Foto : Pater Karel Wadan, SVD
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM–Pater Karel Wadan, SVD, misionaris asal Desa Puor yang berkarya misi di Togo, Afrika Barat mengatakan hal itu dalam homili-kotbah ketika memimpin Misa syukur Sr. Maria Beto Lamak di Gereja St. Petrus Stasi Puor. Ia didampingi Romo Ansel Langowujo, PR, Pastor rekan dari Paroki Boto dan sejumlah frater. Hadir pula Sr. Elisabeth Leban, FSAHC, putri asal Desa Puor, misionaris yang berkarya misi di Roma, Italia.
Diakhir homili Pater Karel Wadan, SVD menyentil soal minimnya panggilan anak muda menjadi biarawan dan biarawati dijaman kemajuan era digital saat ini. Menjadi fakta tak dapat dipungkiri, setellah 20 tahun baru kita mendapat seorang lagi menjadi pastor. Suara panggilan hidup membiara makin pudar.
“Dulu, banyak anak muda terpanggil untuk hidup membiara. Tapi sekarang, kita temukan anak muda di meja judi yang merupakan penyakit sosial. Mereka ada dimeja tuak, dan di pesta. Jarang sekali anak muda ikut perayaan misa atau aktif beribadah. Anak muda saat ini kalau sekolah memilih sekolah yang disiplinnya rendah agar mereka bisa bolos pulang kampung minum tuak atau berperta. Padahal sekolah hrus membetuk kita menjadi orang baik. Karena itu, keluarga harus menjadi teladan dan contoh hidup memotivasi anak-anak kita memilih panggilan hidup membiara yang saat ini kian berkurang. Tak banyak lagi yang tersentuh hatinya masuk biara melayani Tuhan dan sesama dan berbakti di ladang Tuhan.”, ungkap Pater Karel Wadan.
“Aku Takkan Melupakanmu, Aku telah Melukiskan Rupamu ditelapak Tangaku”demikian Moto : Kaul Kekal Suster Maria Beto Lamak,FSAHC diungkapkannya ketika mewawali sambutan dan ungkapan hati mrmilih jalan panggilan hidup membiara sebagai seorang biarawati.
Mengawali sambutannya, Sr. Mery demikian disapa, mengatakan, pertama-tama, saya mengucapkan syukur kepada Sang Pencipta atas rahmat panggilan yang dianugerahkanNya kepada saya. Sungguh, saya menyadari bahwa saya bisa menjalani sejauh ini . Pada kesempatan ini secara khusus , saya berterima kasih kepada kedua keluarga besar (Lamak) yang, kepada kedua kakaku, dan keluarga besar yang selalu setia mendukung, mendoakan, dan mempersembahkan saya kepada Allah dan Gereja.
Ketua Dewan Stasi Puor, Baltasar Alior dalam sambutan diselah Misa Syulur mengungkapkan, puji syukur kita semua yang hadir di Gereja ini sebagai ungkapan hati dan doa kita mendukung kaul kekal Sr. Maria Beto Lamak yang telah memilih jalan panggilan hidup membiara.
“Kita umat Stasi Puor harus berbangga bahwa seorang putri terbaik menjadi suster dan berbakti di Ladang Tuhan. Namun kita bisa lihat sendiri saat misa syukur ini tidak ada anak sekolah atau muda yang hadir didepan altar. Dalam situasi seperti ini mana mungkin mereka tergerak hatinya menyahuti panggilan Allah untuk hidup membiara”, ungkap Baltasar Alior.
Sedangkan Benediktus Boli Kalang, seorang tokoh umat dan pensiunan guru ketika tampil menyampaikan sambutan mewakil undangan saat resepsi kaul kekal Sr. Mery Lamak mengatakan, kita patut berbangga karena seorang putri anak tanah Puor Meluwiting merayakan syukur kaul kekal. Artinya, yubilaris benar-benar bertekad memilih jalan hidup membiara untuk bekerja di ladang Tuhan, melayani Allah dan sesama umat manusia.
“Kita semua patut bersyukur dan berbangga bahwa dari keluarga kecil dan sederhana ini lahir dua orang kakak beradik menjadi suster dan frater. Yakni Sr. Mery Lamak dan Frater Timo Lamak. Luarga biasa. Sungguh, keluarga bapak Simon Sole Lamak dan ibu Yustina Niat menjadi contoh dan teladang bagi kita semua karena sukses memndidik dan membimbing anak-anak menjadi biarawan dan biarawati”, ungkap Ben Kalang.
Menurut Ben Kalang, apalagi kedua anak ini hidup bersama kedua kakak dari bapak Simon sebagai petani kecil. Suasana dan kondisi hidup yang keras dan disiplin justru mampu membentuk karakter mereka menjadi sukses dalam studi dan mandiri. Suasana hidup doa, tekun belajar dan sering menjadi Misdinar misa di Gereja, ternyata mendorong mereka memilih panggilan hidup membiara. Karena itu, ujar Ben Kalang, keluarga ini patut menjadi contoh dan teladan bagi kita semua.
Ketua Panitia Syukur Kaul Kekal, Gabriel Ato Lamak mengatakan, hari ini kita hadir perayaan ekaristi adalah merupakan wujud cinta, doa dan dukungan untuk anak, saudari kita Sr. Meri Lamak yang merayakan kaul kekal. Doa dan dukungan kalian merupakan kado terinda buat sang yubilaris. Terima kasih Segala cinta dan kebaikan tak dapat kami balas. Karena itu, jika dalam pelayanan kami ada yang tak berkenan sidilah dimaafkan.
Sementara Kepala Suku Lamak, Matias Nara Lamak mengungkapkan kebahagiaan dan rasa bangga atas anugerah Tuhan memanggil Sr. Mery Lamak untuk berbakti di ladang Tuhan. Kehadiran keluraga dan undangan saat ini adalah ungkapan doa restu dan dukungan bagi Sr. Mery untuk kuat menjalani panggilan yang penuh dengan tantangan ini. Tapi kita yakin , dengan doa dan dukungan kita semua segala rintangan dapat diatasi karena Tuhan pasti menolongnya.
Meski demikian lanjut Matias Nara Lamak, sembari berguyon, Sr. Mery sudah memilih masuk biara. Namun pada sisi lain dari sudut pandang adat dan tradisi budaya Lamaholot, Suku Lamak jelas kehilangan belis berupa Gading dan binatang. Tetapi bukan menjadi masalah. Justeru suara panggilan Allah jauh lebih kuat sehingga Sr. Mery memilih hidup membiara dan menjadi persembahan keluarga Lamak paling berharga. Mari kita doakan dan mendukung pangilannya.
Usai perayaan Misa Syukur diselenggarakan acara resepsi sederhana namun tetap meriah dipandu Master of Ceremony (MC), dua bersaudara, Vinsen Mega Kalang dan Benediktus Boli Kalang Yunior dengan sajian lagu-lagu dolo , jai teras dan joget sebagai ungkapan kegembiraan keluarga dan undangan.***(Karolus Kia Burin)