kita bahwa kepada setiap orang yang berkenan kepada Tuhan, Tuhan menganugerahkan kepada mereka beraneka karunia. Karunia itu identik dengan kemampuan. Identik dengan kesanggupan. Kesanggupan untuk bernubuat, kemampuan untuk
Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan.
Semua kemampuan itu, semua karunia itu tidak ditujukan untuk kepentingan pribadi. Bukan pula untuk keluarga.Tidak juga diperuntukan bagi kepentingan golongan tertentu. Tetapi santu Paulus dengan tegas mengatakan bahwa kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.
Jadi kepentingan bersama, kesejahteraan bersama ,kebaikan umum, bonum communae adalah tujuan akhir dari karunia diberikan kepada tiap-tiap orang. Dengan kata lain, apa yang dianugerahkan kepada kita oleh Tuhan dengan Cuma-Cuma, kita harus mendharmakannya untuk kebaikan umum, untuk kepentingan bersama.
Karunia yang dianugerahkan kepada kita demi kepentingan umum, hari ini dicontohkan oleh Yesus Kristus melalui perbuatan Mukjizat memperbanyak anggur pada pesta perkawinan di Kana.Tatkala melihat tuan pesta telah kehabisan anggur, Maria yang hadir dalam pesta tersebut tidak tinggal diam. Maria tidak masa bodoh. Ia cepat tanggap. Ia peduli pada situasi tersebut. Dia prihatin dengan keadaan itu. Para undangan, orang banyak yang masih ingin bersukacita bersama tuan pesta, adalah juga faktor lain untuk menelisik kepekaan Bunda Maria. Untuk itu, Maria datang kepada Putranya. Di depan Putranya Maria berkata:” “Mereka kehabisan anggur .”
Yesus seolah bersikap sinis. Karena itu kepada ibu-Nya, Yesus berkata:”Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Jawaban Yesus tidak membuat Maria menyerah. Jawaban Yesus justru semakin mendorong Maria untuk berbuat baik. Karena itu kepada kepada pelayan-pelayan Maria berkata: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”
Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung setara dengan 450-690 liter.
Hati Yesus luruh di depan kebulatan hati Bundanya. Karena itu kepada pelayan-pelayan itu Yesus berkata: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan merekapun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu merekapun membawanya.
Pemimpin pesta tidak tahu muasal anggur itu. Karena itu ia mengecapnya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”
Maria tahu siapakah Putranya yang sesungguhnya. Ia yakin anugerah yang ada pada Putranya. Maka sudah tiba waktunya bagi Maria untuk menunjukkan sekaligus memperkenalkan keilahian Putranya. Bahwa bagi Putranya tidak ada yang mustahil.
Bahwa demi kegembiraan dan sukacita banyak orang yang hadir dalam pesta nikah itu, Yesus harus menunjukkan kuasa-Nya. Bahwa yang tidak ada akan menjadi ada; yang kurang akan menjadi berlimpah. Maka air pun berubah menjadi anggur yang baik. Menurut beberapa penulis kuno, yang dimaksudkan “anggur yang baik” adalah anggur termanis yang dapat diminum dalam jumlah besar tanpa membahayakan. Anggur ini dinilai baik oleh pemimpin pesta karena anggur ini berasal dari mujizat agung Yesus. Jadi bukanlah sebarang anggur. Bukan pula anggur yang memabukan. Ini anggur berkwalitas. Anggur yang berkwalitas adalah anggur yang tidak memabukan. Maka tanda ini mau menunjuk pula kepada orang banyak itu bahwa Yesus adalah Pokok Anggur yang Benar.
Dengan mukjizat itu, Yesus hendak menjadikan air yang berubah menjadi anggur sebagai “tanda ajaib-Nya” yang pertama supaya “menyatakan kemuliaan-Nya. Dengan mujizat itu, dengan tanda itu orang banyak yang hadir dalam perjamuan nikah itu meyakinkan orang untuk percaya pada-Nya sebagai Anak Allah yang kudus dan benar, sebagai Pokok Anggur yang benar.
Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih,
Berbagai anugerah itu Tuhan berikan juga kepada kita semua. Pemberian anugerah itu tidak hanya untuk kebahagiaan kita; tidak saja untuk kebahagiaan keluarga atau kelompok kecil. Tetapi penerimaan anugerah itu demi untuk kepentingan umum. Demi untuk kebahagiaan bersama.
Kotbah Hari Minggu Biasa II-C
Yes. 62: 1-5; 1 Kor. 12:4-11; Yoh.2:1-11
Ada Berbagai Perbuatan Ajaib,
Allah adalah Satu yang Mengerjakan Semuanya
Bapak, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Minggu lalu kita mendengar nubuat nabi Yesaya tentang nasib bangsa Israel yang dibuang di Babilon:” Hiburkanlah-hiburkanlah umat-Ku.Tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya. Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: “Lihat, itu Allahmu! Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya.”
Untuk meyakinkan bangsa Israel bahwa mereka adalah bangsa yang terpilih, yang tetap disayang Tuhan, lag-lagi, nabi Yesaya bernubuat:” Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam diri, dan oleh karena Yerusalem aku tidak akan tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh. Maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu, dan semua raja akan melihat kemuliaanmu, dan orang akan menyebut engkau dengan nama baru yang akan ditentukan oleh TUHAN sendiri. Engkau akan menjadi mahkota keagungan di tangan TUHAN dan serban kerajaan di tangan Allahmu. Engkau tidak akan disebut lagi “yang ditinggalkan suami “, dan negerimu tidak akan disebut lagi “yang sunyi “, tetapi engkau akan dinamai “yang berkenan kepada-Ku ” dan negerimu “yang bersuami “, sebab TUHAN telah berkenan kepadamu, dan negerimu akan bersuami.”
Penggalan teks di atas mau mewartakan kepada kita bahwa saat ketika Yerusalem akan dipenuhi dengan kemuliaan dan kebenaran Tuhan; umat Allah akan hidup di dalam tembok-temboknya dengan damai sejahtera dan sukacita, dan seluruh dunia akan beruntung dari pemuliaannya.
Pertanyaannya, kapan Yerusalem akan dipenuhi dengan kemuliaan dan kebenaran Tuhan? Kapan umat Allah akan hidup di dalam tembok-temboknya dengan damai sejahtera dan sukacita?
Hari itu adalah hari-Nya Tuhan. Hari yang tiba menurut rencana dan kehendak Tuhan. Hari itu adalah hari menurut mujizat agung Allah.
Tentang mujizat, santu Paulus kepada jemaat di Korintus dengan tegas mengatakan bahwa:” ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat.”
Dari kutipan itu, teranglah bagi kita bahwa kepada setiap orang yang berkenan kepada Tuhan, Tuhan menganugerahkan kepada mereka beraneka karunia. Karunia itu identik dengan kemampuan. Identik dengan kesanggupan. Kesanggupan untuk bernubuat, kemampuan untuk membuat mukjizat.
Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan.
Semua kemampuan itu, semua karunia itu tidak ditujukan untuk kepentingan pribadi. Bukan pula untuk keluarga.Tidak juga diperuntukan bagi kepentingan golongan tertentu. Tetapi santu Paulus dengan tegas mengatakan bahwa kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.
Jadi kepentingan bersama, kesejahteraan bersama ,kebaikan umum, bonum communae adalah tujuan akhir dari karunia diberikan kepada tiap-tiap orang. Dengan kata lain, apa yang dianugerahkan kepada kita oleh Tuhan dengan cuma-cuma, kita harus mendharmakannya untuk kebaikan umum, untuk kepentingan bersama.
Karunia yang dianugerahkan kepada kita demi kepentingan umum, hari ini dicontohkan oleh Yesus Kristus melalui perbuatan Mukjizat memperbanyak anggur pada pesta perkawinan di Kana.Tatkala melihat tuan pesta telah kehabisan anggur, Maria yang hadir dalam pesta tersebut tidak tinggal diam. Maria tidak masa bodoh. Ia cepat tanggap. Ia peduli pada situasi tersebut. Dia prihatin dengan keadaan itu. Para undangan, orang banyak yang masih ingin bersukacita bersama tuan pesta, adalah juga faktor lain untuk menelisik kepekaan Bunda Maria. Untuk itu, Maria datang kepada Putranya. Di depan Putranya Maria berkata:” “Mereka kehabisan anggur .”
Yesus seolah bersikap sinis. Karena itu kepada ibu-Nya, Yesus berkata:”Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Jawaban Yesus tidak membuat Maria menyerah. Jawaban Yesus justru semakin mendorong Maria untuk berbuat baik. Karena itu kepada kepada pelayan-pelayan Maria berkata: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”
Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung setara dengan 450-690 liter.
Hati Yesus luruh di depan kebulatan hati Bundanya. Karena itu kepada pelayan-pelayan itu Yesus berkata: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan merekapun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu merekapun membawanya.
Pemimpin pesta tidak tahu muasal anggur itu. Karena itu ia mengecapnya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”
Maria tahu siapakah Putranya yang sesungguhnya. Ia yakin anugerah yang ada pada Putranya. Maka sudah tiba waktunya bagi Maria untuk menunjukkan sekaligus memperkenalkan keilahian Putranya. Bahwa bagi Putranya tidak ada yang mustahil.
Bahwa demi kegembiraan dan sukacita banyak orang yang hadir dalam pesta nikah itu, Yesus harus menunjukkan kuasa-Nya. Bahwa yang tidak ada akan menjadi ada; yang kurang akan menjadi berlimpah. Maka air pun berubah menjadi anggur yang baik. Menurut beberapa penulis kuno, yang dimaksudkan “anggur yang baik” adalah anggur termanis yang dapat diminum dalam jumlah besar tanpa membahayakan. Anggur ini dinilai baik oleh pemimpin pesta karena anggur ini berasal dari mujizat agung Yesus. Jadi bukanlah sebarang anggur. Bukan pula anggur yang memabukkan. Ini anggur berkwalitas. Anggur yang berkwalitas adalah anggur yang tidak memabukkan. Maka tanda ini mau menunjuk pula kepada orang banyak itu bahwa Yesus adalah Pokok Anggur yang Benar.
Dengan mukjizat itu, Yesus hendak menjadikan air yang berubah menjadi anggur sebagai “tanda ajaib-Nya” yang pertama supaya “menyatakan kemuliaan-Nya. Dengan mujizat itu, dengan tanda itu orang banyak yang hadir dalam perjamuan nikah itu meyakinkan orang untuk percaya pada-Nya sebagai Anak Allah yang kudus dan benar, sebagai Pokok Anggur yang benar.
Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih,
Berbagai anugerah itu Tuhan berikan juga kepada kita semua. Pemberian anugerah itu tidak hanya untuk kebahagiaan kita; tidak saja untuk kebahagiaan keluarga atau kelompok kecil. Tetapi penerimaan anugerah itu demi untuk kepentingan umum. Demi untuk kebahagiaan bersama. ***