Ket Foto: Kepala Desa Loyobohor, Yosefat Loyobohor
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM-Desa Loyobohor, Kecamatan Buyasuri, Kabupaten Lembata memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-55 pada Selasa, 5/7/2022. Peringatan hari bersejarah itu diwarnai dengan aneka kegiatan olahraga, kegiatan Dasawiswa, karnaval atraksi adat dan budaya setempat. Sebagai ungkapan syukur atas 55 tahun Desa Loyobohor Umat Katolik merayakan Misa dan Umat Muslim Baca Doa. Pada Puncak Peringatan, Camat Buyasuri, Lambertus Charles, SH., pun hadir dan meutup seluruh rangkaian kegiatan tersebut.
Camat Buyasuri, Kabupaten Lembata, Lambertustus Charles,SH., ketika menghadiri acara puncak Hari Ulang Tahun (HUT) Desa Loyobohor ke-55 mengangkat kembali pandangan Presiden RI pertama, Ir. Soekarno yang pernah mengatakan, “Bangsa yang besar jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jasmerah) bangsanya”. Pandangan ini sangat tepat mengingatkan semua pihak pada HUT Desa Loyobohor ini agar tidak melupakan sejarah para pendiri-pejuang dari desa ini.

Camat Buyasuri, Lambertus Charles mengatakan hal itu dalam sambutannya ketika menutup secara resmi seluruh rangkaian kegiatan dalam perayaan HUT Desa Loyobohor yang ke-55 pada Selasa, 5/7/2022 di Desa Loyobohor, Kecamatan Buyasuri. Hadir pada kesempatan itu, Anggota DPRD Kabupaten Lembata, Yeremias Huraq yang juga adalah putra asal Desa Loyobohor, Koramil Lembata Timur, Kapolposek Buyasuri dan para Kepala Desa se-Kecamatan Buyasuri. Sebelum acara puncak HUT Desa Loyobohor, Tim Forpalnas Lembata yang dipimpin Ketua, Lukas Onek Narek,SH., anggota Sirilus Taq, S.Pd dan Karolus Kia Burin, SH., beraudensi dengan Camat Buyasuri, Lambertus Charles, Kades Loyobohor, Yosefat Loyobohor dan Kades Benihading 1, Jumal Leibeteq.
Dengan adanya peringatan HUT Desa Loyobohor ke-55 ini, lanjut Camat Charles, menjadi momentum penting, motivasi dan dorongan bagi semua pihak untuk menyatukan tekad untuk membangun desa ini lebih baik, maju dan sejahtera.
Menurut Charles, ada empat hal penting yang perlu saya sampaikan pada momentum bersejarah ini. Pertama, kita harus menumbuhkan rasa persatuan dan kesantuan diantara kita. Nilai persatuan harus menjadi dasar penting untuk turut bersama-sama membangun desa ini. Peristiwa kemarin yang berkaitan dengan Pemilihan Kepala Desa harus kita tinggalkan. Mari kita satukan pikiran, mari kita korbankan diri kita untuk membangun desa ini. Jika demikian, maka semua harapan kita akan terpenuhi demi kemajuan desa ini.
Kedua, Kita harus menumbuhkan nilai gotong royong diantara kita. Nilai gotong royong harus menjadi dasar pertama. Apa yang telah ditanamkan oleh para pendahulu kita harus kita wariskan. Walaupun perkembangan jaman orang sebut Milenial, namun nilai gotong royong harus tetap ditumbuhkan untuk turut membangun desa ini.
Ketiga, kita harus mengembangkan potensi-potensi yang ada di desa ini. Termasuk kegiatan olahraga yang mejadi satu kesatuan dengan seluruh rangkaian kegiatan peringatan HUT Desa ke-55 ini. Kegiatan olahraga yang kita lakukan kemarin menjadi bagian penting memberikan motivasi bagi generasi muda kita. Potensi yang ada dalam diri mereka, harus mampu dikembangkan untuk turut bersama membangun desa ini. Hal ini penting disampaikan, agar para kades yang hadir mampu memunculkan berbagai kegiatan yang ada di desa. Kalau para kades munculkan berbagai kegiatan, anak-anak muda kita tidak lagi duduk dijalan lagi.
Keempat, kegiatan kesenian yang kita lakukan kemarin sangat penting mejadi bagian penting budaya kita menangkal perkembangan jaman dan anak-anak kita tidak akan lupa akan budaya yang ada di desa ini. Kemarin semua Dasawiswa memunculkan kegiatan. Kita semua dukung berbagai kegiatan dan program untuk kemajuan desa ini. Saya yakin jika kita terlibat dan memndukung maka semua harapan kemajuan pasti tercapai.

Camat Buyasuri, Lambertus Charles diakhir sambutannya mengatakan, pada bagian terakhir tentunya saya mau menyampaikan kepada kita semua, momentum hari ini kita jadikan momen dukungan bagi kita semua. Saat ini Tim (Forpalnas) dari Kabupaten sedang berjalan berkaitan dengan dukungan terhadap Berigjen Pol (Purn) Drs, Anton Enga Tifaona sebagai usulan dari Kabupaten Lembata untuk diperjuangkan menjadi Pahlawan Nasional. Saya minta kepada Pemerintah Desa kita gunakan waktu sebentar untuk kita memberikan dukungan.
Kepala Desa Loyobohor, Yosefat Loyobohor, mengungkapkan hal itu dalam percakapan dengan Warta Nusantara, Sabtu, 9/7/2022. Yosefat mengisahkan, desa yang dipimpinnya, kini berusia 55 tahun. Sangat wajar jika seluruh masyarakat dan elemen masyarakat di desa ini patut bersyukur dan merayakannya agar tidak melupakan Sejarah dan Selayang Pandang terbentuknya desa ini. Teristimewa, Generasi Muda kita harus tahu akan sejarah. Desa ini semula dipimpin oleh seorang Kepala Kampung Pertama yakni, Hiong Tawang, dan sebagai Temuku dipimpin oleh Liwo Laba.
Bagaimana kisah Selayang Pandang Desa Loyobohor, Simak catatan yang diungkapkan Kepala Desa, yosefat Loyobohor secara ringkas berikut ini. Alkisah, pada zaman penjajahan bangsa Belanda sebelum tahun 1915, masyarakat pada waktu itu hidup dan bertempat tinggal masih terpencar dan berpindah-pindah. Pada tahu 1915, didirikan sebuah sekolah di Kampung Leunoda (Kekar)oleh Tuan Guru Laurens Oti Fernandez dari Larantuka, Flores Timur. Pada tahun yang sama terbentuklah kampung-kampung di sekeliling Gunung Uyalewun sebanyak 44 kampung (Leu Purun Apaq Ilaq Apak) dilengkapi masing-masing dengan Kepala Kampung dan seorang Temuku.
Pada Masa Pemerintahan Belanda, bahwa dua orang di setiap kampung wajib masuk sekolah rendah pada tahu 1915 di SRK Kekar. Yang wajib masuk sekolah adalah anak dari kepala kampung dan anak dari temuku. Kepala Kampung Pertama, Hiong Tawan dan Temuku, Liwo Laba. Anak dari kepala kampung dan anak dari temuku diwajibakan masuk SRK Kekar. Murid Pertama di Kampung Leudawan adalah Bapak Hiong Tawang dan Lasang Liwo (cerita sendiri pada tahun 1915). Kampung Leudawan waktu itu masih berada di Leu Tuan. Dikisahkan pula, pembayaran Blanting (Pajak) pada zaman Belanda untuk seluruh kampung di Pulau Lomblen di stor ke Hadakewa, Kini Ibukota Kecamatan Lebatukan, selanjutnya diantar ke Larantuka.
Berikut ini urutan Kepala Kampung dan Temuku Desa Loyobohor, Kepala Kampung : Hiong Tawang (1915-1930), Patuq Hiong (1930-1935), Bareng Hiong (1935-1945), Pekang Tena (1943-1947), Tawang Hiong (1947-1956), Germanus Peu Tawang (1956-1962), Andreas Ola Bareng (1962-1967). Sedangkan Para Temuku juga memimpin sesuai masa jabatan Kepala Kampung tersebut diatas dengan urutan Temuku : Liwo Laba, Lewo Dawon, Laba Liwo, A. Taq Lari, A. Taq Lari. S. Soba Laba dan A. Peu Lari.
Menurut Kades Loyobohor, Yosefat Loyobohor, Tahun 1967 adalah masa transisi dari Pemerintahan Orde Lama ke Pemerintahan Orde Baru. Pada tahun 1956 terbentuklah Kampung Leunadal yang dipimpin oleh Ebang Mado yang berakhir tahun 1965. Pengganti Kepala Kampung yang kedua adalah, Ahmad Ebang sampai tahun 1967, masa transisi pengembangan desa menjadi Desa Gaya Baru. Tahun 1967 terjadi peralihan dari orde Lama ke orde baru muncul istilah Desa Gaya Lama ke Desa Gaya Baru. Maka pada tahun 1968, Kampung Leudawan dan Kampung Leunadal digabung menjadi satu dan diberi nama menjadi Desa Loyobohor pada Bulan Juli 1967 dengan Kepala Desa, Andreas Ola Bareng.
Pelantikan Kepala Desa Loyobohor, Andreas Ola Bareng dilakukan di Lewoleba oleh Koordinator Schaap Lembata, Theo toran Layar. Saat itu dilantik pula Wakil Kepala Desa loyobohor, Ahmad ebang dan Juru Tulis, Husen Kuma.
Inilah urutan Kepala Desa dan Sekretaris Desa Loyorbohor : K. Taq Lelang Dele-Petrus Pati Leu (1968-1984), Ahmad Jumat-Yakobus Beyong (1984-1992), pAULUS pATI-yAKOBUS bEYENG (1992-2000), Yeremias Huraq(Penjabat)-Tarsisius Uri (2000-2002), Yeremias Huraq (Kepala Desa)-Tarsisius Uri (2002-2012), Konradus Pati (Penjabat)-Tarsisius Uri (2013-2014), Hermenegildus Tawang-Tarsisius Uri (2014-2019) dan Yosefat Loyobohor-Konradus Pati (2021-Sekarang).
Kades Loyobohor, Yosefat Loyobohor juga merincikan, masa jabatan untuk Kepala Kampung Leudawan di mulai dari tahun 1915 sampai dengan tahun 1967 adalah selama 52 tahun. Masa jabatan Kepala Kampung untuk Kampung Leunadal dari tahun 1956 sampai dengan tahun 1967 adalah 11 tahun. Masa jabatan Kepala Desa sejak Desa Gaya Baru dari tahun 1967 sampai dengan tahun 2022 adalah 55 tahun. Umur Desa Gaya Lama hingga Desa Gaya Baru dari tahun 1915 sampai dengan tahun 2022 adalah 107 tahun termasuk Kampung Leudawan dan Kampung Leunadal dan Desa Loyobohor adalah 107 tahun.
Demikian Selayang Pandang terbentuknya Kampung Leudawan dan Kampung Leunadal yang digabungkan menjadi satu desa yakni Desa Loyobohor yang ditetapkan Hari Ulang Tahun Desa Loyobohor yang terjadi pada Tanggal 5 Juli 1967-5 Juli 2022. Kini berusia 55 Tahun dan dirayakan secara meriah. ***
(*/WN-Karolus Kia Burin)