Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Keb.12:13.16-19; Rm. 8:26-27; Mat. 13:24-30
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih dalam Kristus. jika minggu yang lalu kita mendengar penabur benih keluar untuk menabur benih dan ada yang jatuh di pinggir jalan, ada yang jatuh di tanah berbatu, dan ada juga yang jatuh di tanah yang subur sehingga menghasilkan tiga puluh bahkan sertatus kali lipat, dan hari ini, kita masih mendengar Yesus memberikan perumpamaan tentang Kerajaan Allah. Dalam perumpamaan itu Yesus mengatakan bahwa “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi.”
Dalam dunia pertanian, sangat sulit membedakan antara ilalang dengan gandum. Begitu mirip sampai nyaris tidak bisa dibedakan. Dia hanya bisa dibedakan pada saat gandum itu berbulir. Karena itu maka ketika murid-murid datang kepada tuan kebun untuk meminta:” Maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?” Tetapi ia berkata:” Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.“
Saudara-saudaraku, perumpamaan yang diperdengarkan oleh Yesus dalam injil hari ini mau menggambarkan kehidupan manusia yang digambarkan sebagai bejana dalam tanah liat. Di satu sisi ia kuat, tetapi pada sisi yang lain ia mudah pecah-retak. Begitulah hidup manusia. Selalu berada dalam dua sisi, yakni hidup dalam Roh dan hidup di luar Roh. Hidup dalam Roh berarti ia hidup dalam terang Kristus, sementara hidup di luar Roh adalah hidup dalam kegelapan. Dalam sejarah hidup manusia, manusia selalu terjerumus dalam kelemahan-kelemahan yang sama: ada benci dan dendam kesumat yang bercokol di hati, iri hati dan kecongkakan masih terus dipiara di dalam hati, sikap tidak peduli dan masa bodoh masih bercokol dalam hati kita masing-masing;
Sementara itu, perbuatan-perbuatan baik terus dilakukan. Kita terus-menerus melakukan kebaikan. Jadi, dalam hidup kita masing-masing, terdapat dua sisi yang berlawanan ini, atau dalam injil hari ini, diidentikan dengan ilalang di antara gandum. Bila dua jenis tumbuhan ini nyaris sama dan hampir tidak bisa dibedakan, tetapi tidak untuk dua sisi gelap dan terang dari seorang anak manusia. Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan seseorang membuatnya dicap sebagai orang yang baik, tetapi sebaliknya, jika seseorang melakukan kejahatan maka tak segan-segan orang memberi stempel kepadanya sebagai penjahat.
Pertanyaannya, mengapa orang baik dan orang jahat dibiarkan Tuhan untuk hidup berdampingan di dunia ini? Mengapa tidak “dicabut” saja, mengapa tidak direnggut saja orang-orang jahat itu dari muka bumi? Ternyata pikiran kita bukanlah pikiran Tuhan. Rancangan kita bukanlah rancangan Tuhan. Sering sekali, yang dipikirkan manusia, tidak selaras dengan kehendak Tuhan. Orang jahat maupun orang baik, sama-sama adalah ciptaan-Nya sendiri. Jadi Tuhan tidak cepat-cepat mencabutnya dari muka bumi. Ia memberikan kesempatan kepada manusia itu untuk bertobat, untuk kembali ke jalan yang benar. Tuhan mau menunjukkan bahwa Dia adalah Maharahim. Maha mengampuni. Hal ini ditegaskan dalam bacaan I:” Tuhan sungguh adil, murah hati dan berbelaskasih, dan mau menyelamatkan umat-Nya.”
Tuhan itu murah hati, Maha berbelaskasih, karena itu Dia mau menyelamatkan umat-Nya. Maka Dia terus memberikan kesempatan tak terbatas kepada manusia untuk kembali ke jalan yang benar. Bahkan karena Ia begitu murah hati, Ia begitu Maha berbelaskasih, Dia mengutus Roh Kudus untuk membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan, demikian santo Paulus dalam bacaan II. Roh Kudus membantu kita dalam kelemahan agar pada saatnya kita harus kembali kepada-Nya.
Saudara-saudaraku, Agaknya tak sulit bagi kita untuk mengakui dengan jujur, bahwa tidak selalu kita ini berbuat kebaikan. Walaupun kita berusaha sekuat tenaga untuk selalu berkata-kata dan berbuat yang baik, namun ada kalanya apa yang kita katakan dan kita lakukan adalah kebalikan dari apa yang kita inginkan. Keinginan berbuat baik yang datang dari Tuhan, dikalahkan oleh pengaruh buruk yang datang dari si jahat.
Tuhan senantiasa terus bersabar dengan segala kelemahan kita, dan tetap mendorong agar kebaikan yang ada dalam hati kita dapat bersinar mengalahkan kegelapan. Tuhan memberikan kesempatan kepada setiap kita untuk berjuang mengalahkan segala yang tidak baik yang ada di dalam hati kita. Kesempatan ini tiada berakhir sampai saat kita menghadap- Nya, yaitu saat masing-masing kita akan dimintai pertanggungan jawab oleh Tuhan akan segala perbuatan kita. Sekalipun mungkin kita enggan untuk membayangkan saat pengadilan itu, saat itu tetaplah akan terjadi. Namun firman Tuhan hari ini memberikan pengharapan kepada kita, sebab Allah akan mengadili kita dengan belas kasihan dan dengan sangat murah hati Ia akan memperlakukan kita yang mau bertobat dan kembali kepada-Nya.” Firman Tuhan ini membantu kita untuk tidak lekas berputus asa karena kelemahan kita, tetapi agar kita terus berjuang mengalahkan kelemahan kita dengan mengandalkan rahmat Tuhan.
Seperti ladang hati kita dan ladang dunia ini, yang ditumbuhi adalah gandum dan ilalang, demikianlah juga Gereja. Gereja terdiri dari orang-orang yang kudus, namun juga orang-orang yang berdosa. Keduanya dibiarkan Tuhan ada sampai saat penuaian tiba, yaitu saat Kristus datang kembali di akhir zaman, dan mengadili semua orang. Maka Gereja memang adalah Gereja yang kudus, karena Kristus Sang Kepala-nya adalah kudus, namun demikian, Gereja juga terdiri dari para pendosa, dan karena itu senantiasa memerlukan pertobatan dan pemurnian hingga mencapai kesempurnaannya di Surga. Sebagaimana Tuhan bersabar terhadap kelemahan kita, kitapun diundang untuk bersabar terhadap kelemahan orang lain. Sebagaimana Tuhan tidak memperhitungkan hanya hal-hal yang buruk saja yang kita lakukan, kitapun diundang untuk tidak hanya melihat kepada hal-hal yang buruk yang dilakukan oleh orang-orang tertentu di dalam Gereja, namun juga kepada teladan kekudusan Kristus dan para kudus-Nya. Kesadaran akan kemurahan hati Tuhan yang membiarkan gandum dan ilalang untuk tumbuh bersama, selayaknya mendorong kita untuk berjuang agar pada saatnya nanti, kita akan diperhitungkan sebagai gandum yang berbuah, dan bukan sebagai ilalang, karena kita yakin akan sabda ini:” Roh membantu kita dalam kelemahan kita.”