Rilis dari Humas Yayasan Koker yang diterima Warta Nusantara, Selasa, 31/5/2022.
JAKARTA : WARTA-NUSANTARA.COM-Sulit bagi sebuah kelompok arisan untuk betahan sampai di usianya yang ke 42 tahun 2022. Tetapi itulah yang terjadi dengan Ikatan Keluarga Besar Waiwejak (IKBW). Sejak tahun 1979 ketika mereka putuskan untuk berjalan bersama dalam keakraban kekeluargaan dan terus bertahan hingga kini, dan bahkan akan terus berjalan bersama. Itulah filosofi yang bisa ditangkap di tengah perayaan HUT ke-43 IKBW Jakarta.
Acara yang diawali dengan perayaan misa syukur yang dipimpin oleh P. Yosef Tote OFM itu diikuti hampir 100 orang. Dalam homilinya, Pastor kelahiran Waiwejak itu mengharapkan agar dalam setiap kegiatan arisan tidak hanya diundi siapa yang akan ketempatan pada giliran arisan berikut. Sebaliknya, pastor yang akan merayakan 40 tahun imamat pada tanggal 26 Juni 2022 di Lerek Lembata mengatakan, setiap kegiatan arisan perlu disertai dengan kegiatan bermanfaat seperti koperasi kredit union. Melalui koperasi seperti itu, sesama anggota bisa saling mendidik untuk menginvestasikan modal uang arisan untuk kegiatan-kegiatan bermanfaat.
Terus Menjaga Kekompakan
Terkait harapan pastor Tote, Wilem Lodjor, Ketua IKBW mengatakan, IKBW bisa bertahan karena selalu ada usaya untuk saling mendukung dan kompak satu sama lain. Hal itu juga diungkapkan oleh penasihat IKBW: Benediktus Lue Ladjar, Maria Lou Ledjap, Simon Latan Keraf. Menurut mereka, selama periode yang panjang, mereka selalu berjuang untuk terus bersatu. Baginya, masalah tentu selalu ada, tetapi selalu diupayakan untuk diselesaikan.
Pada kesempatan lain, Wilem Lojor mengungkapkan bahwa uang menjadi salah satu masalah yang dihadapi. Tetapi IKBW selalu diawasi. Karena itu sejak menjadi pimpinan arisan, Lodjor selalu menempatkan Pengawas yaitu Mikhael Dua Ladjar dan Yohanes Dua Ladjar pada posisi strategis. “Ketika pengawas menginformasikan sesuatu hal terkait ketidakberesan, maka sebagai ketua, saya harus patuhi karena itulah hal yang terbaik”.
Kebiasaan baik yang sudah lama dihidupi ini yang ingin diteruskan terutama setelah perayaan 42 tahun ini. Hal itu selalu diwujudkan melalui kepercayaan yang terus diberikan kepada generasi muda. Pada perayaan yang dilaksanakan di rumah mendiang alm Philipus Pali Lajar (Ceger Cipayung), terlihat keterlibatan generasi muda. Ketua Panitia Leo Keraf yang sekaligus sekjen arisan juga memberi kesaksian bahwa acara itu tidak lepas dari kepercayaan terus menerus kepada generasi muda. Karena itu, dalam kepengurusan ini sangat terlihat bahwa generasi muda sangat berperan. Wakil Ketuanya Yosef Keraf, juga bendahara dari kalangan generasi muda yaitu: Vinentius Hatel Keraf dan Laurencia Ladjar. Sementara wakil sekretaris adalah Lovy B. Lajar.
Mendengar kesaksian itu, Dr Damianus Dai Lajar, salah seorang perwakilan dari Lerek yang hadir sebagai undangan memberikan apresiasi terhadap hal ini. Bagi Dami, IKBW akan berjalan sangat jauh oleh kekompakan yang terus ditunjukkan. Dami juga mengapresasi bahwa dalam acara itu banyak inilai yang dipetik, seperti pemutaran video yang mengisahkan tentang perjalanan IKBW, sambil tidak lupa ia ungkapakn bahwa figur Philipus Pali adalah sangat sentral, dan karena itu tidak hanya patut dikenang tetapi juga terus dicontohi.
Sumbangan Rp 40 juta
Salah satu bagian acara yang sangat menarik, terjadi setelah makan malam bersama. Wilem Lodjor sebagai Ketua IKBW mengambil mikrofon dan merancang acara ‘pesan dan kesan’. Acara itu diawali dengan penyerahan lonceng gereja yang diserahkan oleh Pater Yosef Tote OFM untuk selanjutnya dikirim ke Waiwejak. Warga IKBW yang hadir merasa sangat terkesan dengan hadiah itu karena peran lonceng di gereja sangat penting. Ia mengundang orang untuk datang menghadiri ibadat atau misa. Juga lonceng jadi tanda untuk berbagai kegiatan gereja lainnya termasuk ketika ada kematian.
Melihat hadiah yang sangat berkenan itu, Bernardus Boli Rebong, seorang tokoh masyarakat Lembata di Jakarta, dengan spontan meminta mikrofon untuk bicara. Kata Boli yang berasal dari Lewokurang tetapi melewati masa kecil di Atawolo mengatakan bahwa lonceng itu kelihatan ada hal yang kurang yaitu tanpa tali. Untuk itu, Boli menyumbang Rp 20 juta rupiah untuk ‘tali’. Hal ini hanyalah ungkapan simbolis karena memang yang dibutuhkan gereja Waiwejak kini yang sudah tua adalah perbaikan malah pembangunan gedung gereja yang baru.
Melihat aksi yang sangat spontan yang menjadi ciri kedermawanan pak Boli Rebong, yang sudah membangun juga gereja Lewokjurang dan gereja Atawolo, Kristina Tere Pukay, Bendahara Yayasan Koker, meminta bicara. Dalam kesempatan itu, KTP demikian nama panggilannya, mengucapkan terimakasih sambil mengingatkan pak Boli bahwa nama San Bernardino pada nama Sekolah Keberbakatan Olahraga di Lewoleba itu diberi nama Bernardino karena ada kaitan dengan Bernardus Boli Rebong.
Terhadap ungkapan dari KTP, Boli Rebong pun segera menyambung. Baginya, ia sangat bangga dengan ide mendirikan Perguruan Tinggi di Lembata yang sedang diproses oleh Yayasan Koker Niko Beeker. Ia juga mengungkapkan bahwa sudah lama ia dihubungi oleh pengurus untuk terlibat, namun karena sudah pensiun, keterlibatannya tidak seaktif ketika masih aktif bekerja. Namun karena sangat bangga, ia pun menyumbang Rp 20 juta rupiah untuk mendukung pendirian Perguruan Tinggi di Lembata. Jadinya, total sumbangan di malam itu Rp 40 juta.
Menyambut kedewamahan Pak Bernardus Boli Rebong, Pater Tote OFM yang merupakan Ketua Pelindung Yayasan Koker mengungkapkan kebanggaanya. Bagi pastor Tote, semua orang harus berkolaborasi, saling membantu satu sama lain dan bisa membaut sesuatu rencaan dapat terwujud. Pastor Tote pun berharap bawha momen seperti itu bisa menjadi penguat agar kita terus berjalan dalam persaudaraan dan keakraban satu sama lain. (*/WN-01))