Oleh : Wilhelmus Leuweheq
WARTA-NUSANTARA.COM-Ekaristi hari Minggu 20 Nopember 2022, merayakan pesta Kristus Raja Semesta Alam di Paroki St. Fransiskus Asisi Lamahora dipersembahkan oleh Pater Ryan Dimu, CSsR. Pater Ryan adalah seorang imam baru yang kurang lebih tiga tahun lalu menjalankan masa Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Paroki Lamahora.
Dalam sambutannya Pater Ryan mengakui bahwa tidak banyak mengenal dan dikenal oleh umat paroki Lamahora, karena masa prakteknya bertepatan dengan merebaknya wabah COVID 19 yang membuatnya tidak banyak berkomunikasi dengan umat. Namun di lain sisi, ia banyak terlibat dalam distribusi bantuan terhadap pengungsi korban banjir bandang di Ileape. Karena itu ia cukup banyak berkomunikasi dengan warga pengungsi.
Walaupun tidak banyak terlibat dalam pastoral paroki namun ia meyakini bahwa rahmat imamat yang diterimanya adalah juga buah dari keberadaannya di paroki Lamahora. Di Paroki ini dan dalam masa TOP nya, ia memutuskan dan memastikan pilihannya untuk menjadi imam dengan meninggalkan pilihan-pilihan hidup yang lainnya. Di masa ini juga ia memilih motto tahbisannya yang dikutip dari injil Lukas 6:36 “hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati”.
Motto ini direfleksikan dari pengalaman hidupnya yang mendapatkan begitu banyak kemurahan hati mulai dari keluarga hingga lembaga pendidikan calon imam. Kemurahan hati Allah kepada dirinya lewat tangan orang-orang yang dijumpainya. Dan ketika ia terlibat dalam aktivitas membantu korban bencana, ia sungguh menyadari dirinya pun sedang menjadi perantara kemurahan hati Allah kepada orang-orang yang menderita.
Kristus Raja Semesta Alam
Dalam kotbahnya sang Imam Muda Pater Ryan mengutip dua ajaran gereja yang berkaitan dengan perayaan Kristus Raja Semesta Alam yakni Ensiklik Paus Pius XI “Quas Primas” (11 Desember 1925) dan Ensiklik Paus Pius XII “Ad Caeli Reginam”(11 Oktober 1954). Paus Pius XI, menanggapi situasi dunia dimana paham sekularisme dan atheisme semakin meraja lela.
Situasi dunia pasca perang dunia pertama yang labil, konflik dan perang antar negara masih rentan merebak hingga pecah perang dunia kedua. Terjadi sekularisasi di mana nilai nilai agama tidak lagi mempengaruhi atau menjadi pedoman kehidupan manusia. Bahkan paham atheisme berkembang di mana Tuhan dianggap tidak ada atau Tuhan sudah mati.
Dalam situasi dunia yang demikianlah Paus Pius XI menetapkan ensiklik Quas Primas yang memperkenalkan dan menetapkan perayaan Kristus Raja Semesta Alam sebagai sebuah perayaan liturgi resmi gereja. Paus menjelaskan bahwa kerajaan Kristus merangkul semua umat manusia dalam seluruh dimensi kehidupannya. Dengan merayakan Kristus raja secara liturgis maka diharapkan kehidupan umat Katolik semakin terpusat pada kekuasaan Kristus.
Sri Paus Pius XII melalui Ensiklik Ad Caeli Reginam, menegaskan lagi kuasa Kristus atas alam semesta. Sebagai Raja, Kristus sungguh ilahi dan sungguh insani. Kerajaan Kristus bersifat spiritual. Lawan kuasa Kristus adalah kuasa jahat. Kerajaan Kristus tidak dikuatkan dengan senjata tetapi dengan kasih dan kebenaran. Pada awalnya perayaan Kristus Raja semesta alam dilaksanakan pada Minggu terakhir bulan Oktober. Namun sejak tahun 1970, dirayakan pada Minggu Biasa XXXIII/XXXIV atau seminggu sebelum Minggu Pertama Adven. Dengan demikian perayaan Kristus Raja terjadi pada akhir dan awal tahun Liturgi Gereja Katolik, hal ini sekaligus menegaskan posisi Kristus sebagai alfa dan omega.
Sekularisasi kehidupan, bahkan paham atheistis dewasa ini masih terus ada dalam kehidupan gereja dengan beragam bentuk. Tekanan kebutuhan ekonomi yang membuat umat terus mengejar uang lalu mengabaikan partisipasi dalam kehidupan menggereja. Tekanan dalam lingkungan sosial budaya sehingga umat tidak dapat mengekspresikan nilai-nilai agamanya secara bebas sebagai bagian dari aktualisasi dirinya. Bahkan institusi gereja sendiri sering mengutamakan aktivitas yang cenderung berorientasi kapitalis (uang) lalu mengabaikan layanan-layanan sakramental sebagai tanda rahmat dan saluran keselataman. Kiranya dengan perayaan Kristus Raja Semesta Alam, umat Katolik semakin menjadikan Kristus sebagai Raja dan Penguasa dalam keseluruhan kehidupannya. ***