Foto : Mahasiswa Lati Produksi Keripik Singkong dan Kanji
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM–Menggerakan generasi muda zaman sekarang untuk tertarik dan menekuni kewirausahaan demi kemandirian ekonomi dan kekuatan perekonomin daerah serta negara, merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh berbagai kalangan terhadap kaum muda Indonesia. Hal itu pula yang menggerakkan pengurus Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Lembata untuk menyertakan salah satu materi kegiatan pembinaan bagi anggota pramuka penggalang dan penegak, selama masa perkemahan di bumi perkemahan Waikilok, Lewoleba, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, 11 sampai 14 Agustus 2024.
Salah satu materi tentang kewirausahaan, instrukturnya dipercayakan kepada mahasiswa mahasiswi program studi Kimia Fakultas sains dan Teknologi (FST) Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang, yang sedang menjalani masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Waijarang Kecamatan Nubatukan. Para mahasiswa peserta KKN sebanyak delapan orang dari Prodi Kimia FST UNWIRA, yakni Ananda Oky Mekel M. Boikh, Monika Woli Wokal, Sefriani Vidiani Luruk Seran, Arkhangela Giriani Snoe, Oktaviana Matilda, Kristina Bria, Silvestra Intan Nahak Costa dan Maria Wilhelmina Lasar dan didampingi oleh Dosen Pembimbing Lapangan, Gerardus Diri Tukan, dijemput ke lokasi bumi perkemahan Waikilok untuk memberikan pelatihan, pada Senin 12 Agustus 2024, Pkl. 14.00 WITA.
Materi pelathan kewirausahaan yang dibawakan oleh para mahasiswa mahasiswi peserta KKN dari Prodi Kimia FST UNWIRA Kupang itu adalah pembuatan keripik singkong sekaligus tepung tapioca. Jenis pelatihan tersebut diberikan, sesuai dengan permintaan dari pengurus Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Lembata, dan kebetulan merupakan satu program pokok yang dilakukan oleh mahasiswa mahasiswi di lokasi KKN, Desa Waijarang.
Saat membawakan pengantar membuka pelatihan pengolahan ubi kayu menjadi keripik dan tepung tapioca di dalam satu kemah yang disiapkan oleh panitia sebagai satu ruang pelatihan, Dosen Pembimbing Lapangan; Gerardus Diri Tukan yang lebih umum dikenal dengan nama Gerady Tukan, membuka sedikit wawasan kepada para peserta pelatihan, tentang ubi kayu sebagai salah satu potensi daerah Lembata yang sangat berpotensi dan bernilai ekonomi.
Ia mengajak peserta kegiatan (anggota Pramuka) yang adalah siswa siswi SMP dan SMA itu agar mengetahui bahwa Lembata punya satu potensi besar yaitu ubi kayu, namun balum dioptimalkan. Para anggota pramuka harus bisa mulai berpikir tentang bagaimana menjadikan ubi kayu Lembata sebagai keunggulan, kekuatan dan kebanggan lembata. Para anggota pramuka yang adalah para pelajar, harus mulai mencari uang sendiri secara halal melalui ubi kayu. Salah satu cara adalah membuat keripik ubi kayu pada hari Sabtu dan hari Minggu, lalu hari Senin dibawa ke sekolah untuk jual.
Kepada para peserta, juga dijelaskan tentang tiga cara pembuatan keripik ubi kayu yakni: (1) mengiris ubi kayu segar secara tipis dan langsung digoreng, (2) ubi kayu direbus atau dikukus hingga masak, kemudian diiris tipis, dijemur hingga kering dan digoreng, (2) ubi kayu segar diparut, kemudian ditempelkan pada lembaran seng atau piring kaleng dan dikukus, lalu dijemur hingga kering dan digoreng. Pada pilihan nomor tiga ini, ubi kayu diparut, maka harus diperas terlebih dahulu untuk diambil sarinya. Sari tersebut jika didiamkan selama 24 jam maka akan dihasilkan tepung tapioka atau tepung kanji. Jadi, jika dipilih cara ketiga maka akan dihasilkan dua produk sekaligus yakni keripik dan tepung tapioca (kanji).
Pelatihan kemudian dilanjutkan oleh kedelapan mahasiwa yang dipandi oleh Monika Woli Wokal. Monika yang merupakan sekertaris tim KKN mahasiswa dan berasal dari Lembata itu memulai pemaparan materi pelatihan dengan memperlihatkan produk keripik yang telah dihasilkan. Kemudian dijelaskan tahapan proses produksi dan hasil-hasil dari tiap tahapan, yang yang dimulai dari pemarutan ubi kayu segar, pemerasan untuk mengambil sari pati, mendiamkan sari pati agar diperoleh tepung tapioca, lalu dilanjutkan dengan menempelkan ubi kayu parutan pada lembaran seng plat. Selanjutnya dijelaskan cara pengukusan singkong parutan pada seng plat hingga matang, cara melepas singkong parutan dari seng plat, penjemuran, penggorengan, cara pemberian cita rasa dan cara pengemasan secara higenis pada kantong pengemasan.
Para peserta tampak antusias mengikuti pelatihan yang dilaksanakan. Mereka mencatat berbagai hal yang dijelaskan maupun yang dilihat, mengajukan pertanyaan dan kemudian mencicipi keripik hasil produksi yang diperlihatkan dalam simulasi tersebut.
Ketua panitia perkemahan, Pito Keraf dan salah satu staf panitia Leri Buyanaya mengemukakan bahwa pelatihan kewirausahaan sebagai salah satu materi pembinaan bagi para anggota pramuka penggalang dan penegak selama di bumi perkemahan Waikilok ini merupakan satu upaya gerakakan kewirausahaan bagi generasi muda. “Perkembangan jaman yang begitu pesat sekarang, tidak hanya ada pada kemajuan teknologi dan informasi, akan tetapi juga pada dunia usaha. Penting bagi seorang anak muda harus mulai belajar bagaimana menghadapi perkembangan jaman yang ada saat ini, khususnya pengetahuan tentang kewirausahaan.
Untuk memulai usaha memanfaatkan bahan baku lokal disekitar kita, salah satunya pada kripik ubi kayu. Materi kegiatan ini merupakan salah satu upaya dari Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Lembata untuk melatih anggota pramuka dalam hal pengelolaan kripik singkong. Diharapkan agar melalui pelatihan ini, anggota pramuka sekembalinya dari kegiatan perkemahan, dapat membawa pengetahuan atau termotivasi tentang bagaimana memanfaatkan bahan baku lokal sebagai salah satu potensi dalam memulai usaha”***. (GDT)