Oleh Germanus S. Atawuwur
Yes. 66:18-21; Ibr. 12:5-7.11-13; Luk. 13:22-30
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudaei yang terkasih, hari ini kita mendengar lagi kisah injil tentang Yesus yang terus berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan berbuat baik. Kali ini Yesus dalam perjalanan menuju Yerusalem. Dia masih menyempatkan diri-Nya untuk mengajar. Dalam pengajaran itu, ada seseorang, – tanpa nama – tampil dan bertanya kepada Yesus:” “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.” Bahwa keselamatan itu terjadi karena perjuangan pribadi dan oleh karena rahmat Allah. Sebab keselamatan tidak hanya diperoleh dari perjuangan pribadi tetapi juga rahmat dan belas kasih Allah sendiri.
Perjuangan untuk mendapatkan keselamatan itu dikatakan oleh Yesus, harus melewati “Pintu yang sempit.” Pintu yang sempit itu adalah sebuah kiasan. Kiasan yang hendak mengatakan kepada kita bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, agar dapat diselamatkan. Setiap orang harus berjuang mati-matian. Tidak boleh asal berjuang. Harus total. Harus sungguh-sungguh. Dalam perjuangan itu, tidak boleh putus asa. Kita harus benar-benar tahan bantingan terhadap “cara” Allah mendidik kita, sebagaimana dikatakan dalam bacaan II:” Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya,dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak.”
Inilah cara Allah membuat seseorang untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga. Tuhan mendidik dengan cara “menghajar” dan “menyesah” orang-orang yang disebut-Nya sebagai yang dikasihi-Nya dan diakui sebagai anak-Nya. Jadi, ibarat emas yang diuji dalam tanur api, demikian orang-orang yang dikasihi Allah dan diakui-Nya sebagai anak-anak Allah; Tuhan akan “mendidik” kita dengan cara yang “keras.” Surat kepada Ibrani sudah terlebih dahulu mengingatkan kita agar bila kita mendapat “pendidikan Allah” dengan cara “menghajar dan menyesah”, hendaklah kita tidak boleh anggap enteng dan putus asa. “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya.” Saudara-saudara yang terkasih, didikan Tuhan tentu bukan tanpa maksud. Maka kita dapat menafsir didikan Tuhan itu, adalah agar pada akhirnya kita tidak ikut dihukum bersama-sama dengan orang-orang jahat dan agar kita dapat mengambil bagian dalam kekudusan Allah dan tetap hidup di dalam kesucian karena tanpa-Nya kita tidak mungkin melihat Allah. Sebaliknya ada dua akibat yang mungkin terjadi karena didikan Tuhan itu. Pertama, bahwa kita dapat tetap bertahan dalam kesukaran dengan pimpinan Allah, tunduk kepada kehendak Allah dan tetap setia kepada-Nya. Yang kedua, tetapi dapat saja kita memberontak terhadap Allah karena “cara didik Allah” melalui penderitaan dan kesukaran, dan oleh karenanya kita dapat menjauh dari kekudusan-Nya.
Sampai di sini saudara-saudara kita bertanya, bagaimana konkritnya “cara” Allah mendidik orang-orang yang dikasihi-Nya dan diakui sebagai anak, agar mereka dapat masuk kerajaan surga melalui pintu yang sesak, alias pintu yang sempit itu? Cara didikan Allah adalah bahwa Tuhan “mengizinkan” dan memperkenankan kesulitan, tantangan dan penderitaan itu datang menerpa orang yang percaya, orang yang diakui-Nya sebagai anak dan orang yang dikasihi-Nya. Kepada mereka semua itu, Allah “menimpakan” kesukaran dan penderitaan hidup kepada mereka agar mereka semua dapat diselamatkan. Ya, sekali lagi, ibarat emas yang diuji dalam tanur api, agar semakin berkwalitas kadar emasnya, demikian pun orang yang percaya, orang yang diakui Allah sebagai anak, orang yang dikasihi Tuhan, akan diuji dalam beraneka kesukaran, kesulitan dan penderitaan hidupnya. Bila lulus didikan Tuhan maka akan dibukakan pintu yang sempit itu bagi mereka. Pintu yang sesak atau pintu yang sempit itu hanya dibukakan bagi mereka yang sudah lulus didikan Tuhan. Orang-orang itu adalah mereka yang digambarkan dalam bacaan I:” Aku datang untuk mengumpulkan segala bangsa dari semua bahasa, dan mereka itu akan datang dan melihat kemuliaan-Ku.” Atau dalam bahasa injil Lukas hari ini:” Orang akan datang dari Timur dan Baratdan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.” Jadi, orang yang sudah berhasil melewati pintu sempit itu, ganjarannya adalah: melihat kemuliaan Tuhan dan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.
Jadi, pintu sesak itu, hanya dibukakan oleh otoritas kemurahan dan belaskasih Tuhan hanya kepada orang-orang yang terseleksi yakni orang-orang yang sudah lulus didikan Tuhan. Karena itu maka Tuhan tidak menjawab orang yang bertanya, Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan? Tuhan tidak segera menjawab pertanyaan itu dengan mengatakan ya, hanya sedikit orang saja yang diselamatkan. Atau, tidak, banyak orang yang akan diselamatkan. Yesus hendak mengatakan kepada orang itu, juga kepada kita yang mendengarkan Sabda-Nya hari ini bahwa sedikit atau banyak orang yang “berjuang” untuk masuk melalui “pintu sesak” itu tergantung dari “perjuangannya” untuk “menyelesaikan” proses pendidikan Tuhan. Tergantung berapa banyak orang yang lulus dalam didikan Tuhan itu. Sebanyak-banyaknya orang yang lulus melewati pintu sempit itu, bagi Yesus bukanlah soal. Karena Yesus pada kesempatan lain sudah mengatakan:” Di Rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal.”
Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero