SURABAYA : WARTA-NUSANTARA.COM-Emanuel Plaituka, Anak Petani-Nelayan Sederhana yang lahir di Desa Kolama, Alor Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT itu telah meninggalkan kampung halaman menyusuri jejak kehidupan dan akhirnya malang melintang menekuni dunia birokrasi pemerintahan selama 33 tahun di Surabaya, Tanah Jawa Timur. Sebagai Abdi Negara dan Pelayan Masyarakat, Emanuel Plaituka didampingi Sang Istri, Ny Yane Laharoy Takalapeta yang sama-sama birokrat mengabdi dengan tulus untuk negeri. Jabatan birokrasi yang dipercayakan kepadanya, ia jalani penuh rasa tanggungjawab. Ia seorang birokrat yang rendah hati dan disiplin bekerja tulus tanpa cacat alias bersih.
Kepada Warta Nusantara, Emanuel Plaituka mengungkapkan kisah perjalanan hidup dan karier dilingkaran birokrasi pemerintahan. “Saya Emanuel Plaituka, lahir dari keluarga petani-nelayan sederhana di Kolana, Alor Timur, Kabupaten Alor, NTT. Menetap di Alor, sampai tamat SMP, setelah itu merantau ke Kupang, Ibukota Provinsi NTT hingga tamat SMA. Perjalanan hidup saya teruskan ke Timor Leste, kala wilayah itu masih menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai Provinsi ke 26, Timor Timur. Disana saya mengawali pengabdian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).”
Alkisah, ketika Timor Timur memisahkan diri dari NKRI, saya dan istri Yane Laharoy Takalapeta yang juga berprofesi sebagai PNS, serta kedua anak kami, Irene dan Randy memilih ke Jawa untuk mencari pengalaman yang lebih banyak dalam wilayah pengabdian yang lebih luas tepatnya di Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Sebagai seorang perawat gigi, Yane ditempatkan di Puskesmas, sedangkan saya di Sekretariat Dewan (Setwan) Kota Surabaya.
Belajar Dari Ibu Risma
Imanuel Plaituka mengawali debut birokrasinya dengan mengabdi cukup lama di Stwan Kota Surabaya. “Selama lebih dari 20 tahun saya berdinas di Sekretariat Dewan. Hanya sekitar enam bulan saya pernah dimutasi ke Kantor Kelurahan dan Kecamatan, lalu dikembalikan ke Sekretariat Dewan lagi. di Setwan saya belajar banyak hal dan berguru langsung dari para politisi (Anggota Dewan) kawakan dari berbagai partai politik, maupun dari para birokrat terbaik, terutama Tri Rismaharini (Ibu Risma) kala beliau masih menjadi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) hingga akhirnya menjadi Walikota Surabaya selama dua periode (10 Tahun).
Emanuel Plaituka mengakui, memang tidak berlebihan apresiasi yang diberikan publik kepada Bu Risma atas kiprahnya di Kota Surabaya. Beliau memang seorang birokrat sejati, pekerja keras, pelayan masyarakat, pejabat publik yang jujur, bersih dan sungguh-sungguh menggunanakan jabatan-jabatan yang dipercayakan kepadanya untuk kesejahteraan masyarakat yang dipimpinnya.
“Saya beruntung karena diberi kesempatan oleh Tuhan untuk dipimpin oleh Bu Risama dan belajar langsung dari pejabat hebat ini. Bu Risma menjadi ispirasi saya dan Rolemodel (Model Contoh/Figur Contoh) bagi saya dalam bekerja dan meniti karier. Tiga hal utama yang menurut saya menjadi kekuatan Bu Risma adalah : Pertama, takut akan Tuhan. Kedua, bekerja sungguh-sungguh untuk kesejahteraan masyarakat. Ketiga, jujur, tidak neko-neko. Bu Risma inspirasi saya, Bu Risma teladan saya.” ungkap Emanuel Plaituka.
Mengakhiri masa purnabkti sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) pada tahun 2023 mendatang, ia pun menyatakan siap berjuang dan bersaing dalam hajatan akbar demokrasi Pileg tahun 2024 untuk meraih kursi Anggota DPR RI. Dengan demikian langkahnya kian mulus menuju Senayan Jakarta demi mengemban tugas mulia memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat Flores, Sumba, Timor, Alor dan Lembata (Flobamorata) tercinta. ***(Karolus Kia Burin/Bersambung)
